Sembilan tahun yang lalu mas Alfan membawa pulang seorang gadis kecil, kata suamiku Dia anak sahabatnya yang baru meninggal karena kecelakaan tunggal.Raya yang sebatang kara tidak punya sanak keluarga.
Karena itulah mas Alfan berniat mengasuhnya. Tentu saja aku menyambutnya dengan gembira. selain aku memang penyayang ank kecil, aku juga belum di takdirkan mempunyai anak.
Hanya Ibu mertuaku yang menentang keras keputusan kami itu. tapi seiring waktu ibu bisa menerima Raya.
Selama itu pula kehidupan kami adem ayem dan bahagia bersama Raya di tengah-tengah kami
Mas Alfan sangat menyayangi nya seperti anak kandungnya. begitupun aku.
Tapi di usia pernikahan kami yang ke lima belas, badai itu datang dan menerjang rumah tanggaku. berawal dari sebuah pesan aneh di ponsel mas Alfan membuat ku curiga.
Dan pada akhirnya semua misteri terbongkar. Ternyata suami dan anak ku menusukku dari belakang.
Aku terpuruk dan hancur.
Masih adakah titik terang dalam kemelut rumah tang
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon balqis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Dengan menyeret sebelah kaki, aku menyusuri perkebunan sepi itu. berharap ada seseorang yang bisa menolongku.
Terus berjalan walau kaki terasa nyeri. Takut orang tua itu tersadar dan mengejar ku.
Yah, aku berhasil mengelabuinya dengan berpura-pura kebelet buang air besar.
semula dia tidak menggubris, tapi aku mengancam akan BAB di tempat.
Akhirnya dia bersedia membuka ikatan tanganku dengan syarat hanya lima menit.
Aku pura-pura masuk kamar mandi,tapi saat dia lengah aku menghantam tengkuknya dengan balok kayu. Dia terjatuh dan pingsan Hal itu segera ku manfaatkan untuk keluar, berlari dan terus berlari dari tempat itu. sekitar satu jam lamanya aku berlari tanpa tau arah dan tujuan. Yang terpenting bisa lepas dulu dari orang-orang yang menculik ku.
Tapi nyeri di pergelangan kaki ku semakin menjadi. aku tidak tahan untuk berjalan lagi.
Aku tidak sadarkan diri.
Saat membuka mata , aku kaget karena berada di sebuah kamar sederhana.
Sempat curiga jangan-jangan aku tertangkap si pak tua lagi dan kembali di sekap.
Sampai seseorang masuk ke kamar itu dan menyapaku.
"Sudah sadar? Bagaimana keadaanmu?" tanyanya dengan ramah. Dia seorang pria bersahaja. Mungkin sebaya ayahku kalau masih ada.
Buru-buru aku bangkit dari pembaringan
tapi aduh... Kaki ku terasa ngilu dan berdenyut.
"Berbaring saja, pergelangan kaki mu masih bengkak. Kau keseleo parah."
"Siapa bapak?" tanyaku setengah curiga
"Tenanglah jangan takut? Saya penduduk asli daerah ini. Saya biasa di panggil Wak haji oleh penduduk setempat"
"Pak, apa si Eneng udah sadar?" suara wanita menyela percakapan kami. Dia masuk membawa nampan dan langsung duduk di tepi ranjang.
"Ini istri saya, " Wak haji mengenalkan istrinya.
Aku mulai percaya kepada mereka berdua.
"Tubuhmu masih lemah, makan lah bubur hangat ini biar lebih cepat sembuh." tukas si ibu.
.Seminggu lamanya aku di rawat oleh mereka. Mereka baik dan menganggap ku putri mereka sendiri.
Tak lupa aku menceritakan semua yang telah menimpaku selama ini.
Mereka ikut prihatin. Dan ternyata aku berada lumayan jauh dari daerah asalku.
Pagi aku bangun dengan tubuh dan perasaan yang lumayan segar. Semalam aku sudah mengutarakan niatku kepada Wak Haji untuk pulang dan menyelesaikan urusanku. Aku juga berjanji akan kembali menjenguk mereka suatu saat nanti.
Dengan berat hati mereka melepas ku.
"Ini bawalah, kau pasti membutuhkan nya." Wak haji menyisipkan beberapa lembar uang di saku bajuku.
Aku begitu terharu dengan kebaikan mereka.
"Ingat, kalau urusanmu sudah selesai. Kembalilah kesini." pesan Ibu.
Dengan berbekal doa dari mereka aku kembali ketempat asalku, dimana ada Fajar sedang menunggu ku. tepat sebulan sudah setelah aku menghilang malam itu. Aku harap Fajar masih setia menunggu kepulangan ku. Entahlah, aku merasa pernikahan yang semula cuma sebuah perjanjian tapi kini punya makna yang dalam bagi ku. Apakah aku sudah berubah pikiran? Apakah aku mulai menaruh rasa kepada sahabatku itu?
Aku datang dengan sangat hati-hati. tentu saja karena belum tau siapa sebenarnya musuh yang menculik ku.
Dengan sebuah kerudung besar aku menutupi sebagian wajah. pertama yang ku cari adalah tempat tinggal Fajar.
aku yakin para musuhku sedang berkeliaran mencari keberadaan ku. Karenanya aku tidak berani langsung pulang ke kontrakan.
Rumah Fajar terlihat sepi. Pintunya pun tertutup rapat. Kemana dia? Mau menghubunginya tidak ada ponsel lagi.
Cukup lama aku menunggu sambil berlindung di balik tanaman bunga di halaman rumahnya.
Sebuah mobil datang. Begitu gembira ya aku hingga hampir terlompat dari persembunyian.
Tidak sabar ingin melihat ekspresi Fajar saat tau kalau aku datang dengan keadaan sehat .
Tapi?
Tiba-tiba semangatku mencelos begitu saja.
Aku mengucek mata, meyakinkan apa yang terlihat.
Fajar tidak datang sendirian.
seorang wanita keluar dari pintu sebelahnya.
Dan dengan penuh perhatian Fajar menuntun wanita itu berjalan.
Tanpa terasa air mata menetes.
Semudah itukah dia melupakan ku?
Tapi Fajar tidak salah. Aku lah yang salah terlalu berharap kepadanya. bukannya di antara kami tidak yang istimewa? Dia hanya seorang sahabat yang simpati dan bersedia menolongku dengan menikahi ku. Lalau setelah sebulan lamanya aku menghilang, apakah salah kalau dia mencari wanita lain yang dia cintai?
Mentari... Kau berhalusinasi terlalu tinggi. Fajar cuma sahabat mu. Sekarang dia sudah menemukan pasangannya. Lalu kenapa kau yang terluka?
Aku berusaha menghibur diri.
Setelah ini, Viola salah tujuan ku selanjutnya. Apakah dia juga sudah berubah seperti Fajar?"
Berbeda dengan rumah Fajar, suasana rumah Viola terlihat lebih ramai
mungkin karena penghuninya wanita dan anaknya juga masih kecil
Aku berusaha mengetik pintu.
Dan benar saja Viola yang membukakan pintu.
Niat hati ingin memberi kejutan. Viola malah pingsan saat melihatku.
Untung ada bibi yang membantu ku mengangkatnya ke sofa.
"Vi, ini aku . Mentari.."
"Tari..? Kau masih hidup?" tanyanya dengan mata berkaca-kaca. Dia langsung memelukku erat.
"Iya, aku selamat." dia kembali memelukku.
"Kenapa kau baru pulang sekarang? ceritakan apa yang terjadi dari awal sampai akhir."
Aku menceritakan apa yang aku alami dengan detail. Beberapa kali Viola terlihat menghela nafas.
"Begitu lah ceritanya kenapa aku baru pulang sekarang. Kau tau siang malam aku memikirkan perasaan Fajar. Dia pasti sangat kecewa dan berpikir aku menghilang karena menghindar darinya." aku menelan ludah saat mengakhiri cerita.
Viola mengatur nafasnya.
Dia hampir mengatakan sesuatu tapi aku memotongnya.
"Dan aku baru tau kalau Fajar sudah bersama seorang wanita. Wajar sih, buat apa dia menunggu kepastian dari ku. Aku bukan siapa-siapa nya." ucapku kecewa. Aku berusaha terlihat tegar tapi mata tidak bisa di ajak kompromi.
Viola bingung hendak mengatakan apa. Di kembali merangkulku
"Kita lupakan sejenak tentang Fajar. Apakah kau tidak ingin tau apa yang terjadi kepada Alfan dan Raya?"
"Mereka kenapa?"
Viola menceritakan awal mula aku di culik oleh Raya dan seterusnya. Alfan yang masuk rumah sakit dan koma. sungguh sebuah akhir yang tragis.
"Lalu bagaimana nasib Ryan?"
"Yah, semenjak tau anak itu bukan cucu kandungnya. Bu Karsih menyerahkannya kepantai asuhan. Kasihan anak itu jadi korban dari ke egoisan orang tuanya."
Entah kenapa hatiku tersentuh mendengar nasib bayi tak berdosa itu. Memang Raya selaku ibunya sudah menciptakan malapetaka buatku. Tapi bayi itu tidak berdosa.
Fajar.. aku ingin sekali mendengar cerita tentang Fajar selama sebulan ini.
Tapi sepertinya Viola enggan memulainya.
"Aku tidak perlu menceritakan soal Fajar.
Sebaiknya kalian bertemu dan membahasnya bedua."
"Ah, tidak. apa yang perlu di bahas? Semua sudah berlalu. kami ada kesepakatan hanya karena ingin membuat mas Alfan menyesal. Sekarang semua tidak perlu lagi. Biarkan saja dia tenang dengan wanita pilihannya. Fajar pantas bahagia."
Viola tidak membantah ku. Tapi ada sakit di dada ini yang tidak bisa ku sembunyikan dari orang lain termasuk Viola.
🌷Maaf bau update lagi
,