Sebuah ramalan kuno mengguncang keseimbangan antara para Akasha dan para Moksa, mereka tinggal di pusat alam semesta bernama Samavetham. Ramalan itu meramalkan kelahiran seorang Akasha terkuat di sebuah planet kecil, yang akan membawa perubahan besar bagi semua makhluk hidup. Ketika para Moksa berusaha menggunakan pohon Kalpataru untuk mencapai ramalan tersebut, para Akasha berupaya mencegah kehancuran yang akan dibawanya.
Di Bumi, Maya Aksarawati, seorang gadis yatim piatu, terbangun dengan ingatan akan mimpi yang mencekam. Tanpa dia sadari, mimpinya mengisyaratkan takdirnya sebagai salah satu dari 12 Mishmar, penjaga dunia yang terpilih.
Ketika ancaman dari organisasi misterius semakin dekat, Maya harus berhadapan dengan kekuatan baru yang bangkit di dalam dirinya. Dibantu oleh reinkarnasi Mishmar yang lain, Maya harus menemukan keberanian untuk melawan atau menghadapi konsekuensi yang dapat mengubah nasib seluruh alam semesta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Feburizu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
JAE THOMPSON DAN NILA PURNAMASARI
"Kalau begitu, saya akan segera mencari tahu siapa Dìqiú Wèishì ini terlebih dahulu, Ketua," ujar Pak Wondo, berusaha terdengar penuh inisiatif. Namun, Arkhan sudah lebih dulu mengambil langkah maju.
"Tak perlu," jawab Arkhan dengan nada tenang namun tegas. "Ling Wong sudah menemukan identitas Dìqiú Wèishì ini. Namanya adalah Yuanyun."
Pak Wondo terkejut. Ia berhenti sejenak, lalu duduk kembali di kursinya dengan raut wajah penuh rasa bersalah. "Jadi Anda sudah lebih dulu menemukannya? Saya merasa sangat malu atas ketidakmampuan saya, Ketua. Kalau begitu... siapa dia sebenarnya?"
Arkhan mulai menjelaskan dengan rinci identitas pria yang telah menghabisi pasukan UES. Pak Wondo menyimak dengan serius, terutama saat Arkhan menjelaskan betapa berbahayanya seorang Mishmar bagi organisasi mereka.
"Dia seorang pemuda berusia 20 tahun, lahir di desa Wu Yuan, Cina, dengan nama asli Yuanyun. Berbeda dengan Thompson yang mendapatkan Niyati Vidhan dari buku yang kita berikan, Yuanyun mendapatkan kekuatannya dari Kuil Ling Yin di desanya."
Pak Wondo bergumam pelan, pikirannya sempat melayang ke nama Yuanyun, tapi ia segera kembali fokus pada pembahasan.
"Bukankah ini akan menjadi masalah, Ketua? Meskipun saat ini dia sendirian, dia tetap seorang Mishmar," katanya penuh kekhawatiran.
Arkhan menanggapinya dengan santai, seolah sudah memiliki rencana matang. "Itu benar. Jika kita melawannya sekarang, kita jelas tidak akan mampu menang. Kembalinya Thompson dalam keadaan terluka menjadi bukti bahwa dia sudah mendapatkan Signature milik Li Wei. Bahkan dengan Signature milik Jax sekalipun, Thompson tidak punya peluang untuk mengalahkannya... kecuali..." Arkhan menghentikan kalimatnya, menunggu reaksi dari Pak Wondo.
Mata Pak Wondo berbinar, memahami maksud tersembunyi dalam kata-kata Arkhan. "Pohon Kalpataru telah memberi kita kekuatannya!" serunya penuh semangat.
"Bagus kalau kau sudah mengerti," jawab Arkhan dengan nada puas. "Teruskan misimu untuk mencari kandidat nutrisi bagi Pohon Agung, dan pastikan kali ini berhasil. Dalam situasi seperti ini, kita tidak punya waktu lagi untuk gagal."
Pak Wondo mengangguk dengan penuh keyakinan. "Baik, Ketua." Setelah itu, ia menutup telepon. Wajahnya yang sebelumnya suram kini terlihat lebih tenang. Dengan semangat baru, ia bertekad untuk melanjutkan misi yang telah diberikan kepadanya.
Percakapan mereka berakhir dengan satu kesimpulan penting: kegagalan misi sebelumnya disebabkan oleh keterlibatan salah satu dari 12 Mishmar bernama Yuanyun.
****
Di tempat lain...
Di sebuah kamar rumah sakit yang tenang, cahaya lembut lampu menyinari ranjang di tengah ruangan. Suara monitor jantung berdetak stabil, kontras dengan tawa keras seorang wanita.
"Hahaha... Sang Bhumibhrut, Jax, terluka separah ini? Ini sungguh menggelikan!" seru Nila Purnamasari, pemimpin UES cabang Indonesia, sambil tertawa terbahak-bahak.
Jae Thompson, yang terbaring di ranjang dengan tubuhnya penuh perban, menatap Nila dengan ekspresi kesal. "Apa kau ke sini hanya untuk mengolok-olokku?" tanyanya dengan nada rendah dan geram.
Nila menyeka air mata tawanya dengan saputangan, namun senyumnya masih lebar. "Tentu saja, hahaha... Tapi aku juga penasaran. Apakah perbedaannya memang sejauh itu antara Mishmar yang sudah memiliki Signature dan yang belum?"
Thompson menghela napas panjang. Wajahnya terlihat lelah, suaranya pun lesu. "Mereka hanya memberiku sebuah buku... dari situ aku bisa mengetahui Niyati Vidhan-ku. Tapi aku masih belum menemukan Signature milik Jax sampai sekarang. Aku tidak menyangka seorang Mishmar yang lengkap dengan Signaturenya bisa sekuat itu."
Ruangan kembali sunyi. Hanya suara monitor jantung dan napas berat Thompson yang terdengar, menyelimuti keheningan di antara mereka.
