Almayira seorang gadis yang sangat religius, dia tidak pernah melepaskan niqobnya.
Namun di suatu hari ketika dia mengantar temannya, untuk menemui seorang laki_laki justru dirinya yang malah direnggut kehormatannya secara paksa sehingga
menyebabkan dia hamil saat masih sekolah, demi menutupi kehamilannya dia selalu menggunakan jaket.
Bagaimana nasib mayira? Apakah pria itu akan bertanggung jawab?
Penasaran? makanya baca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ncess Iren, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jadi Pusat Perhatian
Di pagi itu tiba_tiba suasana di sekitar area sekolah SMA GARUDA, mendadak menjadi heboh. Bak seorang artis terkenal yang sedang naik pohon, Bara dan Mayira menjadi pusat perhatian seluruh siswa siswi yang baru memasuki gerbang. Seolah pemandangan indah yang sangat sayang untuk dilewatkan, mata_mata mereka hampir semua tidak ada yang berkedip. Dimana seorang cowok terpopuler disekolah ini, tetiba membonceng seorang cewek bercadar yang bahkan mereka tidak pernah kenal satu sama lain.
Heboh riuh pecah teriakan histeris, seantreao SMA GARUDA dihebohkan dengan kedatangan Bara. Sang idola sekolah idaman kaum hawa, Bara datang dengan gadis bercadar yang dibonceng olehnya. Bara dan Mayira baru saja melewati gerbang..
"Astaga siapa cewek itu?
"Cih, perempuan murahan"
"Katanya Alim kok kek gini"
"Eh mereka Ada hubungan apa sih"
Sudah mayira duga, pasti ini yang akan terjadi jika ada gadis yang terlihat dekat dengan seorang Bara. Secara kan Bara laki_laki yang mereka dambakan, jika terlihat dengan seorang cewek mereka pasti seperti cacing kepanasan.
Mayira menatap Bara cemberut dibalik cadarnya, merasa ada yang memperhatikan Bara melirik kearah mayira. Dengan tangan masih pokus, membuka helm ia menaikan sebelah alisnya, "Kenapa?
"Kita jadi pusat perhatian" Ucap Mayira.
"Terus? ini memang sudah biasa bagi Bara, tapi tidak buat mayira.
"Kakak gak takut diterkam gitu? Tanya mayira yang sudah melepaskan helmnya, dan memberikannya pada Bara.
"Berani terkam aku? mereka cari mati" Jawab Bara bangga yang justru membuat mayira meringis.
Bara dan Mayira tidak luput dari teman_temannya bara, yang sedang berkumpul diarea parkiran. Biasa setiap sebelum bel masuk, mereka akan bergosip terlebih dahulu disini setelah itu mereka bubarkan. Salah jika kalian mengira mereka akan masuk, kekelas masing_masing. karena setelah itu mereka akan kabur dari sekolah, membuat absen dengan tinta merah dan bersenang_senang di luar sana.
Keempat sahabat Bara, termasuk anggota inti dari geng tiger menghampiri Bara dan Mayira. Mereka memandang dengan pandangan yang berbeda_beda, ada yang penuh tanya ada juga yang tersenyum jahil seperti Arya dan Daniel.
Arya berlari tiba_tiba merangkul bahu Bara, "Beralih haluan ya bro"
Bara menggeleng dan berusaha melepaskan diri dari rangkulan Arya, "Gue bukan homo".
Bukannya tersinggung Arya malah melebarkan senyumnya.
"Lagian ngapain Arya meluk_meluk Bara, Arya kan belum mandi" Ucap Daniel.
Arya menatap tajam ke arah Daniel, seolah ingin memakan sahabatnya itu. "Maksud lo apa ngomong kek gitu, hah"
"Iya emang.. gue belum mandi! Ucap Arya bangga, sambil mengangkat lengannya tinggi_tinggi. Sehingga ketiaknya, tepat berada di depan muka Daniel.
"Nih rasakan, wangi neraka hahaha" Ucap Arya.
"Asem lo Ar! Semprot Daniel mencoba menjauhkan ketek Arya dari wajahnya.
"Hahaha wangi kan? Ucap Arya lagi.
"Bau menyan, mandi napa sih" Umpat Daniel mukanya cemberut.
"Niel jangan nampakin muka macam gitulah, muka lo kek monyet. Iya ntar gue mandi di pom bensin, lumayan bisa mandi pake shower love hahaha"
Raphael dan Evans hanya diam mendengar dan menyaksikan, tingkal konyol dua sahabatnya itu. Untung teman, kalau tidak sudah lama Evans siram mereka pake air comberan.
Raphael mencoba tuk tidak memperdulikan dua monyet tersesat itu, yang tak lain sahabatnya sendiri. Raphael melirik mayira gadis bercadar, yang diam seribu bahasa. Sepertinya gadis itu ingin segera pergi, tapi masih ditahan oleh Bara.
"Ada hubungan apa lo berdua" Tanya Raphael dengan wajah serius. "Traktirannya mana, masa jadian gak bilang_bilang" Lanjut Raphael sambil menyodorkan tangannya.
Oke memang diantara mereka hanya Evans yang terbilang masih waras, ya jika tidak eror terjangkit virus abstrak teman_temannya yang mesti diruqyah ini.
"Mayira" Panggil astrid, mereka semua menoleh ke sumber suara. Dan mendapatkan seorang gadis cantik, yang berjalan menghampiri mereka.
"Astrid" Mayira tersenyum dibalik cadarnya, dan melambaikan tangan kearah astrid.
"Itu bukannya cewek yang Bara gebet, beberapa bulan yang lalu? Tanya daniel tiba_tiba ia masih ingat gadis cantik itu, yang sok jual mahal gak mau jadi pacar Bara.
"Dan Bara juga nembak ntu cewek waktu itu, diterima gak bro" Tanya Arya menepuk bahu Bara, ia menaik turunkan alisnya.
Bara menatap satu persatu sahabatnya yang bermulut lemes itu, lalu menoleh kearah mayira yang tetap diam tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan. Bara menghela nafas lega, tapi Bara menjadi bingung kenapa dia mesti kawstir, kalau mayira akan terluka dengan perkataan teman_teman resenya.
"May, kekelas yukk bantuin gue ngerjain tugas kimia yang belum sempet gue kerjain" Ajak astrid seraya menarik tangan mayira, menjauh dari Bara ang the geng bahkan astrid tidak perduli saat mereka bertanya.
Bara menatap datar kepergian istrinya.
"Bar lo belum jawab pertanyaan kita tadi, ada hubungan apa lo sama dekkel bercadar tadi?" Evans sangat penasaran dengan jawaban dari pertanyaan itu, ini adalah hal seperti air dipadang pasir. Bara tidak pernah dekat dengan seorang cewek, selain mamanya. Dulu dikabarkan dekat dengan astrid, tapi teman_temannya tau ada alasan dibalik itu.
Lalu sekarang dekat dengan Mayira, ada apa? harus ada penjelasan dong. Dengan santainya Bara menjawab, "Dia penentu hidup gue" Walau sebenarnya Bara sendiri tidak tau arti dari ucapannya tadi, ia hanya mengatakan sesuai kata hatinya.
"Hah? Sahabat_sahabat Bara tidak mengerti apa yang dikatakan temannya ini.
"Maks.. Ucapan Evans terpotong, ketika ponselnya berdering diraihnya benda itu. Seketika matanya terbuka lebar saat melihat nama yang tertera disana, ia begitu terkejut. Tangannya sampai gemeteran, lalu dengan perasaan tak menentu Evans mengangkatnya.
"Hallo" Sapa Evans.
Evans gugup saat menerima panggilan ditelpon itu, "Ah iya Assalamualaikum.. Ucap Evas meralat Ucapannya.
Entahlah Evans merasakan tiba_tiba ada aura gelap di suara yang disebrang sana, apa akan terjadi sesuatu? sepertinya telah terjadi sesuatu, tapi apa? Evans sekilas melirik kearah sahabat_sahabatnya. Kira_kira apa ada salah satu temannya yang membuat ulah? Pertanyaan itu terus berputar di kepalanya, dia seperti hendak menghadapi tiang gantungan.
"Hah, ah i_iya siap bang" Jawab Evans, Evans blingsatan yang mendapat tatapan dari teman_temannya menanti jawaban dengan rasa cemas.
"Bang Rendra sekarang ada di markas tider, bersama penegak lainnya" jawab Evans, "Dan Bang Renda nyuruh kita kesana sekarang" lanjutnya.
Diantara rasa penasaran mereka, hanya Bara yang telihat terlalu begitu cemas. Namun Bara tetap berusaha untuk tenang, gawat sepertinya mertuanya itu akan melakukan sesuatu. Sekiranya apa yang akan dilakukan ketuanya itu, meskipun jujur Bara begitu takut. Tapi cepat atau lambat toh ini akan terjadi, dan Bara harus siap menerima konsekuensi atas perbuatannya.
"Matilah gue" batin Bara.
_Tidak ada bangkai yang tak bisa tercium, wahai generasi muda harapan bangsa. Pandai_pandailah dalam memilih teman, jika teman yang kamu pilih itu sekiranya menjerumuskan maka alangkah baiknya pelan_pelan kamu tinggalkan_
____Tbc___