“15 menit, lakukan semuanya untuk membuatmu hamil dalam kurun waktu itu! Saya tidak menerima waktu lebih dari itu” Suara dingin dari seorang pria berhasil membuat wanita yang tengah berdiri gugup dengan pakaian renda tipis itu mematung.
Bau alkohol yang sangat keras menyeruak di indra penciumannya. Tidak pernah Layla sangka hidupnya akan berakhir seperti ini.
Menikahi siri dengan suami orang hanya untuk menyewakan rahimnya karena pasangan ini tidak bisa memiliki keturunan.
Tapi, apa katanya tadi? 15 menit untuk melakukan semuanya? Bagaimana bisa?
Melihat tak ada sahutan sama sekali dari wanita ini membuat pria itu menghela napas panjang dan hendak berbalik pergi, namun Layla, wanita itu menahan tangan pria itu.
“P-pak Saka…saya akan berusaha melakukannya dalam waktu 15 menit, asalkan Pak Saka bisa memberikan saya 300 juta setelah ini,” ujar Layla dengan suara yang bergetar, bahkan matanya tak berani menatap mata tajam nan dingin milik pria berkuasa yang ada di depannya ini.
Adisaka Tahta Hirawan, mendengar namanya saja sudah membuat Layla tertohok. Bagaimana tidak? Pria ini adalah salah satu pebisnis paling sukses yang diberkati dengan wajah tampan bak malaikat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon serena fawke, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Di sebuah ruang konferensi mewah di lantai tertinggi gedung milik Titan Tech, suasana terasa tegang. Para eksekutif dari Titan Tech, perusahaan raksasa teknologi, duduk berhadapan dengan tim dari Blue Dragon, perusahaan milik Saka. Proposal kerja sama sedang dipresentasikan di layar, tetapi perhatian semua orang tertuju pada sosok pria yang duduk di kursi utama.
Saka mengenakan setelan hitam yang sempurna, jemarinya mengetuk meja dengan irama pelan. Matanya tajam, penuh kalkulasi, memperhatikan setiap detail.
"Saya sudah meninjau penawaran anda.” Suara Saka terdengar dingin, tanpa basa-basi. "Namun, harga yang anda tawarkan untuk sistem keamanan berbasis AI terlalu tinggi dibandingkan nilai return investasi yang bisa saya dapatkan. Jika anda ingin kerja sama ini berjalan, saya ingin revisi skema pembayaran dan jaminan performa selama lima tahun pertama."
Seorang direktur dari Titan Tech menelan ludah, lalu berusaha berargumen, "Pak Saka, sistem kami adalah yang terbaik di industri. Dengan keamanan ini, proyek smart real estate anda akan menjadi pionir."
Saka menyandarkan punggungnya ke kursi. "Saya tidak membeli embel-embel terbaik. Saya membeli sesuatu yang memberi keuntungan. Jika saya bisa mendapatkan teknologi yang sama dengan harga lebih rendah, kenapa harus membayar lebih?"
Ruangan menjadi hening. Johan, teman sekaligus direktur utama perusahaan, menahan senyum tipis. Ini bukan pertama kalinya dia melihat Saka mendominasi meja negosiasi.
Perwakilan Titan Tech mencoba menawarkan opsi baru, tetapi Saka dengan cepat menutupnya, "Saya tidak tertarik dengan diskusi yang berlarut-larut. Jika Anda ingin proyek ini berjalan dengan kami, buat ulang penawarannya. Saya memberi anda waktu 24 jam."
Tidak ada yang berani membantah. Pertemuan berakhir, dan Saka bangkit dari kursinya dengan elegan. Hari ini masih panjang, dan dia harus menghadiri makan malam bisnis nanti malam.
***
Malam itu, acara makan malam bisnis berlangsung di sebuah ballroom hotel bintang lima. Layla hadir dengan mengenakan gaun hitam berpotongan elegan, ditemani tas dan sepatu mahal yang membuat semua orang terkesima.
Keduanya masuk diiringi dengan bisikan bisikan pujian dari semua orang yang ada disana karena keduanya terlihat serasi dengan pakain yang mirip juga. Bahkan, ada yang mengira Layla adalah istri Saka.
Saat Saka memasuki ruangan, dia sempat menoleh ke arah Layla, tetapi perhatian pria itu langsung teralihkan oleh rekan-rekan bisnis yang datang menghampirinya.
Layla sebenarnya sudah sangat lelah seharian ini menemani Saka keliling untuk bernegosiasi masalah bisnisnya dan harus lembur hitungannya karena mengikutinya ke acara makan malam ini.
Namun, mengingat Saka berjanji akan memberikannya tambahan gaji Layla berusaha menyemangati dirinya. Farrel adalah satu satunya motivasinya jika tidak dia pasti sudah kabur sejauh jauhnya dari pria ini.
"Pak Saka, izinkan saya mengenalkan..."Seorang CEO mendekati pria itu, sementara Layla berdiri di samping, tersenyum tipis. Rasanya bibirnya sudah kaku saking seringnya dia memaksakan senyum sejak tadi.
Layla yang lelah karena memakai heels tinggi seharian itu hendak meminta izin duduk di meja lain karena Saka sepertinya akan berbincang lama akan tetapi pria itu tidak mendengarkannya alhasil Layla berjalan menjauh tanpa meminta izin Saka.
Di sisi lain ruangan, seorang pria muda dengan jas abu-abu menatap Layla dengan penuh ketertarikan. Dia adalah Adrian Wijaya, pengusaha muda yang dikenal playboy. Dia mendekat, menyelipkan senyum menawan.
"Hai, sendirian saja. Siapa namamu?"tanya Adrian, suaranya rendah. Layla memang duduk sendirian dan tiba tiba pria ini datang.
Layla melirik sekilas. "Aku Layla Anabella,” jawab Layla dengan senyuman dipaksakan. Sejujurnya dia tidak ingin berbicara dengan siapapun namun mengingat dia sebagai perwakilan Saka juga tidak ingin membuat kesan buruk.
Alhasil dia berusaha berbincang dengan pria ini yang secara terang terangan memperhatikan Layla dari ujung kepala sampai ujung kakinya membuatnya risih. Selain itu dia juga menanyakan pertanyaan pribadi hingga membuat Layla risih.
Sementara itu, di sisi lain ballroom, Saka masih sibuk berbincang. Sesekali dia melirik ke arah Layla. Dia mengernyit bingung ketika melihat Layla terlihat berbicara sembari tersenyum dengan seorang pria. Namun Saka segera mengalihkan pandangannya karena banyak yang harus dia bicarakan dengan rekan bisnisnya.
“Ah benarkah? Sebelum menjadi CEO kau sempat menjadi bartender?” tanya Layla terlihat mulai masuk ke perangkap playboy itu. Awalnya memang Layla tidak tertarik dengan pembicaraanya tetapi Adrian ini terlihat sangat berpengalaman hingga membuat Layla tertawa tanpa sadar.
Adrian mengangguk semangat. “Ya aku sering mengisi seminar tentang bagaiamana membangun bisnis bahkan dari minus bukan dari nol lagi karena aku punya pengalaman banyak,” ujarnya. “Seperti minuman satu ini, aku khusus meraciknya dan menjadi minuman andalan di perusahaanku saat ini.”
Adrian menyodorkan beberapa sampel minuman yang sangat asing bagi Layla. Namun karena memang penasaran sejak tadi mendengar pembicaraan Adrian tentang keberhasilan bisnis minuman ringannya Layla benar benar meminumnya.
“Bagaimana rasanya? Segar bukan?” tanya Adrian.
Layla mengangguk mantan. “Hm…iya sangat segar.” Sebelum akhirnya dia merasakan sensasi aneh di sekujur tubuhnya yang terasa panas dingin.
Tanpa Layla sadari, Adrian berhasil menariknya menjauh dari keramaian. Dia membawanya ke sebuah kamar hotel yang sudah dia persiapkan.
Ketika Layla menyadari niatnya, jantungnya berdegup kencang. “Tunggu! Lepaskan aku. Apa maumu?” pekik Layla namun Adrian menariknya dengan sangat kuat.
Adrian hanya tersenyum. "Tenang saja, aku hanya ingin kita menikmati malam ini."
Di ballroom, Saka akhirnya menyadari sesuatu yang janggal. Layla tidak lagi ada di tempatnya. Johan juga tak melihatnya. Mata Saka langsung menyapu ruangan dengan tajam, hingga seorang pelayan berkata, "Saya tadi melihatnya pergi dengan Tuan Adrian."
Ekspresi Saka berubah seketika. Pandangannya menggelap. Dia berjalan cepat, lalu semakin cepat, hingga nyaris berlari keluar ruangan.
Ketika dia tiba di depan kamar hotel Adrian, amarahnya sudah di puncak. Tanpa pikir panjang, Saka mendobrak pintunya.
Di dalam, Adrian baru saja mendekat ke Layla. Wajah wanita itu tegang.
Tanpa peringatan, Saka melayangkan tinjunya ke wajah Adrian. Pria itu tersungkur ke lantai, darah mengalir dari sudut bibirnya.
"Beraninya kau!” Suara Saka terdengar mengerikan. “Denga siapa kau pikir sedang bermain main hah?” sinisnya.
Adrian merintih kesakitan. "S-Saka... tunggu... ini hanya kesalahpahaman. Jadi…Jadi wanita ini milikmu?”
Saka tidak mendengar. Dia meninju lagi, lagi, dan lagi. Hingga Adrian hampir tak bisa mengangkat wajahnya.
Layla menggigil di sudut ruangan, tetapi dia merasa aman melihat Saka ada di sana.
Ketika Saka akhirnya berhenti, dia menoleh ke Layla. Matanya masih penuh kemarahan, tetapi suaranya lebih tenang. "Kau baik-baik saja?"
Layla mengangguk perlahan, masih gemetar. Saka langsung melepas jasnya dan menyampirkannya di punggung Layla.
Pria itu dengan cepat membawanya ke mobil untuk bergegas pulang menuju ke hotel karena semuanya sudah kacau. Suasana hati Saka berubah total. “Apa yang kau lakukan, Anabella? Apa kau tidak tahu sepanik apa saya tadi? Bagaimana kalau saya tidak datang tepat waktu pria itu pastis u—
“Ahh….Pak Saka….Semuanya panas,” lirih Layla yang sudah melepas jas Saka dan bergelinjang dengan tidak nyaman.
Saka menyadari ada sesuatu yang aneh dan langsung menyentuh dahi Layla. “Sial…..ini pengaruh obat.”