Kamu pernah bilang, kenapa aku ngga mau sama kamu. Kamu aja yang ngga tau, aku mau banget sama kamu. Tapi kamu terlalu tinggi untuk aku raih.
Alexander Monoarfa jatuh cinta pada Rihana Fazira dan sempat kehilangan jejak gadis itu.
Rihana dibesarkan di panti asuhan oleh Bu Saras setelah mamanya meninggal. Karena itu dia takut menerima cinta dan perhatian Alexander yang anak konglomerat
Rihana sebenarnya adalah cucu dari keluarga Airlangga yang juga konglomerat.
Sesuatu yang buruk dulu terjadi pada orang tuanya yang ngga sengaja tidur bersama.
Terimakasih, ya sudah mampir♡♡♡
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari yang Berat
Rihana melihat ponselnya bersinar terang tanda ada yang menelpon. Dia melihat nama penelpon itu dengan enggan. Alexander.
Rihana mencoba mengintip dari balik tirainya yang dia geser sedikit. Untung tadi dia sudah memadamkan lampunya.
Matanya menatap nanar pada laki laki yang sedang berdiri di balik pagar dengan sebelah tangannya memegang ponsel.
Seperti sangat sibuk dengan ponselnya.
Sementara sebelah tangannya lagi ngga henti henti memegang keningnya, seperti memijat.
Dan Rihana juga bisa melihat ponselnya yang berada di sampingnya beberapa kali lampunya menyala, dan ngga lama kemudian gelap. Kemudian menyala lagi. Ngga lama setelah itu gelap lagi. Rihana ngga menghitungnya. Dia hanya menatap sosok yang ngga berhenti dengan aktivitasnya yang selalu berulang.
Rihana merasa jantungnya berdetak kencang ketika Alexander mendongak seakan menatapnya. Tapi dia yakin Alexander ngga akan menyadari gordennya yang hanya bergeser sedikit saja.
Cukup lama juga Alexander mematung membuat Rihana ingin menyerah untuk menghampiri Alexander.
Tapi dia tetap bertahan dan membiarkan laki laki itu tetap di sana sendirian. Rasa enggan di hatinya terlalu besar.
Rihana menyesali dirinya yang terlalu cepat menerima Alexander. Apalagi di tengah kehebohan isu kedekatan Alexander dengan adik tirinya.
Hampir enam tahun mereka berpisah tanpa kabar. Dirinya masih setia, tapi tidak untuk laki laki itu. Dia.sudah goyah. Godaannya pun melebihi dari dirinya.
Rihana ngga ada apa apanya dibandingkan dengan Aurora. Si cantik bidadari yang selalu di puja puja dan mutlak sudah diakui sebagai anak papanya.
Beda dengan dirinya yang dibuang bersama mamanya. Kenyataan yang selalu menyakitkan hatinya. Kenapa dia selalu dihadapkan dengan hal yang sama. Tidak bisakah dia memiliki satu saja.
Papanya sudah jelas bukan miliknya. Kenapa Alexander pun harus berpaling pada adik tirinya itu.
Kejadian tadi harusnya bisa membuka matanya kalo hati Alexander sudah berubah. Ngga utuh lagi buatnya.
Rihana menyeka air matanya yang mengalir bersamaan dengan kepergian Alexnader.
Kamu pernah bilang, kan, kenapa aku ngga mau sama kamu? Kalo sudah begini, apa kamu akan tanggung jawab? Perasaanku sakit, Alex. Hatiku hancur.
Rihana pun terisak sedih dalam kegelapan yang entah mengapa membuatnya merasa nyaman.
Alex, aku ngga pernah nolak kamu. Ngga pernah, batinnya berulang ulang dalam kesedihannya.
*
*
*
Rihana melangkah lebih awal keluar dari rumah kostnya. Anak anak kost masih sibuk di kamar.
Mungkin mereka kuliah agak siang, pikir Rihana.
Hanya satu dua anak kost yang ditemuinya jika berangkat dan pulang kerja. Rihana pun ngga bermaksud mengenalkan dirinya pada mereka. Karena rata rata mereka bersikap cuek. Paling hanya tersenyum saat berpapasan. Selebihnya menghabiskan waktu di kamar kalo ngga kuliah atau hang out.
Rihana pun ngga menghubungi Puspa. Tapi temannya sudah menampakkan dirinya di mulut gang dengan senyum sangat lebar. Seolah tau kalo Rihana akan berangkat lebih awal.
"Syukurlah aku ngga perlu lama nunggu kamu. Ayo," ajak Puspa sambil menggandengnya.
Rihana tersenyum. Sejak dia tau rumah oma dan opa Puspa, hatinya merasa sangat bahagia melihat Puspa. Puspa ternyata sepupunya. Ngga nyangka kebaikan Puspa membuahkan hasil yang sangat menakjubkan.
Rihana pun dengan mudah menemukan keluaraga mamanya yang dulu sulit mereka jumpai. Begitu juga papanya. Jalam takdir memudahkannya sekarang. Hanya saja Rihana sangat sedih karena mamanya ngga sempat menikmati kebahagiaan ini.
Walau begitu, Rihana ngga ingin memberitau jati dirimya. Dia lebih nyaman begini. Lagian ngga ada bukti yang dibawanya sebagai anak mamanya. Biarlah dia menikmatinya sendiri dari pada nanti saat mengatakan yang sebenarnya malah ngga dipercaya dan dikira tukang tipu.
"Nanti sore jadikan maen ke rumah. Oma udah ngga sabar ketemu kamu," desak Puspa saat keduanya sudah berada di dalam mobil Puspa.
Rihana ingin menolak, tapi ngga tega. Dia sebenarnya masih butuh waktu sendiri. Tapi dia ngga boleh egois. Apalagi wajah Puspa menatapnya penuh harap.
"Iya, jadi," sahut Rihana membuat Puspa bersorak senang.
"Oma pasti senang, nih," ucap Puspa dengan binar di matanya.
Rihana pun merasakan debar debar kebahagiaa di dadanya. Dia akan berkumpul dengan keluarga mamanya.
Ada opa, oma, om dan tante. Juga sepupunya yang lain. Dia juga sudah bertemu dengan dua sepupunya selain Puspa. Ansel dan Kirania. Mereka juga sangat baik dan menyenangkan.
"Kita ngga jemput Winta?" tanya Rihana heran karena laju mobil langsung menuju basemen perusahaan
"Dia udah jadian sama Bagas. Nanti pun pulangnya sama Bagas."
"Ooh, malah baru tau," tukas Rihana merasa surprise. Di luar dugaannya.
Juga terlalu cepat.
Puspa tertawa.
"Makanya jangan suka sibuk sendiri. Update, dong," ejek Puspa dalam tawanya.
Rihana tambah tertawa. Mengingat dia terlalu fokus dengan pekerjaannya dan masalah masalah dari masa lalunya yang bermunculan akhir akhir ini
Semuanya membutuhkan banyak energi sampai dia ngga memperhatikan keadaan sekitarnya.
Tanpa Rihana sadari, Puspa menatapnya dengan tatapan berbeda.
Puspa punya misi rahasia tanpa setau Rihana. Membawa Rihana bertemu opa dan omanya. Juga papa dan om omnya.
Malam itu Puspa pun mendapat interogasi tentang Rihana. Apa benar mama Rihana sudah meninggal.
Karenanya pagimya Puspa pun melihat foto Rihana dan mamanya di kubikel Rihana, tanpa seizin sahabatnya. Tepatnya saat Rihana belum datang.
Anehnya Rihana ngga marah. Dia hamya tersenyum memaklumi perbuatan ngga benarnya. Padahal harusnya Rihana memperlihat kekesalannya, biarpun itu hanya sedikit.
Puspa menghela nafas panjang.
Dia belum bisa memastikan hubungan darahnya dengan Rihana.
Nanti malam segala alat bukti akan diperoleh.
Puspa belum bisa mengatakan apa pun pada Rihana sampai hasil tes dna keluar
Terlalu beresiko. Karena sempat beberapa kali ada yang mengaku sebagai cucu omanya.
*
*
*
Alexander terlambat. Mobil yang membawa Rihana baru saja pergi saat dia hendak parkir di pinggir gang.
Sampai sekarang chat nya pun belum dibalas. Bahkan Rihana sama sekali belum membuka pesannya dan ngga menyentuh ponselnya (mungkin). Terlihat gadis itu hanya aktif setengah jam setelah dia mengirimkan pesan untuknya.
Fix, gadis itu marah dengan caranya mendiamkannya. Ngga mempedulikannya. Dia juga salah sudah menyakiti hati Zira tanpa dia sengaja.
Semalaman dia berpikir dan menyangkal semua pikiran buruknya. Dia yakin hatinya ngga pernah berubah untuk Zira. Buktinya sekarang dia sudah seperti gila karena gadis itu mengacuhkannya.
Alexander menghela nafas pqnjang. Alexander pun mengikuti mobil yang akan membawa Rihana ke perusahaannya. Dia ngga mau salah paham ini berlanjut.
Jika saja ngga macet, Alexander pasti akan menyalib mobil yang membawa gadis itu dan berhenti mendadak di depannya. Kemudian akan meminta gadis itu keluar dan menjelaskan semuanya padanya. Dan meminta maaf.
Sayangnya itu hanya angan angannya saja. Ngga mungkin dia wujudkan saat ini.