Di SMA Triguna Jaya, kelas 11 IPS 5 dikenal sebagai "Kelas Terakhir." Diremehkan oleh murid lain, dianggap kelas paling terakhir, dan dibayangi stigma sebagai kelas "kurang pintar," mereka selalu dianggap sepele. Namun, di balik pandangan sinis itu, mereka menyimpan sesuatu yang tak dimiliki kelas lain: talenta tersembunyi, kekompakan, dan keluarga yang mereka bangun sendiri.
Ketika cinta segitiga, persaingan ambisi, dan prasangka mulai menguji persahabatan mereka, batas antara solidaritas dan perpecahan menjadi kabur. Apakah mereka bisa menjaga mimpi bersama, atau akan terpecah oleh tekanan dunia luar?
©deluxi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alona~, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
08. Razia Dadakan
...Hallo hallo sayang sayangku 🌷...
...۪ ׄ ۪ 🎀 Disclaimer‼️: ׂ 𖿠𖿠...
...Semua cerita ini hanyalah cerita fiksi. Jika ada kesamaan dari nama, karakter, lokasi, tokoh, itu semua karena unsur ketidaksengajaan. Mohon maaf jika ada kesalahan dalam menulis. ...
...۪ ׄ ۪ 🌷 Happy Reading 🌷: ׂ 𖿠𖿠...
Hari ini adalah hari senin, hari yang hampir di benci oleh semua anak sekolah. Upacara, panas panasan, seragam harus komplit dan rapih, gak boleh telat, pokoknya ribet banget kalau udah hari senin.
Contohnya saja Gisella, jam 07.00 ia sudah stand by di kelas berkutik dengan kaca dan alat make up lainnya. Bukan cuma Gisel saja, bahkan seluruh anak perempuan berkumpul di meja Gisel ikut menata penampilan mereka.
Sedangkan para anak laki-laki memilih menonton keriwehan mereka sambil sarapan. Benar kata Haikal, 'Menunggu perempuan dandan hampir sama dengan menunggu bunga Edelweis mekar' yang artinya lama bangettt, walaupun gak selama itu juga.
"Woy, 15 menit lagi upacara di mulai, kalian mau kondangan atau mau upacara sih?" tanya Renal dengan sensi, ia kesal sekali melihat anak perempuan yang sejak tadi belum selesai berkutik dengan berbagai alat make up yang Renal tidak tau apa namanya.
Nade menyipitkan mata sipitnya menatap Renal tajam, "Sttt! Lo gak tau apa-apa ya, koko. Mending diem!" ucapnya membuat Renal berdecak sebal.
"Dahlah gue tunggu di luar, ngantuk lama-lama."
"Lagian siapa juga yang minta ditungguin, elo!" cibir Nade setelah melihat kepergian Renal.
"Heh lo pad───"
"Diem ya, Kal! Sekali lagi lo ngomong, gue tus*k mata lo pake mascara! Mau?!" sela Gisella sambil menatap tajam Haikal, membuat sang empu yang ditatap seperti itu langsung ciut.
"Hehehe, iya siap nyai," ucap Haikal.
Lagian nih ya, kalau dipikir-pikir, anak laki-laki itu gabutnya gak berfaedah. Anak perempuan gak ada sama sekali nyuruh anak laki-laki buat nungguin mereka selesai make up. Tapi, dengan gabutnya mereka malah nunggu dan ngamuk-ngamuk karena lama.
Lagian siapa yang nyuruh mereke buat nungguin sih?
Kring...
Kring...
'Pemberitahuan, kepada seluruh siswa siswi SMA TRIGUNA JAYA untuk segera berkumpul di lapangan, karena sebentar lagi upacara pengibaran bendera akan segera di mulai!'
"Nah lho udah bel, buruan buruan!"
Setelah mendengar interupsi dari speaker, mereka buru-buru keluar dari tempat persembunyian alias kelas mereka. Ke- sebelas perempuan itu berjalan beriringan dengan sangat anggun, layaknya bidadari dari negeri dongeng. Lalu, di sebelah masing-masing perempuan, terdapat anak laki-laki yang sigap menjaga layaknya bodyguard mereka.
Kedatangan anak kelas IPS 5 menjadi sorotan para murid-murid lainnya. Bagaimana tidak, mereka berjalan ke lapangan dengan beriringan, udah kaya orang ngajak tawuran, apalagi komuk tengil para anak laki-laki yang sok cool itu.
Singkat cerita, upacara telah selesai dilaksanakan, semua murid-murid mulai membubarkan diri. Ada yang langsung ke dalam kelas, ada yang memilih langsung ke kantin, ada juga yang langsung ke kamar mandi. Pokoknya beragam deh.
Anak-anak IPS 5 sih memilih untuk buru-buru ke kelas dan lesehan di teras. Mereka udah gak kuat buat ke kantin, pokoknya mau rebahan karena udah gak kuat gerah dan panas poul!
"Buset gerah banget, untung gue gak pake foundation, jadi gak keliatan dempul!" ucap Sabi sambil rebahan di kaki Kalisha.
"Ya lagian lo pada aneh pada dandan segala, udah tau upacara," celetuk Hanif si paling nyaut disetiap obrolan.
"Hooh, untung aja kagak dikatain badut lo pada," sambung Sandi.
"Ihh anjirr! Lo beli minum kagak ngajak-ngajak!" Sherly tiba-tiba memukul Raden saat matanya tak sengaja melihat Raden tengah meminum es cekek.
"Apaan sih anjir? Tadi gue udah ngajak ya!" sewot Raden, hampir saja es nya jatuh karena Sherly tiba-tiba mukul tanpa aba-aba.
"Eh, Sel. Kemarin lo dapet panggilan make up di acara apaan?" tanya Jia tiba-tiba.
"Di acara nikahan, Ji. Mayan lah dapat duit plus makanan juga hehe," ucapnya cengengesan.
"Ih gue masih kesel sama kalian, ya! Masa kemarin cuma gue yang inget kalau minggu joging! Mana gue udah siap-siap dari pagi, ngeselin tau gak?!" Nata tiba-tiba nyerocos karena masalah kemarin.
Mereka yang mendengar Nata ngamuk pun tertawa ngakak, kalau di pikir-pikir kasian juga Nata, udah siap tapi joging nya gak jadi.
"Ya maaf, Nat. Kita serius duarius tigarius gak inget samsek, asli!" ucap Kalisha.
"Yaudah si wirr, udah telat juga," jawabannya ketus.
Kalau udah upacara gini kadang mereka tuh gabut mau ngapain lagi. Kalau anak perempuan udah pasti gosip number one! Nah kalau anak laki-laki? Gak tau lah pokonya mereka udah kaya anak ayam yang baru di keluarin dari kandang, aktif banget bund.
Contohnya Haikal, Jildan, sama Raden lagi godain anak orang lewat.
"Piw piw! Cantik banget, boleh lah bagi WA nya."
"Ig nya dong cantik, kiw kiw."
Lalu ada Yudha, Shaka sama Jendra yang gabut banget lagi nyiram pot bunga sampe penuh banget itu air.
"Lo beg* banget dah, Jen. Ini airnya kebanyakan, nanti di reog si Gisel mau lo?"
"Ini juga elo yang nyiram ya, Anj*r!"
Di sebelahnya ada Hanif, Sandi, sama Samuel lagi nyanyi nyanyi gak jelas sambil duduk di tembok pembatas balkon.
"Sekuntum bawang merah~~"
"Mawar merah, gobl*g!"
Lalu di pojok ada Eric, Felix, Renal, sama Bian lagi mabar.
"Ih beg* lo jangan sembunyi, bantuin gue!"
"Eric, bantuin aing! Aing di serang woy!"
Kalau Juan? Juan mah beda dengan yang lain, dia join gibah sama anak cewe sambil nyemil makanan buatan Hanna.
"Asli coy gue sampe ngikngik ngetawain nya."
"Ih, Juan! Makanannya kenapa lo abisin sih?!"
Pokoknya brisik heboh banget deh mereka, sampai tiba-tiba...
"KENAPA KALIAN BELUM MASUK KELAS!"
DEG!
Itu suara teriakan Pak Rian, guru BK mereka. Ia berjalan cepat menuju ke arah mereka. Dengan gerakan cepat, mereka langsung berlari cepat ke dalam kelas. Jendra yang baru inget belum matiin selang buru-buru balik ke luar buat matiin selang.
Sampai ke dalam kelas, Nade baru ingat sesuatu, jika....
"GISELL! RAZI-"
"SEMUA TAS SIMPAN DI ATAS MEJA!"
...🌷 🌷 🌷...
Jika kalian bertanya bagaimana nasib anak-anak cewe setelah ada razia dadakan? Jawabannya cuma satu, HANCUR!
Mereka di bentak-bentak, di maki-maki, apalagi pas ketauan ada banyak make up di tas Giselle, dan rokok di tas Felix sama Raden.
Pokoknya abiss banget mereka, udah di maki-maki di bentak-bentak, sekarang ditambah mereka di hukum buat hormat sampai dzuhur, plus gak boleh ikut pelajaran sampai pulang. Triple kill pokoknya.
"Napa melamun kek gini dah? Santuy aja santuy, kek yang baru di hukum aja," celetuk Haikal memecahkan keheningan.
Sandi yang lagi duduk di samping Haikal mengangguk setuju, "Hooh, santuy ae santuy, gak bakal di penjara ini."
Hening.
Tidak ada sahutan atau amukan dari anak perempuan. Biasanya, kalau di hukum barengan kaya gini, anak perempuan bakal ngamuk ngamuk kalau Sandi atau squad jamet ngomong kaya gitu. Tapi kali ini? Boro-boro ngamuk, protes pas di hukum aja enggak. Kan mereka jadi bingung dong, mereka kenapa?
Suasana tiba-tiba berubah menjadi dingin dan tegang, pokoknya engga kaya biasanya. Mereka di hukum kaya gini bukan sekali dua kali, mereka mah biasanya enjoy enjoy aja, kek udah biasa cuy? Tapi kali ini beda, kaya ada mendung tapi bukan langit.
"Gue masih terngiang-ngiang sama omongan Pak Rian." Nade akhrinya membuka mulut, semuanya menatap Nade, menunggu Nade melanjutkan bicaranya.
"Gue emang gak ngerasa kalau gue wanita penggoda, tapi ngapain harus bawa bawa nyokap gue? Yang gak ada sangkut pautnya sama dia anj**g?!"
"Gue kadang kesel sama Si Rian itu, dia kalau ngomong gak pake hati ya? Dia ngomong asal keluar gak mikirin orang lain." ucap Renal yang ikutan geram dengan sikap guru BK itu.
"Gue lebih kasihan sama Jia, setiap kelas kita dapet salah, kenapa cuma Jia yang dimarahin habis-habisan? Tadi aja, dia maki-maki Jia tanpa mikirin perasaan Jia," Jendra berucap dengan kesal, sampai urat urat lehernya terlihat.
Semuanya terdiam. Apa yang diucapkan Jendra dan Renal benar. Kadang, mereka berfikir kalau guru BK itu punya dendam pribadi pada mereka. Bersikap tidak adil, kasar, pokoknya gak ngotak kalau ngasih hukuman sama mereka.
"Dia pikir, dengan dia bikin kita di hukum gini bikin kita mikir? Yang ada kita kurang percaya diri, anj*ng!" ucap Samuel kesal.
"Gue jadi kepikiran an*ing, gue bodoh banget ya ternyata, sampai di banding bandingin sama anak IPA yang jelas-jelas pelajarannya aja beda bangs*t!" itu umpatan Juan, ia duduk sambil menatap lapangan dengan tatapan kosong.
Jildan terkekeh remeh, ia meremas botol minum yang sudah habis, lalu melemparnya dengan emosi. "Gue masih inget kata-kata dia yang bilang, 'Orang-orang bod*h, beg*, biada* kaya kalian gak pantes sukses! Kalian bakalan hidup nelangsa di jalanan!' sok tau banget anj*ng, kaya dia tuhan aja ngatur ngatur."
"Walaupun omongan dia sampah, gue jadi kepikiran anj*ng, emang kita-kita gak pantas buat bahagia? Buat sukses?"
Berakhirlah hari ini, banyak sekali pertanyaan, emosi dan kurang rasa percaya diri yang mengganggu pikiran mereka.
...🌷 🌷 🌷...
...Aku gak bakalan bosan bosan mengingatkan kalian, jangan lupa tinggalkan jejak ya, seperti vote, komen, dan tambahkan ke favorit kalian ya😉🌷...
...Sampai ketemu di part selanjutnya 🌷...
...ִ ׄ ִ 𑑚╌─ִ─ׄ─╌ ꒰ To be continued꒱ ╌─ׄ─۪─╌𑑚 ۪ ׄ...