NovelToon NovelToon
Antara Dia Dan Sahabat Kuu

Antara Dia Dan Sahabat Kuu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Dosen
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: dragon starr

Liliy aqila khanza, Hesti Adifa dan Wina arfa alia bersahabat sejak TK sampai bangku kuliahan. mereka menamainya Black Ladies karena mereka memiliki kesamaan tidak menyukai warna yang cerah dan itu menggambarkan kepribadian mereka. Liliy aqila khanza berusia 19 tahun dan diagnosa dan mengidap DID ( Dissociative identy Disorver) 8 tahun yang lalu. Trauma masa kecil akibat broken home membuat tempramennya sulit ditebak. Liliy jurusan seni dan tergolong pandai di kelasnya. Gitar merupakan barang kesayangannya yang selalu di bawa kemana pun dia pergi. hesty dan wina ialah sahabat yang selalu memahaminya mereka tidak membiarkan sahabatnya larut dalam kesedihan. Hingga persahabatan mereka di uji oleh seorang laki-laki tampan jurusan olahraga yang merupakan pindahan dari kota. postur tubuhnya yang kokoh membuat idola para kaum hawa di kampusnya.Kedatangannya membuat persahabatan mereka mulai retak. Apakah Black Ladies mampu mengatasi keretakan itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dragon starr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

19. Merayakan kemenangan

 " Kebersamaan tidak bisa di hargai dengan uang. Walau sebanyak apapun uangmu, itu tidak akan bisa membeli kebersamaan itu."

*** Rumah Lily***

 Lily terbangun dari tempat tidurnya dan masih belum percaya kalau Black Ladies juara pertama dalam kegiatan lomba pentas seni musik per angkatan mengalahkan senior senior angkatan lama.

 Jarum jam tangannya mulai menunjukkan pukul 16.30 WIB. Lily bingung bagaimana cara meminta izin pada neneknya. Ia bolak-balik sendiri di kamarnya memikirkan kata kata apa yang ia ucapkan di depan neneknya.

 " Gimana ya caranya minta izin?" Tanyanya yang sedikit bergumam yang masih bolak-balik di tempatnya.

"Ah sudahlah, tanya aja yang sebenarnya," yakinnya Lily dan mulai memberanikan dirinya.

 Lily mengechat di grup Black Ladies untuk memastikan tempatnya nanti malam.

[ Bangun... bangun, sudah mau malam nih,] dalam chatnya. Lily berpikir pasti Hesti dan Wina tidak mendengarkannya karena tidur. Jadi, Lily memutuskan untuk spam grup agar mereka mendengarkannya

[ Bangun kebo! Sudah mau malam] ucapnya Lily di chat mengingatkan.

[ Kalian dimana? Bangun...bangun, jadi enggak pergi? Kalau enggak jadi, aku nggak mikirin nih kata kata nanti di nenek,] spamnya Lily di grup yang tidak ada yang merespon.

 Hesti dan Wina tidak meresponnya karena mereka tidur. Lily sedang menunggu respon chat dari sahabatnya sambil memilih baju yang ia pakai nanti.

 Beberapa menit menunggu chat dari sahabatnya, ponsel Lily bunyi notifikasi grup chat dari Wina. Ia baru saja bangun dan mendengar suara notifikasinya berulang kali.

[ Maaf...maaf, aku baru bangun,] ujarnya Wina merasa bersalah.

[ Jadi enggak sebentar keluar malam?] Tanyanya Lily kembali memastikan.

[ Jadi kok, tempat biasa aja yang cafe itu] kata Wina yang menyarankan tempat baru waktu itu.

[ Oke, kesitu aja. Aku usahain deh pergi,] ucapnya Lily yang belom minta izin ke neneknya.

[ Semoga di izinin deh,] ujarnya Wina sambil bersiap siap menuju kamar mandi.

[ Ya, semoga saja. Oh iya, kamu telpon Hesti kalau ke cafe biasa aku lagi usahain minta izin nih sama nenek] ucapnya yang sembari duduk di atas kasur karena capek memilih baju yang ia pakai.

[ Oke, aku juga mau siap siap] ujarnya Wina.

[ Kita langsung ketemu di cafe ya,] ujar Lily

[ Oke... Oke] ucapnya Wina dengan melempar ponselnya di sembarang arah kasur dan Wina menuju kamar mandi untuk siap siap mandi.

 Setelah selesai memastikan tempatnya, Lily menuju kamar neneknya untuk minta izin. Lily tidak menemukan neneknya di situ. Lily menuruni tangga dan menuju dapur dan mencari neneknya. Lily mendapati neneknya sedang menggoreng ikan ia pun menghampiri neneknya.

"Nek lagi apa?" Tanyanya Lily basa basi pada neneknya.

"Kamu nggak lihat nenek lagi apa?" Tanya neneknya yang sedang menggoreng ikan tanpa melihat Lily di belakang.

"Nenek lagi menggoreng ikan" jawabnya Lily bingung tidak tau minta izinnya bagaimana ke neneknya.

"Kok kamu jadi aneh?" Tanya nenek dengan melihat ke arah Lily yang sudah rapi, tinggal berangkat ke cafe. "Kamu mau kemana,Li?" tanya neneknya sambil melihat Lily dengan lekat dan heran.

"Hmm.. Itu nek, a-aku mau pergi... jawabnya Lily dengan terbata bata dan tidak mampu melihat wajah neneknya.

"Pergi kemana?" Tanya neneknya yang melanjutkan menggoreng ikannya.

"Itu Nek, mau rayain aku yang lomba pentas waktu itu, Nek." Jawabnya Lily mulai mengingatkan neneknya.

"Oh yang sempat kamu tidak mau ikuti itu?" Tanya neneknya.

"Iya Nek. 'kan hari ini aku sudah pentas dan aku juara pertama Nek." ucapnya dengan bangga di depan neneknya.

"Alhamdulillah, 'kan nenek sudah bilang kamu pasti bisa. Lalu kamu mau rayain dimana?" Tanya neneknya yang masih menggoreng ikan.

"Rencana di cafe, Nek sama Wina dan Hesti." ungkapnya Lily masih berdiri di belakang neneknya yang sedikit berkeringat.

"Perginya sekarang?" Tanya kembali neneknya.

"Iya Nek. Boleh 'kan Nek?" Tanyanya Lily dengan nada sendu.

"Boleh Nak. Tapi, jangan terlalu malam pulangnya. Sebelum jam 10 malam harus pulang." ujar neneknya yang mengizinkannya pergi.

"Nenek serius?" Tanya Lily tidak menyangka neneknya mengizinkannya pergi.

"Iya, Nak." Jawabnya sambil tersenyum di arah Lily.

"Makasih, Nek. Nenek sangat baik, nenek memang pengertian, Lily menyayangi nenek," ujar Lily sambil memeluk dan mencium neneknya. " Kalau gitu, aku sekalian pamit ya, Nek. Nanti di tungguin sama Wina sama Hesti," pamitnya Lily lalu mencium neneknya kembali.

"Sama sama, Nak. Hati hati di jalan." ujar neneknya sedikit mengingatkan.

 Setelah Lily mendapat izin dari neneknya, Lily menuju garasi yang parkir lalu menancap gas ke tempat cafe.

 Di dalam mobil, Lily sangat senang karena dia di izinkan pergi, padahal tadi dia bingung kata katanya untuk pamit di neneknya.

 Tidak terasa, Lily sampai di cafe. Ia melihat mobil Wina di depan cafe. Jadi Wina sudah datang.

 Lily pun masuk dalam cafe dan mencari keberadaan Wina. Ternyata Wina duduk di bagian tengah cafe bersama Hesti. Ia pun menghampirinya.

" Sorry telat. Eh... Hesti udah datang? Kok aku nggak lihat mobil kamu di parkiran? Tanyanya Lily langsung duduk dan menatap ke arah Hesti.

" Enggak apa-apa, kita juga barusan datang kok...," ucap Hesti sambilnya tersenyum, " Tadi di jemput Wina soalnya malas bawa mobil" kata Hesti.

" Santai, kita juga barusan juga datang. Tuh gara gara Emak kebo enggak bangun bangun. Jadi, aku samperin ke rumahnya," celetuk Wina melihat ke arah Hesti dengan tertawa kecil.

" Sudah... Sudah, bagaimana kalau kita pesan aja? Kita rayain kemenangan kita malam ini" lerai Lily dan mengalihkan pertanyaan agar mereka tidak saling bertengkar.

" Boleh. Kita pesan yang banyak ya, soalnya tadi enggak makan lalu kesini." keluhnya Wina dengan memperlihatkan wajah seperti tidak pernah makan.

"Pesan saja semuanya 'kan ada uang hasil juara kita. Jadi, kalian pesan sesukanya," ujar Lily kasian melihat muka yang ditujukkan oleh Wina.

"Yes... kita kenyang malam ini," ucapnya Wina dengan senang.

 Lily memanggil pelayan untuk memesan makanan. Wina dan Hesti mulai memilih menu yang ia lihat enak. Lily yang melihatnya hanya geleng-geleng kepala.

 Tidak butuh waktu lama, semua pesanan mereka telah datang. Pesanan mereka memenuhi meja, mata Wina dan Hesti langsung berbinar dan perutnya langsung meminta untuk di isi.

 Mereka memakan dengan lahap, sampai sampai tidak ada lagi tempatnya dalam perut. Sementara mereka masih makan, tiba-tiba terdengar suara gelas terjatuh di lantai.

Bruak... Bruak

" KALAU JALAN TUH PAKAI MATA," pekiknya perempuan yang ketumpahan jus sedikit di bajunya.

" Maaf Mbak. Saya tidak sengaja," kata pelayan itu menunduk merasa bersalah.

"Maaf apaan? Emang minta maaf bisa nyelesain masalah? Gara gara kamu baju aku kotor. Gaji kamu setahun enggak akan mampu gantiin baju aku," pekiknya seorang perempuan itu mampu membuat semua pengunjung menoleh ke arahnya. Begitu pun Lily, Hesti dan Wina.

"Maaf ya Mbak. Saya benar benar tidak sengaja" ucapnya pelayan itu menunduk ketakutan.

 Lily sangat kasihan melihat pelayan itu dimarahi seperti itu, ia pun menghampiri ke arah perempuan itu.

Li... Mau kemana? Enggak usahlah ikut campur," tahannya Hesti sambil memegang tangannya.

"Kamu enggak kasihan liat dia dimarahi kayak gitu," Ucapnya Lily sambil melepaskan tangan Hesti dari tangannya.

 Hesti hanya membiarkan Lily pergi melerainya. Lily memang seperti itu kalau melihat orang yang di dzolomi apalagi Orang itu sudah mengakui kesalahannya.

"Dia sudah minta maaf, kok masih marah marah sama dia? Bela Lily sambil menatap lekat perempuan itu.

"Hmm... Bukankah dia ketua panitia kegiatan pentas seni itu?" Tanyanya dalam hati yang masih mengingat jelas mukanya.

"Ini nih yang rebut Randy dari aku," gumamnya perempuan itu dan memperhatikan Lily dengan tajam seperti ingin menerkamnya. " Ada sok jagoan di sini," sindir perempuan itu sambil melipat tangannya di dada melangkah maju di depan Lily.

 Melihat Lily di bentak, Hesti dan Wina pun menyusulnnya. Mereka tidak terima sahabatnya di bentak seperti itu.

"Aku tidak sok jagoan ya. Dia juga sudah minta maaf lagian jus itu bisa hilang kalau di cuci," ucapnya Lily yang masih menahan emosinya.

"Di cuci? ini baju mahal, atau kamu mau bantu dia buat ganti!" Pekiknya tiada henti yang membuat pengunjung masih melihatnya.

"Sudahlah, Li. Malu diliatin orang jangan cari masalah du sini," bisiknya Hesti.

 Tidak lama kemudian, manager cafe datang. Dia meminta pelayannya itu ke belakang. Sementara perempuan itu terus menerus meminta ganti rugi.

" Baik saya akan mengganti kerugiannya. Dan untuk pengunjung, saya minta maaf atas ketidaknyamanannya," ucapnya manager cafe dengan ramah.

"Gitu dong. Kenapa nggak dari tadi saja? 'kan enggak sepanjang ini masalah" celanya perempuan itu sambil tersenyum menang.

"Kita pulang saja yuk! Enggak betah di sini kalau ada dia" sindir Lily melirik perempuan itu.

"Pulang saja, enggak ada yang nahan kok," cela perempuan itu membalas tatapan tajam Lily.

Lily, Hesti dan Wina mengambil tasnya dan menuju ke kasir untuk membayarnya, lalu ia keluar dari cafe.

"Kalian ingat nggak perempuan yang di dalam kayak nenek sihir itu? Tanyanya Lily sedang berjalan menuju mobilnya.

"Emang siapa dia? Aku enggak kenal sama dia," tanyanya Wina.

"Kalau enggak salah sih, dia itu ketua panitia seni musik itu 'kan?" Tebaknya Hesti sambil mengingatnya.

"Dia memang ketua panitia kemarin," ucap Lily membenarkan tebakan Hesti.

"Oh iya, aku baru ingat. Kalau dia marah kaya hulk," Tawanya Wina sambil membayangkannya.

"Emang kalian tau siapa namanya? Tanya Hesti ke Lily dan Wina yang hampir sampai di mobilnya.

"Nggak tau. Enggak penting juga tau namanya," ujar Lily yang sudah sampai di mobilnya

Setelah sampai di mobilnya. Lily masuk ke dalam mobilnya lalu menuju ke rumahnya sedangkan Hesti dan Wina satu mobil karena Hesti tadi di jemput.

1
ナディン(nadin)
Suka banget sama karakter yang kamu buat thor, semoga terus berkembang.
Odette/Odile
Suspensnya bikin nagih
Arsène Lupin III
Luar biasa! 👏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!