Bismillahirrohmanirrohim.
Siapa sangka dirinya akan terjebak di dalam novel buatan kakaknya sendiri, selain itu, sialnya Jia harus berperan sebagai Antagonis di novel sang kakak, yang memang digambarkan untuk dirinya dengan sifat yang 100% berbanding terbalik dengan sifa Jia sebenarnya di dunia nyata
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hainadia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Riska
...Bismillahirrohmanirrohim....
...Sebelum baca jangan lupa bismillah dan shalawat dulu 🤗...
...بسم الله الر حمن الر حيم...
...Allahumma soli ala sayyidina Muhammad wa ala ali sayyidina Muhammad....
...اللهم صلي عل سيدن محمد و عل ال سيدن محمد...
...🍒Selamat membaca semua🍒...
Sepulang kerja Jia langsung masuk ke dalam kamarnya. Dia menatap cermin besar di kamarnya kebiasaan yang sering Jia lakukan, memerhatikan wajahnya yang tenang.
Malam ini, ia akan bertemu dengan Riska, sahabat yang telah bermuka dua. Jia Jia yang asli mungkin dia akan merasa hatinya terasa seperti tertusuk, tapi karena sekarang jiwa Jia si gadis barbar yang menempati dia berniat membalas Riska perlahan.
Sekarang dia sedang berpura-pura seolah tak mengetahui apa yang telah dilakukan Riska dan Sania. Jia mengingat ekspresi kedua orang itu, rasanya Jia ingin sekali menampar pipi kedua perempuan aneh menurutnya.
Jia mengenakan gaun hitam sederhana, tidak terlalu mencolok, tetapi cukup elegan dia memang sengaja merubah penampilan dalam cerita Jia selalu berpenampilan mencolok semua oleh hasutan Riska.
Ia berjalan menuju restoran kecil yang sudah disepakati sebagai tempat pertemuan. Restoran itu tampak sepi, dengan hanya beberapa meja yang terisi, menciptakan suasana yang lebih intim. Jia memilih meja di pojok dekat jendela, tempat yang cukup jauh dari meja lain, agar percakapan mereka tidak terganggu.
Tidak lama setelah itu, Riska muncul. Dia mengenakan pakaian yang lebih mewah dari biasanya, tampak elegan dengan rambut yang disisir rapi. Senyumnya terlukis di wajahnya, meski Jia manis itu hanyalah sebuah dusta belaka. Jia berdiri melambaikan tangan untuk menyambut sahabat lama munafik si antagonis.
"Riska," sapa Jia dengan senyum ramah, meskipun di dalam hatinya Jia ingin sekali mencakar waja Riska. "Lama nggak ketemu."
'Aku ingin sekali merobek wajah sok polosnya,' gereget Jia.
Riska membalas senyum itu, sedikit terkejut karena Jia tampak begitu tenang berbeda dari biasanya. "Iya, Jia. Maaf ya aku lama nggak kabar. Ada banyak hal yang terjadi."
Jia hanya mengangguk dan mempersilakan Riska duduk. "Gak apa-apa kok. Yang penting kita bisa ketemu lagi sekarang."
Setelah mereka duduk, pelayan restoran mendekat dan memberikan menu. Jia memilih untuk tidak langsung berbicara, memberikan waktu bagi Riska untuk merasa nyaman dan membuka percakapan.
Dia ingin melihat seperti apa sikap Riska. Usai merencanakan sesuatu yang sangat busuk di belakangnya bersama Sania, tiba-tiba Jia menghubunginya. Jia yakin pasti Riska cukup terkejut, tapi tetap bersikap biasa saja.
Riska akhirnya membuka percakapan, sambil melirik Jia dengan ragu. "Jia... penampilan mu kenapa berubah, sejujurnya kamu lebih cantik berpakaian seperti biasa."
"Benarkah?" tanya Jia seakan mengintimidasi Riska. "Kamu benar Riska, tapi aku sedang ingin memakai baju ini," lanjut Jia saat mulai melihat wajah panik Riska.
Jia diam-diam menata Riska dengan mata yang tajam. 'Ternyata dia biangnya membuat Jia berpakaian norak dan seperti penggoda.'
"Aku kira kamu mulai tidak nyaman berpakaian seperti biasa."
"Kata siapa, tentu saja aku nyaman. Raka juga pasti menyukainya." Jia sengaja memancing Riska.
'Dasar gadis bodoh!'
'Pasti sekarang dia sedang mengumpat tentangku.'
Suasana diantara keduanya kini tampak canggung. Jia tidak banyak bersuara lagi membuat Riska bingung. Biasnya Jia akan banyak bercerita tentang Raka sampai membuat Riska malas mendengarnya.
Jia menyandarkan punggungnya ke kursi, menatap Riska penuh tanya. "Kamu akhir-akhir ini jangan kirim pesan sama aku, Ris." ucap Jia tiba-tiba.
Sebenarnya Jia hanya mencari topik untuk memancing Riska siapa tau dia tiba-tiba keceplosan mengatakan jika tidak menyukai Jia.
Tak habis pikir Jia, orang yang sangat dipercaya oleh Jia si pemilik tubuh asli ternyata berniat membunuhnya.
'Dari karakter Riska, aku jadi belajar tetap harus waspada walaupun dengan orang terdekat. Hitung-hitung untuk berjaga-jaga."
Riska menundukkan kepala, seakan merasa sangat bersalah. "Aku minta maaf Jia, memang belum sempat."
Sedangkan mengobrol seperti sekarang dengan Jia pikirkan kotor Riska tumbuh untuk mempermalukan Jia.
'Aku bergerak lebih cepat tidak masalah seperti, malam ini kamu pasti akan dipermalukan di depan banyak orang.'
Diam-diam Riska menatap Jia penuh kebencian, hal itu hanya karena iri di hati Riska. Jia bisa bersama keluarga orang kaya walaupun hanya seorang gadis desa. Dulu saat kuliah juga Jia selalu unggul dari pada dirinya.
Sebenarnya Jia yang asli cukup pintar, hanya saja dia tiba-tiba menjadi bodoh setelah mengenal Raka. Otaknya seperti tidak lagi bekerja ketika mulai menyukai seorang Raka.
Pria yang terlihat sangat dewasa dan menghargai setiap perempuan. Selalu bersikap baik pada siapapun. Jia benar-benar terlena dengan kebaikan yang dia lihat pada Raka.
'Sudah tertipu dengan cinta, jadi bodoh.' Jia menggeleng pelan, setelah mengingat cerita aslinya.
Riska masih menatap Jia dengan pikiran busuk yang mulai memenuhi kepalanya. "Begini saja Jia, bagaimana jika kita makan di tempat yang lebih mewah. Aku yang traktir anggap saja sebagai permintaan maafku, bagaimana?"
Jika Jia yang sebenarnya sudah pasti akan langsung setuju, tapi karena jiwa di dalam tubuh novel adalah jiwa Jia si gadis barbar tentu saja dia akan membuat Riska memaksanya lebih dulu.
"Bagaimana ya."
"Ayolah Jia, kamu sudah tidak menganggap ku sahabatmu lagi apa!" Riska mulai pura-pura marah pada Jia karena tidak mau dengan ajakannya.
'Dia masuk dalam perangkap. Jangan kira aku tidak tahu rencana busuk mu, Riska.'
Jia memegang tangan Riska sebagai permintaan maaf. "Ayo pergi, tentu saja aku tidak akan menolak ajakan sahabat terbaikku."
Senyuman menghiasi wajah Riska, dia terlihat sangat senang Jia mau ikut dengannya ke tempat yang sudah direncanakan.
'Kena kamu Jia.'
Bukannya hanya Riska yang tersenyum manis tapi juga Jia. 'Kita lihat trik licik apa yang akan kamu lakukan Riska. Tapi aku sudah bisa menebaknya pasti akan merugikan ku. Tenang saja aku akan membuatmu yang rugi."
Keduanya meninggal restoran kecil tersebut untuk menuju tempat yang lebih mewah dan nyaman serta lebih tertutup tapi ramai pengunjung yang datang.
Memang sengaja Riska memilih restoran seperti itu untuk mempermudah rencana licik dalam otaknya, agar bisa menjebak dan membuat malu Jia di depan banyak orang.