Bagi Fahreza Amry, hinaan dan cemoohan ayah mertuanya, menjadi cambuk baginya untuk lebih semangat lagi membahagiakan keluarga kecilnya. Karena itulah ia rela pergi merantau, agar bisa memiliki penghasilan yang lebih baik lagi.
Namun, pengorbanan Reza justru tak menuai hasil membahagiakan sesuai angan-angan, karena Rinjani justru sengaja bermain api di belakangnya.
Rinjani dengan tega mengajukan gugatan perceraian tanpa alasan yang jelas.
Apakah Reza akan menerima keputusan Rinjani begitu saja?
Atau di tengah perjalanannya mencari nafkah, Reza justru bertemu dengan sosok wanita yang pernah ia idamkan saat remaja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moms TZ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Gagalnya rencana Farhan
Beberapa saat sebelumnya
Dimas baru saja selesai menemui kliennya, tetapi dia memutuskan untuk langsung pulang mengingat langit telah menggelap tertutup awan hitam dan sepertinya akan turun hujan.
Dan benar saja, ketika dirinya sudah berada di jalan, hujan pun turun. Alih-alih mencari tempat untuk berteduh, dia malah memakai jas hujannya lalu melanjutkan perjalanan di tengah guyuran hujan lebat. Samar-samar dia seperti mendengar suara jeritan seseorang di depan jalan, maka dia pun menambah laju kendaraannya.
Dan benar saja, dia mendapati seorang pria sedang mencoba berbuat tidak senonoh. Dimas menajamkan pandangan dengan menyipitkan mata, tetapi kemudian matanya langsung membelalak, begitu mengenali kedua sepeda motor tersebut.
*
Tanpa pikir panjang Dimas mendekat dan langsung menghajar Farhan tanpa ampun.
Bughhh... Bughhh... Bughhh!
"B*ji*gan, kamu!" teriak Dimas disela-sela tindakannya menghajar Farhan.
Dimas, adalah seorang pelatih beladiri yang berpengalaman, dia melancarkan pukulan-pukulan yang terarah dan terukur. Meskipun tidak bermaksud menciderai lawannya, tetapi pukulan Dimas cukup membuat Farhan terjatuh dan tidak berdaya. Wajah dan tubuhnya memar serta lebam akibat amukan Dimas tersebut.
Dimas berjongkok lalu menekan dada Farhan menggunakan telapak tangannya dengan kuat, membuat Farhan merasa kesulitan bernapas. "Enyahlah kamu dari sini, pengecut! Sebelum aku hilang kendali dan melakukan sesuatu yang lebih dari ini," kata Dimas dengan suaranya yang dingin dan mengancam. Matanya menyala penuh kemarahan.
Dimas lantas berdiri dan menghampiri Rani, mencoba membangunkan gadis itu.
"Rani, Ran... Ayo, bangun!" Dimas menepuk lembut kedua pipi Rani berharap gadis itu segera siuman.
Perlahan Farhan beranjak bangun, lalu dengan sisa tenaganya dia gunakan kesempatan itu, untuk segera kabur dengan mengendarai sepeda motornya meninggalkan tempat tersebut. Dimas hanya melihatnya sekilas sambil menggelengkan kepala.
"Bagaimana mungkin Rinjani bisa meninggalkan Reza dan terpikat oleh lelaki pecundang macam dia? Benar-benar nggak habis pikir aku," gumam Dimas seraya mengangkat bahunya.
Dimas kembali beralih pada Rani. Melihat gadis itu belum juga sadar, dia pun berinisiatif menggunakan sesuatu untuk membuatnya terbangun. Dimas mencopot salah satu kaos kakinya, lalu mengayunnya di atas hidung Rani, sehingga membuat gadis itu langsung bersin-bersin.
"Alhamdulillah, akhirnya kamu sadar juga. Memang ajaib ini kaos kaki," ujarnya seraya terkekeh geli.
Namun, Rani tidak memperdulikannya. Hal pertama begitu ia tersadar adalah kepanikan yang tampak jelas dari raut wajahnya. Ia lantas memeriksa dirinya sendiri dan memastikan tidak terjadi sesuatu dengan dirinya.
Sesaat kemudian tangis Rani pecah. "Aku kotor...aku sudah kotor, aaah!" teriaknya dengan histeris sambil mengusap badannya seolah jijik pada dirinya sendiri.
Kemudian Rani beringsut mundur sembari memeluk lututnya. Ia terus menggelengkan kepala lalu menenggelamkan kepalanya di antara kedua lututnya. Rani merasa malu pada Dimas.
"Be***dal itu sudah melecehkan aku, Mas. Aku kotor, aku sudah ternoda..." Rani menangis sambil terus meracau.
Dimas yang tidak tega pun langsung mendekati Rani. Meskipun mendapatkan penolakan, tetapi Dimas tidak menyerah dan mencoba menenangkan Rani dengan membawa tubuh lemah itu ke dalam pelukannya.
"Kamu tenang, ya. Dia sudah pergi. Aku sudah memberinya pelajaran karena telah berani menyentuh gadisku," ucap Dimas dengan suara yang lembut.
"Aku di sini bersamamu, dan tidak akan meninggalkanmu," lanjutnya, semakin mengeratkan pelukannya memberikan ketenangan.
*
Sesampainya di rumah ibunya, Farhan langsung masuk ke dalam kamar sambil menundukkan kepala, menghindari tatapan Bu Haryani yang tercengang melihat keadaannya yang berantakan. Wajahnya bengkak dan memar, membuat Bu Haryani langsung menghampirinya dengan pandangan penuh rasa keingintahuan.
"Farhan, apa yang terjadi, nak? Kenapa dengan wajahmu? Kamu habis terjatuh atau berkelahi?" cecar Bu Haryani dengan suara lembut tetapi sarat akan kekhawatiran.
Farhan menggeleng pelan. "Aku tidak apa-apa, Bu. Tadi jalanan licin dan motorku tergelincir akhirnya aku terjatuh," jawab Farhan beralasan.
"Ya sudah, kamu duduk saja di situ, ibu akan siapkan air hangat untuk membasuh lukamu," kata Bu Haryani, lantas pergi ke dapur.
Farhan tampak menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi, sambil menutup matanya. Dia mulai merasakan sakit pada sekujur tubuhnya.
"Si*l, kenapa dia bisa datang dan mengacaukan semuanya!" Farhan mengutuk dalam hati, dia masih merasa kesal dan tak terima karena kekalahan yang dialaminya. Dia tidak menyangka Dimas akan datang dan menggagalkan rencananya. Padahal sedikit lagi dia hampir mewujudkan keinginannya.
"Isshhh... badanku rasanya sakit sekali." Farhan mendesis. "sebenarnya sekuat apa tenaganya sampai tulangku berasa remuk begini?" gumamnya pelan sambil meringis.
"Tunggu saja, aku pasti akan membalasmu, Dimas!" tekadnya penuh dendam membara dalam benaknya.
*
Rinjani sangat terkejut ketika Bu Haryani menghubunginya lewat telepon. "Ada apa, Bu? Apa ada sesuatu yang terjadi dengan, Mas Farhan?" tanyanya begitu khawatir.
Bu Haryani menjelaskan bahwa Farhan jatuh dari motor, tapi Rinjani tidak mendengarkan sampai akhir karena ia langsung menyelanya. "Astaga...! Iya, Bu, Jani akan segera ke sana," sambarnya dengan cepat.
Rinjani tersenyum sambil menggenggam ponselnya. "Mungkin ini kesempatanku untuk mengambil hati Mas Farhan," pikirnya dalam hati. "Dengan aku merawatnya, semoga saja bisa menarik simpatiknya kembali," lanjutnya penuh harap.
Rinjani segera menuju rumah Bu Haryani. Tak lupa ia membawa buah tangan berupa makanan kesukaan Farhan. Setelah mengucap salam, ia masuk ke dalam rumah dan disambut gembira oleh Bu Haryani.
"Farhan ada di kamarnya, sedang istirahat. Masuk saja, dia pasti merasa senang kamu datang," kata Bu Haryani sambil tersenyum tulus.
Sebagai orangtua, Bu Haryani ingin memulihkan hubungan Rinjani dan Farhan yang sedikit merenggang karena kesalahpahaman. Entah ini benar atau salah, tetapi dia tidak ingin Farhan dicap sebagai lelaki mokondo yang hanya memberi harapan palsu setelah membuat rumahtangga Rinjani dan Reza berantakan akibat ulahnya itu.
Di dalam kamar Rinjani langsung menghambur memeluk Farhan begitu melihat kondisi pria itu. "Kenapa bisa begini, Mas? Kenapa kamu bisa jatuh?" tanyanya disela tangisannya.
Farhan yang kaget dengan kedatangan Rinjani dan reaksi wanita itu, seperti mendapatkan ide yang cemerlang. "Sebenarnya aku tidak jatuh dari motor," ungkapnya dengan wajah sendu. "Tapi..."
"Tapi apa, Mas?" tanya Rinjani seraya melepaskan pelukannya dan menatap Farhan dengan rasa penasaran.
"Rani, dia...?
Duh...enaknya si mokondo ini diapain ya, mulutnya...🤧
WIS yakin karena ingpestasi panjenengan wae 👻👻👻👻
dah jadi istri kan dah berubah asem🤧🤧🤧
/Drowsy//Drowsy//Drowsy/
kamu akan tambah nyesek lagi kalau tahu kelakuan Farhan diluar rumah.....suka celap celup demi uang
🤣🤣 bukannya dapat penghiburan malah mendapatkan siraman air garam di lukamu. Terimakasih Thoor karma datang pada istri tak pandai bersyukur