Novel ini lanjutan dari novel "TOUCH YOUR HEART" jadi jika ingin nyambung, bisa mampir dulu ke novel Author yang itu.
Nizar adalah seorang pilot muda yang tampan, kehidupan Nizar seakan kiamat kala melihat kedua orang tuanya meninggal secara bersamaan. Hidup Nizar seakan hampa bahkan sifat Nizar pun berubah menjadi dingin, cuek, dan juga galak.
Nizar dan adiknya Haidar harus melanjutkan hidup meskipun terasa sangat sulit tanpa kehadiran kedua orang tuanya. Hingga pada akhirnya, seorang wanita cantik tiba-tiba hadir di kehidupan Nizar dan memporak-porandakan perasaan Nizar.
Siapakah wanita cantik itu? apakah wanita itu mampu mengembalikan semangat hidup Nizar atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 33 Ketegasan Yulia
Nizar segera membawa Binar ke rumah sakit, dan Binar pun dengan cepat mendapatkan penanganan. Nizar menghubungi Yulia dan Suga, tentu saja mereka sangat bahagia dan segera pergi ke rumah sakit. Tidak lupa, Nizar mengambil foto Binar yang sedang terbaring dan mengirimkannya kepada Dewa.
"Ya Allah, seberapa keras orang gila itu menyiksamu sampai-sampai wajah dan tubuhmu lebam semua," gumam Nizar dengan raut wajah yang sedih.
Nizar tidak bisa membayangkan selama tiga hari ini Binar ketakutan hidup dengan orang gila. Tidak lama kemudian, Yulia dan Suga pun datang. Keduanya sangat terkejut melihat kondisi Binar yang cukup memprihatinkan itu.
"Ya Allah Binar, kenapa kamu seperti ini?" seru Mama Yulia kaget.
"Binar ditemukan oleh salah satu warga Tante, dan warga itu mengira kalau Binar istrinya karena wajah Binar mirip dengan istrinya yang sudah meninggal. Akibat istrinya meninggal, dia jadi stres dan gampang sekali marah. Setiap hari dia menyiksa Binar," jelas Nizar.
"Astagfirullah, kasihan banget kamu, sayang," sahut Mama Yulia dengan deraian air matanya.
"Apa orang itu masih hidup? di mana alamat rumahnya, biar saya beri dia pelajaran," geram Pak Suga.
"Tenang Pak, aku sudah memberi orang itu pelajaran bahkan kalau tidak kasihan melihat ibunya, aku sudah bunuh dia," ucap Nizar.
"Brengsek, Nona Binar sampai seperti itu. Tangannya kenapa sampai berdarah dan luka?" tanya Pak Suga khawatir.
"Semalaman kedua tangan Binar di ikat pakai tambang," sahut Nizar.
"Kamu terlalu baik, kenapa kamu tidak mengajak saya tadi kalau saya berada di sana, sudah habis itu orang." Suga benar-benar geram mendengar cerita Nizar.
"Sudahlah Pak Suga, sekarang yang terpenting Binar sudah ditemukan dengan selamat. Terima kasih ya, Nizar, kamu sudah membantu mencari Binar," ucap Mama Yulia.
"Sama-sama, Tante," sahut Nizar.
Yulia kembali memperhatikan anaknya, tiba-tiba wajah Dewa terlintas dan seketika emosi Yulia memuncak. "Lihat saja, saya akan membuat kalian jatuh miskin supaya kalian merasakan kesakitan yang Binar rasakan," batin Mama Yulia.
Sementara itu, Dewa yang sedang duduk merenung di depan kolam berenang merasa terkejut kala mendapat pesan dari nomor tidak dikenal. Dewa membuka foto yang dikirimkan oleh orang itu, dan betapa terkejutnya dia saat melihat keadaan Binar yang sangat mengkhawatirkan itu.
"Astaga, Binar," gumam Papa Dewa panik.
Dia pun berusaha menghubungi nomor Nizar tapi Nizar selalu saja mematikannya dan tidak mau mengangkatnya. Dewa tidak kehilangan akal, dia pun mengirim pesan dan meminta alamat rumah sakit tempat Binar di rawat. Nizar yang melihat pesan itu hanya bisa tersenyum sinis.
"Ternyata masih ada sedikit rasa cintanya kepada Binar," batin Nizar.
Nizar pun memberitahukan alamat di mana Binar dirawat dan itu membuat Dewa merasa sangat bahagia. Dia pun dengan cepat mengambil kunci mobilnya dan bergegas ingin cepat-cepat bertemu dengan Binar.
"Papa mau ke mana?" tanya Mama Dona.
"Ke rumah sakit," sahut Papa Dewa singkat.
"Hah, siapa yang sakit? apa Veronika kembali drop?" tanya Mama Dona khawatir.
"Stop Dona, yang sakit Binar. Akhirnya Binar sudah ditemukan dan saya akan ke sana untuk menemui Binar," sahut Papa Dewa.
"Kalau begitu, Mama ikut," pinta Mama Dona.
"Tidak, kamu diam saja di rumah karena kalau kamu ikut, itu justru akan membuat masalah di sana," tolak Papa Dewa.
"Tapi Pa---"
Dewa tidak menghiraukan rengekan Dona, dia pun segera masuk ke dalam mobilnya dan pergi meninggalkan rumahnya. "Papa mau kemana, Ma?" tanya Virlo.
"Ke rumah sakit, katanya anak sialan itu sudah ditemukan," kesal Mama Dona.
"Apa? Binar sudah ditemukan?" Virlo terlihat kaget.
"Kenapa waktu itu kamu tidak langsung lenyapkan saja anak sialan itu. Sekarang, anak itu sudah kembali dan nasib kita tinggal di ujung tanduk!" bentak Mama Dona.
"Tidak Ma, kita harus mempertahankannya. Virlo gak mau jatuh miskin lagi, bagaimana dengan nasib Vero kalau kita kehilangan semuanya dia 'kan harus berobat dan cuci darah," sahut Virlo.
"Cara satu-satunya, kita harus lenyapkan Binar dan Yulia," ucap Mama Dona.
"Bagaimana caranya Ma? penjagaan mereka tidak kaleng-kaleng loh," sahut Virlo.
"Nanti Mama pikirkan bagaimana caranya," ucap Mama Dona.
Tidak membutuhkan waktu lama, Dewa pun sampai di rumah sakit. Dia berlari mencari ruangan rawat Binar, hingga tidak lama kemudian dia menemukan ruangan rawat Binar yang dijaga oleh dua pengawal di depan pintunya. Dewa segera menghampiri dan pada saat ingin masuk, Dewa di tahan oleh pengawal itu.
"Anda mau ke mana? apa anda sudah diberi izin oleh Nyonya Yulia?" tanya Sang Pengawal.
"Kalian tidak tahu siapa saya? saya Papanya Binar!" bentak Papa Dewa.
Dewa hendak membuka pintu tapi lagi-lagi pengawal itu menahannya. "Sebentar, saya lapor dulu kepada Nyonya Yulia."
Salah satu pengawal itu masuk dan meminta izin kepada Yulia, Dewa begitu sangat kesal karena ingin bertemu dengan anaknya saja harus seribet itu. Tidak lama kemudian, pengawal itu kembali dan mempersilakan Dewa untuk masuk. Dewa melihat di sana ada Yulia, Suga, dan juga Nizar.
"Tahu dari mana kamu Binar ada di sini?" ketus Mama Yulia.
"Ada seseorang yang memberitahu saya," sahut Papa Dewa.
Dewa pun perlahan menghampiri Binar, dan diperhatikannya wajah Binar yang penuh luka itu. Hati Dewa merasa sangat sakit, dadanya terasa sangat sesak. Selama ini dia sudah gagal menjadi seorang Papa untuk putrinya sendiri.
"Bagaimana keadaan Binar?" tanya Papa Dewa.
"Buat apa kamu tanya keadaan Binar? memangnya kamu peduli sama Binar?" kesal Mama Yulia.
"Jelaslah peduli, Binar anak saya juga," sahut Papa Dewa.
"Anak? sejak kapan kamu memperlakukan Binar seperti anak kamu sendiri? selama ini kamu terlalu sibuk ngurus anak dan istri kamu sampai lupa kepada anak sendiri. Beruntung Binar punya mental kuat, kalau Binar anak yang lembek bisa-bisa dia gila seperti saya dulu," geram Mama Yulia.
Dewa menundukkan kepalanya, dia sadar selama ini dia memang pilih kasih dan memperlakukan Binar dengan kasar.
"Sekarang saya sudah sadar, dulu saya tidak meminta harta gono-gini tapi sekarang saya minta pembagian harta gono-gini. Saya tidak rela jika harta saya dan Binar dinikmati oleh wanita itu dan anak-anaknya. Jadi saya harap, sekarang kamu angkat kaki dari rumah itu. Saya beli rumah itu dan bagian kamu, akan saya transfer ke ATM kamu. Saya beri waktu 3 hari dari sekarang," ucap Mama Yulia.
Dewa tidak bisa bicara apa-apa, dia hanya bisa pasrah memang yang diucapkan oleh Yulia itu benar karena rumah itu memang milik berdua.