setelah tiga tahun menjalani rumah tangga bersama dengan Amran, Zahira tetap tidak bisa membuat lelaki itu mencintainya. Amran selalu memperlakukan Zahira dengan sangat kejam. Seakan Zahira adalah barang yang tidak berguna.
sebaik apapun hal yang sudah Zahira lakukan, selalu saja tidak bernilai dan kurang di mata Amran.
" aku ingin bercerai!" ucap Zahira dengan lugas. meskipun tanganya mengepal kuat, namun semua itu adalah refleksi dirinya agar kuat dan tidak goyah dengan rayuan Amran.
" memangnya kau bisa apa setelah bercerai dariku?" Amran selalu bisa menghina Zahira dan melukai harga diri wanita itu.
Amran membuang wanita itu dan Zahira bertekad untuk tidak memberikan kesempatan bagi Amran. Lelaki yang tidak bisa lepas dari hutang budinya pada wanita lain, tidak akan Zahira pikirkan lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lafratabassum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Amran mendekatkan wajahnya pada leher putih Zahira. Lantaran menghindari ciuman dari Amran, malah membuat leher Zahira terekspos sempurna.
" Amran, kita tidak bisa melakukan hal ini.. berhenti sekarang.." Zahira terus memberikan penolakan.
Amran menghentikan sejenak aktivitas memaksanya, dia menatap Zahira dengan pandangan berkabut. Dengan suara seraknya dia membalas " kenapa tidak? Kita masih suami istri yang sah. Biasanya juga kau tidak keberatan dengan aktivitas ini meskipun dengan paksaan"
Zahira merasa semakin terhina. padahal memang tidak salah jika Amran berkata seperti itu. Selama ini wanita itu memang selalu siap kapanpun Amran menginginkan nya.
Karena dia sendiri juga tidak mau mengecewakan lelaki itu.
" kenapa kau tidak meminta pada wanita lain saja? Kau sangat menjijikkan. Selalu menghinaku tapi tidak bisa jauh dariku. apa dia tidak bisa melayani mu sepandai aku?" Zahira balas menghina, dia berniat menyudutkan Amel.
Amran semakin merasa tertantang, dia tau betul jika saat ini Zahira sedang membicarakan Amel secara tidak langsung.
" kau memang memiliki tubuh yang bagus, jika saja kau mau, seseorang akan berani membayar mahal untuk mencicipi semua ini"
Zahira lupa jika Amran tipikal lelaki yang tidak mau kalah. Sekali dia di tantang maka Amran akan terus membalas tanpa kenal ampun.
Zahira telah menghina wanita pujaan Amran, tentu saja Amran akan mencari hal apapun untuk bisa menghina dirinya.
" dan mereka jauh lebih baik. Daripada suami yang selalu memaksa namun menyembunyikan uang nya!" balas Zahira sarkas.
Amran semakin di lingkupi rasa tidak terima. lelaki itu tidak membalas lagi dan kini gantian tubuhnya yang membalas perlakuan Zahira.
Wanita itu semakin tidak berdaya. mau sekuat apapun dia menolak tentu saja masih kalah dengan tenaga dan kekuatan Amran.
Di tengah aktivitas itu, Sekertaris Erisa mengetuk pintu ruangan Amran. Ada jadwal pertemuan yang harus di hadiri.
Lantaran tidak kunjung mendapatkan sautan, akhirnya Sekertaris Erisa memberanikan diri untuk membuka pintu kaca tersebut.
Tak terlihat ada orang di dalam, padahal dia yakin sekali jika tuan dan nyonya Renaldi tidak meninggalkan ruangan.
Sayup-sayup terdengar suara berisik dari sebuah pintu yang tidak tertutup rapat. perlahan Sekertaris Erisa mendekati pintu ruangan bersantai.
Kakinya menapak tak menghasilkan suara, pada celah pintu yang sempit itu, Sekertaris Erisa bisa melihat bagaimana ganasnya Amran mencari kepuasan dia atas tubuh sang istri.
badannya langsung dingin dengan tatapan tak percaya.
Sungguh rintihan Zahira terdengar kasihan dan menunjukkan betapa perkasanya Amran di atas ranjang.
Sayangnya Sekertaris Erisa tidak mungkin menyaksikan hal ini sampai tuntas. Dengan tangan yang masih bergetar, Sekertaris Erisa menutup sedikit celah pintu tersebut.
Lalu sambil menutup mulutnya, Sekertaris Erisa melangkah mundur. Dia lebih baik tidak membuat ulah. Untuk pertemuan kantor, dia akan menggantikan sementara.
Setelah memastikan jika kehadirannya tidak di ketahui, Sekertaris Erisa keluar secara diam-diam. Tak lupa dia meninggalkan pesan jika pak Amran saat ini sedang tidak bisa di ganggu.
Demi menghindari jika ada orang lain yang lancang masuk ke ruangan CEO.
Beberapa saat setelahnya terlihat Zahira masih belum bisa membuat Amran berhenti.
Hingga saat lelaki itu sudah mendapatkan beberapa kali kepuasan, barulah Amran mau menghentikan aksinya.
Nafas mereka masih menderu kasar, dan Zahira dalam keadaan yang memprihatinkan.
Dengan sisa-sisa tenaganya, Zahira beranjak dan menjauhi ranjang. Dia terlihat sangat lemah dan tak berdaya.
" Amran, aku sangat bodoh karena sudah mencintai mu" ucap Zahira dengan nada sedih. Tatapannya mengisyaratkan kekecewaan.
Karena saat ini Zahira juga malu, Amran tetap bisa menatap tubuh polosnya di saat dia sudah meminta cerai.
Dengan mengganti bajunya, Amran menanggapi ucapan itu dengan nada santai. " aku tak pernah memintanya, Zahira. Bukankah kau sendiri yang menghasut semua orang jika kaulah penolongku. Mengarang cerita agar ibuku yakin dan membuat ku menikahi mu. Jangan lupa Zahira, kau sendirilah yang masuk ke dalam hidupku"
Tangan dan kaki Zahira bahkan masih bergetar tak kuat. Tapi Amran sama sekali tidak mau bersimpati sedikitpun.
Lelaki itu malah mengorek masa lalu. benar jika saat itu Amran sedang koma dan Zahira lah yang setiap hari membacakan cerita atau bermain biola demi menemani lelaki itu.
Sayangnya saat lelaki tersadar, hanya ada Amel yang memegang biola di samping nya. Amran hanya mempercayai apa yang dia lihat.
Hingga dia memendam kebencian pada Zahira yang dia pikir mengarang cerita. puncaknya saat mereka menikah, Amran sama sekali tidak mau memberikan perhatian pada Zahira.
Menganggap jika Zahira wanita murahan yang pandai membual.
Zahira kesulitan saat berdiri dan memakai baju. Dia sangat lemas dan tak bisa menyeimbangkan diri.
Meski begitu. Amran yang melihatnya pun tak ada niatan untuk membantu Zahira. Setidaknya mencarikan Zahira pakaian lain untuk menggantikan gaunnya yang sudah sobek di bagian bawah.
Amran sudah selesai dengan setelan yang baru. Ruang bersantai ini memang sudah di lengkapi dengan beberapa setelan jas.
Lelaki itu menatap datar Zahira dan berucap " urungkan niatan mu untuk meminta bercerai dan kembali menjadi nyonya Renaldi yang patuh. Sehingga kau tidak perlu mengalami penderitaan "
Zahira menarik sudut bibirnya lalu tertawa sumbang.
" penderitaan? Kau pikir selama ini aku tidak mengalami nya?"
" jangan keras kepala, Kau tidak akan bisa melawanku" balas Amran dengan tegas.
Setelahnya dia meninggalkan Zahira yang masih berusaha menutupi tubuhnya.
Zahira menatap kepergian Amran dengan perasaan marah. Dia sama sekali tidak di anggap. Amran pasti tidak akan melepaskan.
Selama ini, lelaki itu tau jika adiknya membutuhkan pengobatan terbaik. Dia memiliki kesanggupan untuk mencarikan dokter terbaik.
Namun Amran terlihat acuh dan hanya memberikan fasilitas terbatas. Amran benar-benar tidak memiliki rasa kasihan pada Zahira.
Jangan lupa dengan berbagai persetujuan yang harus Zahira cari demi meminta sedikit uang dari lelaki itu. Semuanya akan semakin sulit jika Amran sudah fokus dengan kesembuhan Amel.
Zahira sangat nelangsa hidupnya. Wanita itu satu-satunya orang yang di andalkan di keluarga Malik. Dengan gantinya harus melewati segala penderita ini.