Sehat itu mahal harganya! Dan itu memang benar, keluarga Giovani Mahardika rela membayar seorang gadis untuk menikah dengan putra bungsu mereka demi menyembuhkan gangguan mentalnya.
Dialah Alleta Rindiani, setelah melewati beberapa pertimbangan dan penilaian akhirnya gadis inilah yang dipilih oleh keluarga Gio.
Di tengah usaha keras Alleta, secercah harapan akhirnya muncul, namun Gio nyatanya jatuh cinta pada Alleta.
Akankah Alleta membalas cinta Gio di akhir masa perjanjian? Terlebih sesuatu telah tumbuh di dalam sana.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bungee~Bab 12
Leta menoleh ke sembarang arah, menajamkan pendengaran ketika sayup-sayup terdengar suara motor matic memasuki halaman rumah.
Ia mendadak excited heboh, "mas Gio dateng tuh kayanya!" serunya, bergegas merapikan diri demi bersiap menyambut dengan gaya ero tiss sebisanya, "lipstik, cek!" namun ia menggeleng penuh ragu, "arggh...tambah lagi biar makin menggoda!" ujarnya meraih liptin yang telah ia taruh di meja lalu mengoleskannya kembali di bibir yang semakin terlihat shiny, hingga bisa dianggap abis makan gorengan. Belum lagi parfum yang ia siramkan pada badan, kalo biaa bakalan ia pakai mandi tuh parfum biar wanginya kebayang-bayang sampe 10 tahun.
Ia menempelkan telinga di balik pintu, sedikit membuka daun pintu memberikan celah hingga samar-samar suara Gio yang salam pada padhe dan budhe terdengar di telinganya.
Tak terdengar keduanya marah-marah seperti enggan untuk mencecar penuh kesal pada anak bungsu mereka itu, nampaakk... biasa saja. Sepertinya memang jam pulang Gio sudah biasa seperti ini setiap harinya.
Leta juga tak mendengar Gio bertanya tentang dirinya pada budhe, cih dasar suami durjana, Leta mencebik dalam diam, hanya bibirnya saja yang tersungging julid. Minimalnya tanya kek istrinya dimana, gituhh?
Sampai akhirnya handle pintu kamar terlihat dibuka dari luar. Segera saja ia duduk di tepian ranjang dengan menyilangkan kaki, menunjukan kedua pa hanya dengan gaya sensual. Dengan harapan, naluri laki-laki Gio akan kembali meronta melihat pa ha cewek. Ya iyalah masa pa ha ayam!
Gio langsung membatu di tempatnya berdiri, ketika daun pintu ia lebarkan selebar dunia.
"Mas, baru pulang...lamaaa...." sapanya dimanja-manjakan, Leta juga menggerai rambut panjangnya dan menyibakan itu agar terlihat rawrrrr! Berasa pengen jambak.
Hening terjadi beberapa detik, Gio tak mengucapkan apapun atau bereaksi berlebihan, membuat Leta semakin gencar melanjutkan aksi centilnya itu.
"Mau dimasakin air panas buat mandi, apa mau dimandiin?" ia bangkit dan berjalan ke arah Gio menggoda. Hati kecilnya mualuuu sangat! Tapi bagaimana pun caranya akan ia lakukan demi kesembuhan Gio.
Benar yang mas Tama bilang, benar yang mas Rangga bilang, cara untuk menyembuhkan Gio memang terbilang menurunkan harga dirinya, itu kenapa kedua masnya meminta agar ada ikatan sah antara dirinya dan Gio terlebih dahulu.
Terbayang jika Leta tak menikah dengan Gio, maka zina yang mereka lakukan saat ini.
Leta mengedip genit pada Gio persis orang kelilipan sesuatu. Namun bukannya menggugah selera dan membuat hawa panas tercipta, semua yang dilakukan Leta justru membuat kamar menjadi ramai, yap! Gio meledakan tawanya seraya menggeleng tak habis pikir, ia taruh tas di atas kursi dan tertawa sepuasnya seraya membuka kemeja luaran.
"Opo iki...kamu lagi ngapain, to?" tunjuk Gio pada penampilan Leta terlebih sikapnya yang seperti cacing kepanasan.
Benar saja apa yang Leta duga, Gio menganggapnya sudah tak waras.
Leta yang semula berwajah sensual kini justru berubah keruh sambil menggertakan kakinya kesal, "ihhh, jangan ketawa to!" Leta justru memberikan pukulan-pukulannya telak pada suaminya yang semakin tergelak dan mengelak tanpa perlawanan. Gio benar-benar dibuat tertawa oleh tingkah Leta.
"Baju taun kapan itu?"
"Ini apa pula, pake baju pendek tapi kaos kakian?" Hahahaha semakin keras saja Gio tertawa, mengundang bapak dan ibu untuk penasaran, "itu kenapa to pak?"
"Kamu mau kondangan, dandan begini?"
"Salah minum obat?" Dan sampai terpingkal Gio tertawa.
"Ihhh, anak luthungggg!" Leta tak menghentikan serangannya pada Gio. Dipukul, ditendang, sepertinya Leta melakukan kdrt level 2 pada Gio, akibat suaminya itu menertawakan.
"Haduhhh, malem malem kelakuanmu Ta, ono-ono ae! Ta ampun, Ta!" begitu cara Gio meminta Leta menghentikan serangannya, dengan masih mencibir Leta terang saja Leta tak terima.
Yakin jika penyimpangan s3k suuu4l yang diderita Gio sudah parah, buktinya suaminya itu malah menertawakan dan tak sama sekali tertarik padanya, Leta nekat melompat pada Gio dari belakang bermaksud menyerang Gio lebih ekstrem lagi hingga membuat Gio terjatuh di kasur.
Brukkk! Keduanya terjatuh bersama.
"Istri durhaka kamu Ta...suami sendiri kamu siksa begini, ck...lepas--lepas, awas! Aku mau mandi..." Gio masih menyisakan tawanya meskipun ia melakukan perlawanan kecil tanda tak terima di siksa begitu.
"Ndak mau!" balasnya masih berusaha menggigit pundak Gio di atas ranjang dan membuat posisi yang menurutnya pas.
"Kalo bisa, bakalan aku per kaos kamu Yo..." ancamnya lagi.
"Ta, astaga...liarnya....belajar dari mana kamu nakal begini, aku laporin bulek Wulan, punya cah wedhok liar begini!" Gio memberontak hingga membuat Leta ikut turun dari atas Gio namun Leta tak kalah keras kepala dengan kembali naik menin dihhh Gio.
Leta mengandalkan insting dan pengetahuannya dari guugle bagaimana cara melakukan hubungan in tim agar pasangan puas, dan langkah-langkahnya adalah----
Gio berhasil ia taklukan di atas kasur, dimana posisinya kini sudah menang dengan duduk di atas perut Gio, mengunci suaminya itu di bawah, "Ta. Aku capek to yyooo...baru balik kerja, koe malah kesurupan begini, nyebut kamu Ta, nyebut..." teriak Gio.
"Astagfirullah hal'adzim!!!" Leta nyebut.
"Aku ndak akan nyerah sebelum kamu mau tobat, Yo..." gadis itu meraih rahang Gio menangkup wajah ganteng suaminya itu dengan kedua tangan sementara tangan Gio ia tahan dengan kaki di samping badan Gio sendiri, pintar! Cocok jadi aparat kalo begini. Pintar membekuk lawan.
"Ta, mau ngapain koe, Ta! Nyebut woy!" Gio layaknya seorang gadis yang tengah diruda pakkks4 oleh Leta.
"Kamu mesti rasain rasanya cewek, mas...uenakk tenan dibanding gedebong pisang!" jelas Leta memaksa.
"Ta!! Bapak, ibuuu!" teriak Gio.
Bapak dan ibu semakin dilanda penasaran berlebih mendengar bukan Leta yang berteriak namun anak bujangnya, "itu mereka lagi apa to, buk?"
"Mau nyuuu suuu to mas?! Jerit jerit begitu manggilin ibu, sini nyuu suuu sama aku aja!" paksa Leta kekeh meraih rahang Gio. Namun sepertinya itu hanya gertakan Leta saja karena terbukti ia tak sampai hati mengeluarkan aset semangka kebangaannya itu.
"Nyebut Ta, nyebut...kamu abis main di kuburan mana?!" tangan Gio memintanya turun.
"Astagfirullah! Subhanallah! Allahuakbar..." sebut Leta lagi lebih kencang, membuktikan jika ia tidak sedang kesurupan.
"Oh, lagi ngaji bareng kayanya pak..." angguk ibu kini mengurai senyuman.
"Oalah, kirain opo...ngaji persis orang tawuran, rame bener..." ujar bapak membiarkan keduanya baku hantam di kamar.
"Ta, jangan sampai aku nekat yo..." ancam Gio, tapi Leta justru menggigit bibir bawahnya dengan gaya sen sual dan tindakan nekat selanjutnya mencium bibir Gio dengan rakus. Ia tidak handal, bukan pula profesional. Bahkan Leta terbilang tak bisa, yang penting menurutnya nempel-nempel dan mencicipnya dengan menji lat bibir Gio, emhh kopi kayanya.
Di luar dugaannya rasa itu yang awalnya hanya aroma kopi justru membuat Leta nyaman dan tak mau bergerak, seolah membiarkan sejenak Gio merasakan hawa naf sssuunya dari deru nafas yang beradu, untung udah makan permen! Leta tersenyum dalam hati.
Namun, Leta sedikit merasa aneh, karena Gio justru berubah diam saja saat kedua bibir mereka menempel begini, tidak lagi memberontak, seperti sedang merasakan dan menikmati sesuatu. Padahal tadi saja, ia berontak begitu keras enggan untuk Leta sentuh.
Bukan tidak mungkin Gio dapat kabur dari Leta, bukan tidak mungkin juga tenaga Gio jauh lebih besar dari istrinya itu tapi Gio seolah enggan melakukan itu sekarang dan terkesan membiarkan Leta melakukan apa yang ia mau, termasuk memberikan jila tan-jila tan dan gigitan kecil di bibirnya.
Yang tidak disadari Leta adalah, entah sejak kapan kedua tangan Gio telah keluar dari kungkungan kaki Leta dan kini tengah memegang pinggang Leta, seolah sedang menahan gadis itu agar tak bergerak.
Leta menghentikan ciu mannya yang jauh dari kata soul kissing dan menjauhkan diri, "gimana, mantep to?!"
"Mantep apanya, kamu gigit bibirku..." sungut Gio ikut bangkit dari kasur untuk meneruskan kegiatannya yang tertunda tadi.
Leta tertawa akan tindakannya tadi, "harap dimaklum, aku pemula...yang penting, sekarang kamu bisa rasain gimana rasanya cewek apalagi yang udah punya sertifikat halal!" angguk Leta yakin.
Gio menggeleng, perlu ta kasih pelajaran istri nakal yang sudah berani mele cehkannya itu, setelah menarik handuk dari gantungan belakang pintu, Gio melirik Leta yang tengah berusaha meraih baju piyamanya di gantungan yang sama dan tersenyum smirk, ia memaksa Leta terpojok ke dinding kamar dan mengungkungnya dengan satu lengan bertumpu di tembok.
"Sini ta ajari gimana caranya ciuman..." Gio menarik pinggang tanpa tertutup kain mengingat baju yang ia pakai adalah model crop menempel padanya, lalu menangkup rahang Leta dan mengusapnya dengan jempol.
Leta hanya bisa melotot dengan mulut yang terbuka sedikit, sementara Gio telah memiringkan wajahnya dan menikmati mulut Leta yang terbuka itu.
Leta dibuat spechless, ia dibuat terkejut nan syok oleh aksi Gio, namun entahlah, tulangnya mendadak di presto dan tak memiliki daya sama sekali, kemana energi yang telah dibuat di dalam tubuhnya tadi?
"Aku sudah bilang, Ta...kalo nyatanya aku masih suka cewek gimana? Kamu ndak takut aku hamilin, to?" ucap Gio sesaat setelah ia melepas pagoe tan bibir keduanya, dengan nafas terengah Leta masih diam tak membalas ucapan Gio, hanya menatapnya penuh tatapan ketidakpercayaan.
Gio terkekeh menampar pelan pipi Leta lalu meninggalkannya keluar dari kamar untuk bersih-bersih. Sementara Leta, gadis itu langsung merosot di atas lantai, "kok hatiku makin yakin, ya...kalo Gio itu sebenernya normal..." monolognya.
.
.
.
.
nunggu letta sadar pasti seru ngamuk2 nya ma gio...
ndak ada juga yang bakal masukin ke penjara