cerita ini adalah cerita fiksi yang menceritakan tentang seorang wanita yang bernama Aulia. Dia diberi kesempatan hidup sang pencipta untuk memperbaiki hidupnya yang selalu menderita. Bagaimana kisah Aulia dalam hidupnya yang kedua.
Apabila ada kesamaan nama dan tempat itu tidak ada unsur kesengajaan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenanga Rb, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
"Masih ada orang tua kamu di sini !, tega sekali mau mengusir kami, seharusnya kamu itu bawa pakaian saja kemari "Ucap Ibu Ningrum yang merasa terusik dengan barang yang Arya dan Aulia bawa.
".... "
Ucapan ibu Ningrum begitu ketus seakan Aulia dan Arya bukan keluarga nya.Dia juga pergi begitu saja ke kamar nya tanpa membantu keduanya.
"Padahal aku sudah mengalah untuk pindah malam ini juga, malah ini ibu mengira akan mengusir dirinya....."Batin Arya.
Helaan napas Aulia.
"Maafkan ibu ya, Aulia. "Ucap Arya kemudian.
Aulia hanya mengangguk pada Arya tanpa berkata apapun.
Pagi harinya Aulia memenuhi bak air dengan menimba.Dia tahu rumah ini masih menggunakan cara tradisional dalam mengambil air.
Berita kepindahan Arya dan istrinya menjadi pembicaraan di desa itu.Selain berita itu ada yang membuat hati Aulia bertambah sakit.
Beberapa tetangga mengatakan kalau uang hasil memperbaiki rumah Arya dan sewa sawah semuanya dari kakak Arya.
Banyak yang percaya pada berita itu. Mereka membela kak Erna dan suaminya itu.
"Pantas saja rumah dia bagus, ternyata hasil dari kakaknya Erna merantau di tempat jauh, sedangkan dia cuma kerja di koperasi. "
"Iya, aku mau lihat bagaimana kehidupan Arya dengan istrinya yang sekarang menumpang di rumah orang tuanya."
Aulia dan Arya mendengar berita itu, namun tidak ada satu kata apapun dalam pembelaan mereka.
Sudah dua bulan berlalu, namun kak Erna semakin menjadi-jadi.
"Bu Arya dan Aulia berangkat dulu ya. Dua hari lagi kita panen beras. Itu semua Aulia yang memutuskannya. Uang sewa itu milik Aulia.Saat ini aku masih berhutang pada istriku tentang perbaikan rumah itu. "
Ucapan Arya sedikit menyinggung ibu Ningrum.Dia memandang Aulia dan bertanya tentang keputusan kemarin.
"Aulia, jika kamu tidak memenuhi keinginan kakak kamu sebaiknya kalian pindah saja.Toh kalian sudah miliki hasil panen kalian. " Ucap ibu Ningrum ketus.
Saat berangkat kerja Arya mengunci kamarnya, dia tahu kalau didalam kamarnya ada barang berharga milik istrinya. Arya juga mengerti seperti apa kakaknya Erna itu bisa berbuat nekad.
Di Rumah ibu Hanum
Aulia melihat kakaknya menjahit di depan rumahnya,dia begitu senang melihat kak Rindu tidak bersembunyi lagi.
"Aulia, mas pamit kerja dulu. Besok kita tidak kemari beberapa hari kamu kasih tahu ibu. "
".... "
"Kamu lupa ya, kita akan panen padi besok.Aku juga akan ijin dari kerjaku. Aku sudah menghubungi para pekerja ani-ani padi."
"Semua kuserahkan pada suamiku tercinta " Ucap Aulia sambil mencium tangan suaminya.
Dia berlari masuk kerumah bu Ningrum.
"Kak, bagaimana mesinnya?. Bagus tidak?,Aulia dan mas Arya cuma bisa membeli mesin second saja. "
"Aulia, mesin jahit ini sudah bagus. Kemarin sore aku coba menjahit dan bu Eny meminta aku menjahit baju yang rusak. Alhamdulillah, sekarang aku bisa membayar hutang aku hari ini. "
"Kak Rindu tidak takut lagi pada penagih itu?, nanti aku ada urusan jadi mau pergi lagi sebentar. Besok aku tidak datang kemari beberapa hari ini, ya kak. "
"Apa ada masalah dirumah kamu?. "
"Tidak, cuma..... "Ucap Aulia terhenti, dia tidak mungkin menceritakan pada kakaknya ini kalau dia mau panen.
" Sudah, masuk sana. Aku telah buatkan sop buah tadi."
Tersenyum memandang kakaknya.Dia masuk ke kamar dan merebahkan diri sejenak.
Tiga jam kemudian Aulia pergi ke sebuah Bank tempat deposit itu akan dicairkan.
Sebenarnya saat masuk dia sedikit takut.Dia mengikuti arahan security dan diberi nomor antrian.Saat disana dia melihat seseorang yang dia kenal, namun dia melupakan itu semua.
"Bu Aulia, bagaimana kabar kamu?. Aku dengar kamu telah keluar dari sana.Memangnya keluar karena apa?. "
"..... "
"Tanpa adanya bu Aulia, pasti kami dulu harus menganti sejumlah uang yang bukan kesalahan kami.Aku sangat berterima kasih sama Bu Aulia."
Aulia hanya tersenyum dan berkata seperlunya.Dia takut kalau salah bicara.
Panggilan nomor Aulia diucapkan petugas Teller Bank. Dia memberikan dua kartu deposito pada petugas itu. "
"Ini mau dicairkan semua atau mau di deposito kembali. "
"Memang aku akan dapat berapa nanti? " Ucap Aulia pada petugas itu.
"Sekitar lima puluh lebih dan nanti nomor rekeningnya seperti biasa atau mau ganti?. "
"Ganti pakai nomor rekening ini dan sebagian saja aku deposit itu satu tahun dulu. "
"Baiklah."
Setelah beberapa saat Aulia menerima notifikasi dari bank itu dan menerima sertifikat deposit yang baru.
Saat Aulia dan Arya pulang mereka dikejutkan dengan pintu kamar yang terbuka.
"Mas, bukan kah tadi kamu sudah menguncinya? " Ucap Aulia pada suaminya dalam hatinya berpikiran kalau kakaknya Arya yang mengambilnya.
"Tadi sudah saya kunci, lihat kuncinya sudah aku bawa. "
Ibu Ningrum yang tahu keduanya diam saja didepan pintu berkata "Tadi kakakmu Erna masuk ke kamar kalian mau mengambil barangnya yang ke bawa kalian. "
"..... "
"Barang, seharusnya tunggu aku dulu kalau mengambil sesuatu."
"Sudahlah, masalah kecil saja dibikin ribut. Besok kalian panen kan. Ajak kakak ipar kamu dan bagi hasil panennya buat mereka."
"Bu, itu hasil keringat aku dan satu hal modal sewa itu milik Aulia. Aku akan mengembalikan hasil modalnya.Kalau itupun aku mau pasti ku kasih seadanya.Ibu jangan ikut campur lagi.Arya sudah mengalah banyak bu! " Ucap Arya sambil membawa Aulia masuk ke kamar.
Ibu Ningrum hanya terdiam saja saat keduanya masuk. saat itu ayah Harjo berkata "Kamu terlalu pilih kasih bu, Aulia dan Arya sudah banyak membantu kita. "
"Kalau Arya memberi kita itu sudah kewajiban, beda kalau Erna baru dia membantu orang tuanya."
"Kamu pikirkan saja bagaimana Aulia membantu kita banyak hal. Asal kamu tahu bu, uang yang aku kasih setiap bulan itu dari Aulia bukan dari Erna. "
Deg
"Jadi,selama ini aku salah mengira kalau Erna yang memberikan uang itu pada kami. "
Ibu Ningrum menjadi merasa bersalah pada anaknya Arya.
Keesokan harinya Arya dan Aulia pergi ke sawah untuk mengurusi panen pertama.Banyak yang memuji keberhasilan Arya. Biasanya tanah itu sulit ditanami bahkan kadang gagal panen.
"Nak Arya, ini nanti mau dijual semua atau bagaimana?. "
"Maksudnya bagaimana ya pa? " Tanya Arya balik.
"Aku lupa, kalian baru pertama kali panen.Jadi perlu ku jelaskan terlebih dahulu.Ada Dua macam penjualan tanaman Padi yaitu tebas dan jual jadi. "
"Kalau dari cara kamu ini termasuk katagori jual jadi. Itupun ada beberapa kriteria yaitu jual gabah, jual pk dan jual beras. "
".... "
".... "
"Aulia bagaimana menurut kamu?. "
"Kita tanya ibu dan bapak saja dulu. Mereka lebih tahu masalah ini. "
Akhirnya Arya mendekati ayahnya dan meminta pendapatnya.