Elena adalah agen rahasia yang sedang menjalankan misi untuk mengambil informasi pribadi dari kediaman Mafia ternama bernama Luca Francesco Rossi. Saat menjalankan misi Elana terjebak dan menjadi tawanan beberapa hari.
Menyamar sebagai wanita panggilan, setelah tidur bersama pria yang menjadi mafia berbahaya itu, Elena menyelinap dan berhasil mendapatkan informasi penting yang akan menghancurkan setengah kekuatan milik Luca.
Dan itulah awal dari kisah Luca yang akan memburu dan ingin membalas dendam pada Elana yang menipunya. Disisi lain Elena yang bekerja menjadi agen rahasia berusaha menyembunyikan putri kecil rahasianya dengan mafia kejam itu.
Sampai 4 tahun berlalu, Luca berhasil menemukannya dan berniat membunuh Elena. Dia tidak mengetahui tentang putri rahasianya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dadeulmian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Setelah beberapa saat mereka akhirnya keluar dari dalam ruangan dokter gigi, Sophia masih memegangi pipi kanannya tetapi dia lebih ceria sekarang. Meskipun dia tetap menangis kencang sejak masuk ruangan.
Dan sangat aneh karena Luca sama sekali tidak mengatakan apapun, dia tetap bersabar dan membiarkan Sophia terus menempel padanya. Bahkan Elena bisa melihat luka cakaran di lengan Luca tapi Luca tidak terlihat keberatan dengan itu semua.
Elena menghela nafas lega dan berjalan di sebelah Luca yang masih menggendong Sophia. Jika berjalan seperti ini, Elena menyadari satu hal. Luca itu memang lebih tinggi dari pada dirinya.
"Luca, berapa tinggi kamu?" tanya Elena keceplosan karena dia penasaran.
Menjadi agen dan selalu diutus dalam misi berbahaya, tinggi Elena sudah bisa dibilang cukup tapi melihat Luca dari samping seperti ini. Dia merasa jika dia jadi pendek.
"Sekitar 6 kaki." ucap Luca. Dia menoleh pada Elena dan menyeringai, "kenapa? Kamu baru menyadari jika kamu pendek?"
"Aku tidak pendek! Kamu lah yang terlalu tinggi."
Sophia tersenyum mendengarkan percakapan kedua orang tuanya itu, dia menatap wajah ayahnya itu sebelum menepuk pelan pundak ayahnya untuk mencari perhatiannya.
"Ada apa?" Tanya Luca lembut sambil menunduk melihat gadis kecil yang masih ada di tangannya itu.
"Pia mau es krim!" Ucapnya dengan semangat.
"Tapi kamu baru saja keluar dari dokter gigi, Sophia. Apa kamu ingin gigi kamu sakit kembali?" sahut Elena.
Elena sudah sangat ingin membawa kabur Sophia tapi gadis kecil itu malah terus menempel pada Luca. Sangat menyebalkan karena dia sama sekali tidak bisa melakukan satu atau dua rencana kaburnya.
Padahal mereka tidak dalam penjagaan sekarang.
Sebelum mereka keluar dari mansion, Elena pikir mereka bertiga akan dalam penjagaan dan banyak bodyguard atau bawahan Luca akan mengikuti mereka dan membuntuti. Tapi ternyata tidak.
Luca hanya membawa supir pribadi miliknya dan tidak membawa siapapun lagi.
Dia secara mengejutkan tidak membawa penjaga satupun untuk keluar dengan agen FBI ini.
"Pia mau es krim!!! Daddy! Pia mau es krim, Daddy! Please, please, please, Pia mau es krim!"
Rengekan Pia semakin lama semakin berisik, Elena menatapnya dengan kesal dan ingin sekali mencubit pipi tembam gadis nakal itu. Kenapa dia baru sadar jika gadis ini sangat nakal dan manja?
"Baiklah, kita bisa mendapat es krim." Ucap Luca pada akhirnya.
Sophia bersorak senang dan sampai bertepuk tangan dengan ceria sedangkan Elena hanya cemberut. Padahal anak kecil ini baru saja menangis keras karena gigi miliknya sakit, kenapa sekarang dia malah ngeyel ingin es krim?
"Kamu terlalu memanjakan dia." Sahut Elena dengan kesal pada Luca.
"Jangan bilang kamu iri," ucap Luca meledek.
Sophia juga ikutan tersenyum dan tertawa, "Mommy benar-benar cemburu karena Pia yang mendapatkan es krim. Daddy, ayo beli es krim."
Sedangkan Luca hanya tertawa kecil dan berjalan terlebih dahulu ke arah taman yang menjual beberapa makanan atau minuman. Disana juga ada penjual es krim dengan mobil, Elena bisa melihat penjual yang masih muda itu terlihat senang saat Luca datang padanya sambil membawa Sophia.
"Wah, aku heran siapa yang mengandung anak nakal seperti mereka." Gumam Elena kesal.
***
Sampai pada akhirnya, matahari mulai terbenam dan Elena duduk di mobil bersama Luca dan Sophia yang sudah tertidur pulas dipangkuan Luca.
Mereka bertiga pada akhirnya hanya berjalan-jalan dan bahkan membeli beberapa makanan manis.
Seolah mereka sedang karyawisata keluarga.
Entah kenapa Elena merasa kesal dengan itu. Pasalnya dia tidak memiliki kesempatan satu kali saja untuk mendekati Sophia dan membawanya kabur.
Luca juga tidak terlihat lelah atau bisa dibilang...
Dia agak sedikit lebih santai sekarang. Wajahnya tidak seperti tahun-tahun yang lalu. Saat pertama kali mereka bertemu di dalam kamar Luca di hari pertama. Meskipun Elena sedang menjalankan misi saat itu. Elena bisa tahu jika Luca adalah pria yang berbahaya dan serius dengan ucapannya.
Tapi tidak disangka pria ini akan sangat manusiawi sekarang.
"Hey, dimana kamu belajar untuk menembak dan bertahan hidup?" tanya Elena memecahkan keheningan diantara mereka.
Diantara mereka ada supir pribadi Luca yang sedang fokus menyetir, tapi sepertinya Elena tidak perlu khawatir mengatakan sesuatu hal kasar disana. Pasti supir pribadi Luca juga dibekali satu atau dua senjata.
"Apa yang kamu maksud adalah dimana aku berlatih?" tanya Luca, dia menoleh pada Elena dan Elena hampir saja tenggelam pada mata Luca. Warna mata biru itu sangat amat dalam dan menyebalkan bagi Elena.
Dia merasa jika dia terus menatap mata itu, dia akan terhipnotis.
"Ya, semacam itu." Gumam Elena, dia mengambil permen kapas Sophia yang tidak habis dan memakannya. Meskipun tujuan asli dia adalah dia ingin mengalihkan pandangan miliknya dari Luca.
"Um, aku berlatih dengan saudaraku. Ada seseorang yang sangat hebat dan melatih kami. Dia guru yang cukup terampil." ucap Luca.
Elena mengangguk, itu informasi baru. Setidaknya dia tahu jika orang ini punya guru. "Kamu punya atasan? Maksudku, apa kamu bekerja di bawah seseorang?"
Luca tertawa kecil dan menggeleng, "tunggu sebentar. Apa kamu sedang mengintrogasi ku?"
Elena mengerjap dan mengangguk, "ya memang."
Luca tidak bisa menahan tawanya, Elena tampak sangat lucu sekarang. Dan Elena sendiri tidak tahu apa yang sangat lucu sampai Luca tertawa seperti itu. "Kamu benar-benar orang FBI tapi kamu sangat polos dalam beberapa hal."
"Aku tidak polos!"
"Kamu memang tidak polos, kamu wanita dewasa, aku tahu kamu tidak sepolos Sophia. Tapi kamu konyol dalam beberapa tindakan kamu terkadang." Ucap Luca sambil terkekeh kecil, "tapi jika kamu sangat ingin tahu. Aku tidak bekerja pada siapapun. Aku adalah puncaknya, Elena. Jika kamu ingin menghancurkan ku, kamu harus berusaha lebih okay?"