Raisa, seorang gadis berparas cantik, adalah primadona desa yang hidup dalam kesederhanaan bersama ayahnya. Kehidupannya yang bahagia berubah drastis ketika suaminya meninggal dalam kecelakaan mobil pada awal pernikahan mereka. Raisa terpaksa harus menjanda dan menghadapi tantangan hidup yang lebih besar.
Di desa kecil mereka, di mana kabar berita menyebar dengan cepat, gosip dan fitnahan dari masyarakat selalu menghampiri Raisa. Kehadirannya yang sebagai pengantin baru dan langsung ditinggalkan oleh suaminya yang meninggal membuatnya menjadi sasaran ejekan dan celaan. Dia merasa terisolasi dan terpinggirkan.
Namun, Raisa adalah seorang wanita yang kuat dan tegar. Dia tidak menyerah pada keadaan dan bertekad untuk membuktikan bahwa dia bisa bangkit dari penderitaan yang menimpanya.
Bagaimana kisah Raisa dalam menjalani kehidupannya? Ikuti ceritanya di novel yang berjudul "Janda Tapi Perawan Tulen"
Jangan lupa kasih like, subcribe, vote rate 5...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 29 - Mol
Pagi ini laura berkunjung lagi ke kediaman Aryana. Ia yang berniat mengajak Bela untuk jalan-jalan dan berbelanja, merasa sedikit kecewa saat mengetahui bahwa Bela sudah memiliki janji lain dan tidak bisa ikut bersamanya.
Namun, Bela dengan ramah menyarankan agar Laura mengajak Raisa sebagai pengganti untuk menemaninya. Laura memikirkan saran tersebut dan akhirnya memutuskan untuk mengajak Raisa.
Ia percaya bahwa waktu bersama Raisa juga bisa menjadi menyenangkan. Dengan senyum di wajahnya, Laura berjalan menuju ke arah Raisa yang sedang berada di ruang keluarga.
"Raisa, apa kamu tidak sibuk hari ini?," tanya Laura dengan ramah.
Raisa mengangkat kepalanya dan menghentikan pekerjaan bersih-bersihnya sejenak dan menjawab, "Sebenarnya masih banyak pekerjaan, Mengapa?."
Laura menjelaskan situasinya, bahwa Bela sudah memiliki janji dan tidak bisa pergi bersamanya. Kemudian, ia mengajak Raisa untuk jalan-jalan dan berbelanja sebagai gantinya.
Raisa terkejut mendengar ajakan tersebut, tapi ia segera menolak dengan meminta maaf terlebih dahulu karena ia memang harus bekerja dan tidak berani meninggalkannya.
"Ayolah Raisa... Kak Bela juga sudah mengizinkannya... Yuk!."
"Raisa... Pergilah, pekerjaanmu sudah selesai, temani Laura jalan-jalan gih," timpal Bela ramah, yang muncul dari arah belakang Laura.
Merasa tidak bisa menolak permintaan majikannya itu, akhirnya Raisa menyetujui perginya bersama Laura dan minta izin untuk bersiap dahulu.
"Laura, kamu disini?," tanya Bian yang baru datang dari kantor meskipun masih pagi. Ya... Namanya juga CEO, bisa bebas pulang kapan saja he he.
"Bian?." Laura segera berdiri menyambut bahagia kedatangan laki-laki yang menghiasi hatinya itu. "Aku akan pergi ke mol, kamu mau ikut?."
"Ke mol?." Bian melihat sekeliling rumahnya. "Tidak, aku tidak ikut... Masih banyak pekerjaan," jawabnya sambil melangkah pergi menuju kamarnya sedangkan Laura menatap kepergiannya dengan sedikit kecewa.
Tidak lama kemudian, "Raisa, kamu sudah siap?," tanya Laura pada Raisa yang sudah tampil lebih rapih menghampirinya. "Sudah," jawab Raisa yang mengikat rambutnya ke atas sehingga terlihat seperti anak abg.
"Let's go!," semangat Laura sambil menggandeng tangan Raisa.
Bian, yang masih bisa mendengar percakapan dua gadis di lantai bawah itu tiba-tiba saja memutar arah langkahnya dan kembali ke bawah mendahului langkah mereka.
"Bian, kamu mau keluar lagi?."
"Ya, tiba-tiba saja aku teringat ingin membeli sesuatu."
"Ke mol?," tanya Laura semangat sekaligus penasaran. "Ya," jawab Bian singkat.
Merasa mendapat lotre, Laura sangat kegirangan dan mengajak Bian untuk pergi bersama mereka. Entah apa maksud Bian, yang tadinya dia langsung menolak ajakan Laura kini dia langsung menyetujui saran Laura.
Mereka berjalan keluar rumah bertiga secara berdampingan, dengan tangan Laura yang terus menggandeng Raisa. Sedangkan Bian sesekali melirik ke arah Raisa dan tersenyum kecil.
Saat masuk ke mobil, sudah taulah posisi duduk mereka bagaimana... Yap, Raisa duduk di kursi belakang dan menjadi saksi dua insan berbeda jenis yang duduk di kursi depannya.
Dari awal mobil mulai melaju, Laura tidak hentinya terus bicara dan bertanya pada Bian yang terlihat sedikit risih namun tetap mendengar dan menjawab setiap pertanyaan Laura.
Raisa, yang berada di kursi belakang hanya asyik melihat pemandangan kota yang ia lihat dari jendela mobil. Ia merasa senang melihat gedung-gedung tinggi pencakar langit berjajar dan menjulang tinggi.
Bian, yang melihat Raisa dari kaca spion di depannya ikut tersenyum saat melihat ekspresi Raisa yang ceria. Hingga tidak Bian sadari jika ia hampir saja menabrak mobil di depannya sehingga ia mengerem mendadak.
Cekittttt!!!
"Raisa, kamu tidak apa-apa?!," tanya Bian refleks sambil melihat ke arah belakang dan Raisa pun menggelengkan kepalanya sebagai tanda jika ia baik-baik saja dan mereka pun saling berpandangan.
"Aduuuh... Kepalaku...," rintih Laura yang kepalanya ke jedot. Suara dari Laura membuyarkan konsentrasi Bian dan Raisa hingga kini perhatian mereka beralih pada Laura.
"Nona, Anda tidak apa-apa?."
"Laura, kamu tidak apa-apa?."
"Aku tidak pasang sabuk pengaman jadi aku ke jedot... Tapi tidak apa-apa sih he he."
Bian dan Raisa menghela nafas dan merasa bersyukur. Lalu mereka saling lirik lagi sejenak namun Raisa segera menghindari tatapan Bian saat Laura mengajaknya bicara.
Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan lagi menuju mol tanpa Laura sadari jika Bian tadi lebih memperhatikan keselamatan Raisa di banding dirinya.
Akhirnya mereka tiba di mol, dan kini sedang berjalan menyusuri setiap toko yang ingin mereka kunjungi. Bian dan Laura berjalan bersama di depan Raisa yang mengekor di belakang mereka.
"Bian, lihat... Bagus tidak?," tanya Laura yang mencobakan sebuah gaun di tubuhnya."
"Bagus," jawab Bian dengan tidak melihatnya, karena ia fokus mencari keberadaan Raisa yang berada agak jauh dari mereka.
"Kalau yang ini?," tanya Laura lagi. Namun lagi-lagi Bian menjawabnya tanpa melihat ke arah Laura. "Laura, kamu pilih-pilih saja dulu, aku pergi ke sana sebentar."
"Eh eh eh... Bian?." Laura hanya bisa membiarkan Bian pergi begitu saja meski ia sedikit kecewa.
Bian memutar pandangannya dan mencari Raisa. Lalu setelah beberapa saat akhirnya dia menemukan Raisa sedang berdiri menatap sebuah gaun yang nampak cantik dan elegant.
Seketika Bian tersenyum dan hendak menghampiri Raisa namun Laura lebih dahulu sampai di dekat Raisa sehingga ia mengurungkan niatnya itu dan menjadi salah tingkah saat Raisa melihat ke arahnya.
~
"Bian, aku lapar... Kita makan dulu yuk?," ajak Laura. Kemudian Bian mengajak mereka makan di sebuah restoran yang berada di mol tersebut.
Bian dan Laura duduk bersama di meja restoran, menikmati hidangan mereka dengan penuh keceriaan. Namun, Raisa memilih duduk di meja terpisah karena merasa tidak pantas bergabung dengan mereka, mengingat statusnya sebagai seorang art.
Saat Bian melihat Raisa duduk sendirian di meja terpisah, dia merasa tidak suka dan ingin Raisa ikut bergabung dengan mereka. Dengan tegas, Bian berdiri dari kursinya dan mendekati Raisa dengan langkah mantap.
Dengan penuh kelembutan, dia meraih tangan Raisa dan berkata, "Raisa, ikutlah dan duduk bersama kami."
Raisa terkejut dengan tindakan Bian, tapi juga merasakan kehangatan dalam sentuhan dan ucapan tersebut. Dia ragu, namun melihat ekspresi tulus dalam mata Bian dan melihat Laura memberi isyarat setuju, Raisa memutuskan untuk ikut duduk bersama mereka.
Dengan hati yang berdebar, Raisa berjalan bersama Bian menuju meja Laura. Mereka berdua duduk di sebelah Laura, dan Raisa pun merasa hangat dengan kehadiran Bian dan Laura yang menerimanya tanpa mempermasalahkan statusnya.
Mereka berbincang, tertawa, dan menikmati makanan bersama hingga tiba saat mereka untuk pulang.
Namun ketika mereka berjalan keluar mol menuju parkiran, Raisa tidak sengaja menabrak seseorang yang berjalan di depannya. "Maaf, aku tidak sengaja," ucap Raisa meminta maaf dengan tulus.
"Raisa?," kata seorang laki-laki di depannya itu yang tidak lain adalah Dion, mantan kakak iparnya. "Kak Dion?."
Dion tersenyum dan melihat penampilan Raisa darinya atas hingga bawah. "Sudah lama kita tidak bertemu, kamu terlihat semakin cantik saja."
Mendengar perkataan dari mantan kakak iparnya itu Raisa merasa kesal dan hendak beranjak karena Dion tidak punya itikad baik sedikitpun untuk meminta maaf padanya atau bersikap baik dan hormat, malah menatapnya dengan tatapan mesum.
"Tunggu Raisa!."
Dion menahan tangan Raisa dan menghalangi langkahnya sehingga membuat Raisa jera dan berteriak untuk melepaskannya.
Bersambung...
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
gampang cari yg tajir ,novel smuanya gini
karakter raisa terlalu lemah,
smoga raisa jd wanita yg smart
semoga hari2 kalian bahagia 🤲💪 semangat y untuk authornya 😘😘😍