Istri Simpanan Sang Casanova

Arsen memegangi pipinya yang terasa perih karena mendapatkan tamparan dari Lisa. Lisa menajamkan kedua matanya menatap Arsen, air matanya pun tak kuasa ia bendung lagi. Mereka berdua saling tatap dalam diam. Ada kebencian di sorot mata mereka. Belum sempat mengeluarkan sepatah katapun, suara Sofie terdengar memanggil nama Arsen.

" Beb.. " Panggil Sofie saat melihat Arsen dan Lisa yang berada di dapur. Matanya menelisik antar keduanya, suasana terlihat canggung, seperti telah terjadi sesuatu. " Ada apa? " Tanya Sofie heran.

Lisa sudah menundukkan kepalanya, berusaha menutup air mata yang sudah terjatuh membasahi pipinya.

" Maaf.. " Ucap Lisa, lalu pergi kembali ke kamarnya.

Sofie memperhatikan pipi Arsen yang terlihat memerah. " Pipi kamu kenapa? " Sambil mengelusnya. " Apa ini perbuatan Lisa? " Tebaknya.

" Kamu darimana? " Bukannya menjawab, Arsen malah bertanya keberadaan Sofie saat dirinya terbangun tidak mendapati Sofie di sampingnya.

" Aku tadi ke kamar mandi, pas balik kamunya gak ada. Kamu gak di apa apain kan ama Lisa? " Tanya Sofie lagi yang masih penasaran.

" Gak papa cuma salah paham aku pikir tadi itu kamu. " Jujur Arsen.

" Oh.. Itu asisten aku, seminggu ini mau nginep di apartemen ku. Biar gak telat dateng, soalnya rumahnya jauh. " Jelas Sofie.

Arsen mengangguk mengerti. Ada rasa sedikit lega dan senang, dirinya bisa melihat kembali wanita yang pernah singgah di hatinya. Dan mungkin masih ada rasa itu sampai saat ini. Tapi, Lagi-lagi Arsen menepis rasa yang ia miliki, mengingat Lisa telah menghianati cintanya.

Sedangkan di dalam kamar, Lisa menangis. Hatinya begitu sakit melihat Arsen bersama wanita lain. Apalagi dengan penampilan Arsen yang bertelanjang dada dan Sofie yang menggunakan piyama sexy. Sudah bisa di pastikan mereka telah melakukan hal itu. Sungguh sakit!

Apa selama ini Arsen tidak pernah mengingatnya?

Meninggalkannya begitu saja, seperti sampah?

Apa benar, tak sedikit pun Arsen memiliki rasa padanya?

Lisa tidak pernah tau jawabannya, mengapa Arsen tega sekali meninggalkan nya tanpa sebab. Kalau pun ada salah, apa kesalahannya yang membuat Arsen pergi mencampakkan nya. Dan kembali menambahkan luka baru dengan memperlihatkan keromantisan nya bersama wanita lain.

" Gue harus lupain cowok brengsekk kaya dia. Gue gak boleh lemah. " Ucapnya meyakinkan dirinya sendiri.

Di sepanjang perjalanan pulang, Arsen tidak berkonsentrasi mengemudi. Pikiran nya hanya tertuju pada Lisa. Pertemuan kembali dengan Lisa membuat hati Arsen bergetar, kembali merasakan gejolak yang aneh.

Lisa, Satu-satunya wanita yang berhasil mengusik hatinya. Memikirkan nya tanpa henti. Tapi kenapa dia tega sekali mengkhianati nya dan kakaknya? Berselingkuh dengan Bastian, kakak iparnya, suami dari Clara. Jelas-jelas Lisa dan Clara berteman dekat. Begitu teganya Lisa!

Arsen memarkirkan mobilnya di halaman rumah besarnya. Terlihat masih sepi, hanya para pekerja yang sudah mulai menjalankan aktivitasnya.

" Arsen! " Suara wanita yang ia sayangi terdengar melengking, memekik di telinganya.

Huft.. Arsen menghembus kan nafasnya, dia ketahuan lagi pulang pagi. Dan itu musibah. Sungguh dia lebih memilih tinggal di Jerman yang mempunyai kebebasan.

" Darimana kamu? Nginep dimana? Main  perempuan lagi? " Tanyanya beruntun.

" Bawa perempuan itu ke rumah, kenalin ke mama. Biar mama nikahin kalian! " Geram sang nyonya Elsa. Putranya itu sulit sekali di jinakkan. Mulut sampai berbusa tidak pernah mempan, dan hanya di dengar lewat telinga kanan dan di keluarkan lewat kuping kiri.

" Apaan sih mah.. " Elak Arsen, rasanya bosan sekali mendengar celotehan Elsa yang sangat cerewet.

" Pokoknya mama gak mau tau! Besok bawa perempuan itu kesini! "

" Perempuan mana sih mah.. " Arsen mendekat, mencoba membujuk sang ibunda.

" Itu, yang artis itu. Kamu pacaran kan sama dia? " Elsa.

" Artis mana sih mah.. "

" Itu yang kemarin Clara bilang.. Artis pendatang baru katanya. " Ucap Elsa yang sudah tahu hubungan Arsen dan Sofie dari Clara.

" Ck! " Arsen berdecak kesal, " Ember banget sih kakak! " Arsen ingat waktu Sofie memberitahu nya akan berkunjung ke rumah Clara menjenguk baby Ben bersama Bela.

" Aduh.. Aduh.. Masih pagi udah ribut aja. Ngributin apa sih? " Wina yang baru saja keluar sari kamar ikut nimbrung.

" Ini loh mah, cucu mama pulang pagi terus, nginep mulu di rumah pacarnya! Di nasehatin dari dulu gak pernah mau berubah. Gitu mulu kerjaannya. Malu-maluin! " Sungut Elsa.

" Arsen, dengerin kata mama kamu. Kasihan mama kamu, darah tinggi mikirin kamu terus. " Ucap Wina.

" Emang bener? Kamu nginep di rumah pacar kamu? Kamu udah punya pacar? Cantik gak? " Wina mulai kepo, tidak memperdulikan Elsa yang sudah jengah.

" Oma.. Please.. " Arsen tidak ingin membicarakan hal itu lebih lanjut. Pasalnya hubungan nya dengan Sofie tidaklah seserius itu. Hanya untuk bersenang-senang saja.

" Kenalin dong ama oma. " Wina menggoda Arsen, yang mana membuat Elsa kesal.

" Ikh.. Mama, bukannya di nasehatin malah kayak di dukung. " Elsa.

" Bukan dukung Sa, mama cuma tanya doang. Gak salah kan kalo mama pengin tau. " Wina.

" Yaudah gini aja. " Wina kembali fokus menatap Arsen. " Besok bawa pacar kamu kesini. Kenalin sama oma. "

" Iya.. Sekalian nikahin mereka. " Seru Elsa.

" Mah.. " Arsen tak suka jika di paksa untuk menikah, apalagi dengan Sofie? Oh tidak!

" Kamu gak mau nikah? Tapi terus nempel kaya perangko tiap malem! Dosa Arsen.. Dosa! " Elsa.

" Udah.. Turutin apa kata mama kamu. Okey? " Wina ikut membujuk Arsen agar mau memperkenalkan kekasihnya dan memperjelas hubungan mereka agar tidak semakin dalam terjebak dalam kubangan dosa.

Arsen mengangguk dengan pasrah. Mau tidak mau dia harus memperkenalkan Sofie pada keluarga nya.