Anyelir adalah salah satu nama apartemen mewah yang terletak di sudut kota metropolitan. Suatu hari terjadi pembunuhan pada seorang wanita muda yang tinggal di apartemen anyelir 01. Pembunuhnya hanya meninggalkan setangkai bunga anyelir putih di atas tubuh bersimbah darah itu.
Lisa Amelia Sitarus harus pergi kesana untuk menyelidiki tragedi yang terjadi karena sudah terlanjur terikat kontrak dengan wanita misterius yang ia ditemui di alun-alun kota. Tapi, pada kenyataan nya ia harus terjebak dalam permainan kematian yang diciptakan oleh sang dalang. Ia juga berkerjasama dengan pewaris kerajaan bisnis The farrow grup, Rafan syahdan Farrow.
Apa yang terjadi di apartemen tersebut? Dan permainan apakah yang harus mereka selesaikan? Yuk, ikutin kisahnya disini.
*
Cerita ini murni ide dari author mohon jangan melakukan plagiat. Yuk! sama-sama menghargai dalam berkarya.
follow juga ig aku : @aca_0325
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mapple_Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Malam ini waktu berjalan lebih lambat daripada malam-malam yang lainnya. Suasana gelap nan mencekam dalam ruang persegi empat itu akan menjadi saksi malam panjang bagi empat anak manusia yang terjebak dalam ketakutan dan kebingungan.
Lisa mendekati Rafan, berdiri di sisi lain jendela, mereka saling berhadapan dengan mata menatap keluar pada halaman yang tidak begitu luas dan tembok tinggi yang menghalangi jarak pandang.
Lisa yakin sekali diluar sana bulan sedang menampakkan dirinya,sebab cahayanya menembus masuk melalui kaca jendela hingga ruang itu tidaklah terlalu gelap. Cahaya bulan itu terpancar indah menerangi malam orang yang sendirian dan meromantisasi manusia yang sedang mengaguminya. Tapi, barangkali juga tengah mengejek dirinya yang tidak bisa menikmati keindahannya, mencemooh dirinya yang hanya bisa melihat dari balik teralis besi.
"Terimakasih sudah berbaik hati menolongku,"ucap Lisa hampir berbisik, diulurkan jari telunjuknya mengetuk-ngetuk pelan kaca jendela.
"Aku hanya mengikuti permainan orang sialan itu, tapi, siapa sangka malah berakhir disini."kata Rafan datar.
" Kamu menyesal?"Lisa melirik sekilas Rafan yang masih terus menatap keluar, seolah melihat tembok tinggi itu sangatlah menarik baginya.
Rafan menggeleng. Ia tidak menyesal sudah menolong Lisa mencari adiknya, ia juga tidak menyesal datang ke Anyelir, sebab Rafan percaya bahwa apapun yang telah membawanya kesini memiliki tujuan tertentu. Sebab Rafan percaya bahwa jika sesuatu yang terjadi tidak sesuai dengan rencananya pastilah semesta ingin menunjukkan sesuatu padanya.
"Kalian berdua terlihat tenang,"Celetuk Hugo, entah sejak kapan pria itu sudah berdiri ditengah-tengah Lisa dan Rafan.
" Tidak juga,"Lisa menggeleng,"aku hanya sedang berpikir kenapa aku berakhir disini? Kenapa dia membawaku kesini?"
" Bagaimana kalau yang kamu katakan tadi benar?" Hugo menatap Lisa dalam, "Semua orang yang tinggal di anyelir akan dibawa kesini?"
"Kenapa?"Tanya Rafan,
Tidak ada jawaban. Hanya gelengan yang Rafan dapat kan dari pertanyaannya itu.
"Tiara, kamu baik-baik saja?"Tanya Lisa menoleh ke belakang. Tiara sedang duduk bersandar diatas ranjang, gadis itu mengunci rapat mulutnya setelah menceritakan kejadian yang menimpa Clarissa.
"Pertanyaan bodoh. Kamu pikir siapa yang akan baik-baik saja setelah mendengar teriakkan di ambang kematian orang yang dikenalnya? Diam lah miskin! Tidak perlu sok peduli padaku!"Damprat Tiara.
Lisa menghela nafas panjang. Apa yang salah dengan gadis itu? Lisa hanya bertanya karena khawatir tetapi Tiara langsung menyahut dengan ketus.
" Orang yang kita lihat tadi, dia siapa?" Tanya Hugo
"Raf, apakah kamu ingat dengan orang bertopeng yang kita lihat tadi siang?"Tanya Lisa pada Rafan tanpa menjawab pertanyaan Hugo. Karena, sungguh Lisa pun tidak tahu siapa pemilik siluet itu.
Rafan mengangguk,
"Firasat ku mengatakan dia yang sudah membawa kita kesini. Percaya nggak percaya aku pernah beberapa kali melihatnya,"Kata Lisa, ingatannya kembali pada kemarin sore di restoran dan pada saat di Anyelir, postur tubuh orang bertopeng itu mirip dengan orang berhoodie hitam yang ia lihat.
Pada awalnya Lisa tidak menaruh curiga sama sekali, orang itu hanya salah satu orang yang tinggal di anyelir. Namun, saat melihat orang yang sama dengan pakaian yang sama di restoran itu membuat Lisa sedikit curiga.
Kecurigaan nya bertambah saat melihat orang dengan postur tubuh yang mirip dilihatnya di tikungan jalan saat ia sedang mencari Vanya. Sebelum ia sampai di rumah papan dua tingkat yang membuat ia dan Rafan berakhir disini.
"Dimana? Kenapa kamu tidak pernah menceritakannya? Bukankah kita sudah sepakat untuk berkerjasama?-"
"Serius deh,Raf, kamu kerjasama sama dia? Emangnya orang miskin seperti dia mengerti cara kerja kita?"Tiara menyela, tidak lupa merendahkan Lisa.
"Dan sebaiknya kamu diam! Kalau kamu bicara lagi akan ku usir kamu dari sini!" ancam Tiara menatap sinis pada Lisa.
"Hei! Aku sudah menahan untuk tidak memukul mu. Lagipula memangnya ini rumah kamu? Nggak kan? Jadi, kamu nggak berhak mengusir ku."Ujar Lisa kesal.
"Aku yang lebih dulu datang kesini, dan ruang ini aku yang pertama kali menempati nya. Jadi, aku berhak mengusir,!"Tiara bangkit dari ranjang, berjalan cepat mendekati Lisa,
"KELUAR!"Tiara mencengkeram kuat pergelangan tangan Lisa dan menyeretnya menjauhi jendela.
"Berhenti,Tiara! Kamu kenapa sih? Kita sama-sama terjebak disini, kita harus berkerjasama dan saling melindungi."Rafan menarik Tiara dan berdiri ditengah-tengah kedua gadis itu.
"Aku tidak sudi satu ruangan dengan nya."Tiara mendelik sinis sambil melipat tangannya angkuh.
"Saat seperti ini pun kamu masih mementingkan ego. Mungkin kamu lebih suka sendirian di sini, di ruangan milikmu."ucap Hugo penuh penekanan,kepalanya yang pusing bertambah pusing melihat tingkah egois Tiara.
Seharusnya mereka berkerjasama melawan orang itu atau setidaknya berkerjasama untuk mencari jalan keluar. Hugo yang pada dasarnya tidak suka ribet dan ribut menjadi kesal dengan Tiara.
"Aku hanya mengusirnya,"kata Tiara santai,
"Baiklah, aku dan Lisa akan pergi."
"Aku juga,"
"Kalian!!-"Tiara menatap geram Rafan dan Hugo lantas dengan menghentakkan kakinya kesal ia kembali keatas ranjang, tidaklah lagi mengusir Lisa.
Tiara masih ingat bagaimana takut nya tadi malam saat mendengar teriakkan Clarissa, ia tidak ingin lagi berada sendirian di tempat menakutkan ini. Meski begitu ia tetap saja tidak suka dengan Lisa. Dalam hati Tiara menggerutu dan berharap Lisa di seret dan dibunuh.
" Terimakasih,"ucap Lisa.
"Jangan khawatir, aku masih belum bisa mengingat apa yang terjadi padaku jadi aku akan tetap mengikuti mu."Kata Hugo hangat. Sementara Rafan hanya mengangguk tak acuh lalu kembali ke dekat jendela.
" Sebaiknya kamu mengingatnya setelah keluar dari sini,"kata lisa tersenyum.
"Aku set-"
"Shuutt!"Lisa meletakkan telunjuknya di bibir meminta Hugo untuk diam.
"Kenapa?"tanya Hugo sangat pelan.
Lisa tidak menjawab, ia melangkah pelan ke dekat pintu. Gadis itu berdiri diam di balik daun pintu sambil menempelkan telinganya,
Suara piano,
Ia mendengar suara piano yang mengalun lembut juga terdengar jauh, mungkin suara itu berasal dari lantai satu.
Tolong!!!
Sedetik kemudian Lisa mendengar teriakkan keras. Tubuh Lisa menegang, jantungnya seolah melompat keluar, itu suara Vanya. Tanpa mengatakan apa-apa Lisa membuka pintu dan berlari keluar,
"Lisa!! Kamu mau kemana?"Rafan mengusap kasar rambutnya, meski kesal dengan Lisa yang tiba-tiba pergi tanpa mengatakan apapun Rafan tetap menyusul keluar
"Kamu dan Tiara tunggu disini, aku akan kembali secepatnya."pesan Rafan Pada Hugo sebelum menutup pintu.
Hugo berjalan mondar-mandir, sebenarnya apa yang didengar Lisa? kenapa dia keluar?
" Malam tadi sebelum Clarissa dibawa, apa kamu mendengar sesuatu?"Tanya Hugo,
"Tidak. Tapi, Clarissa mendengarnya."
Lalu, kali ini Lisa mendengar nya? Apa Lisa yang akan dibunuh malam ini?
Hugo menghembuskan nafas panjang, ia tidak bisa hanya menunggu disini. Tapi, untuk pergi keluar ia juga tidak berani.
Apa yang harus Hugo lakukan?
...***...
jangan lupa vote, komen dan subscribe yaa