(Alur luar negeri ya)
Seorang veteran perang ditugaskan melindungi pengusaha sukses di Milan, Italia. Dia pun langsung terlibat konflik dengan sekelompok mafia yang mengincar keluarga pengusaha tersebut.
Jangan lupa subsribe dan berikan ulasan bintang lima😉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
DOR!
“Arghh!” Arion memekik kesakitan ketika telapak tangannya terkena tembakan, otomatis senjata api yang berada di tangannya langsung terlepas dan terjatuh ke atas lantai.
Luc menoleh ke belakang saat mendengar Arion berteriak, ia masih merangkak di bawah meja yang panjang itu. Ia ingin kembali menghampiri Arion, tapi pria tersebut memberikannya kode untuk tetap maju agar seger keluar dari ruangan tersebut.
Arion menekan luka tembaknya, darah bercucuran di atas lantai. Kemudian mengeluarkan peluru yang tersangkut di telapak tangan dengan cara menggigitnya.
Sakit?
Jangan ditanyakan lagi!
Tapi, Arion pernah mendapatkan luka tembakan yang lebih parah dari ini, saat masih bergabung di pasukan militer Milan, Italia.
Bodyguard Paolo menolong Paolo yang tak berdaya di atas lantai. Ruangan itu yang awalnya harum, dan tenang kini menjadi bau anyir darah dan semakin menegangkan.
Luc terus merangkak dan akhirnya ia berhasil mencapai pintu, ia membuka pintu secara perlahan agar tidak menimbulkan suara.
“Nona!” sekretaris Luc yang menunggu di luar ruang meeting itu terkejut bukan kepalang saat melihat bossnya merangkak ketakutan.
Ruang meeting itu kedap suara, jadi orang diluar tidak akan mendengar suara gaduh dan baku tembak di dalam sana.
“Panggil keamanan!” perintah Luc dengan nada pelan pada sekretarisya.
Sekretarisnya itu menganggukkan kepala, dan segera mengambil ponselnya untuk memanggil keamanan perusahaan tersebut. Setelah selesai, ia membantu bossnya berdiri dari lantai. “Nona, apa yang terjadi? Kenapa Anda terlihat ketakutan?”
Belum juga mendapatkan jawaban, pihak keamanan berjumlah 10 orang datang serempak menuju ruang meeting lengkap dengan senjata mereka.
Luc merasa lega, tapi rasa takut lebih mendominasi, apalagi saat melihat Arion tertembak, membuatnya merasa bersalah pada pria tersebut.
Luc berdiri lemas di sambil menyandarkan punggungnya di dinding yang dingin itu. Ia menghirup udara untuk mengurai rasa sesak di dalam dada. Tidak berselang lama, beberapa pihak keamanan membawa keluar Paolo dan bodyguard-nya dengan paksa.
Sekretaris yang berdiri di dekat Luc sangat terkejut, dan tidak menyangka kalau di dalam ruang meeting itu telah terjadi tragedi berdarah.
“Tunggu dulu!” Luc menyetop pihak keamanan yang membawa Paolo dalam keadaan terluka parah. Luc menatap kedua kaki Paolo yang mengeluarkan banyak darah hingga menetes ke permukaan lantai marmer itu.
“Langsung bawa dua orang ini ke kantor polisi!” titah Luc dengan tegas.
“Baik, Nona,” jawab mereka dengan kompak, lalu melanjutkan langkah mereka.
Luc dan sekretarisnya masuk ke dalam ruangan meeting itu. Masih ada 3 pihak keamanan di sana yang sedang menangani jenazah salah satu bodyguard Paolo yang tewas di tempat.
Luc terdiam di tempat, ia terpaku pada Arion yang berdiri tegap di dekat meja, pria itu juga tengah memandangnya dengan tatapan yang sulit untuk di jelaskan. Parasaan cemas, takut, dan lega bercampur menjadi satu di dalam rongga dada wanita itu. Luc mengayunkan kedua kakinya, menghampiri Arion.
“Kau tidak apa-apa?” tanya Luc, seraya memperhatikan Arion dari atas sampai bawah, dan pandangannya terhenti pada telapak tangan Arion yang terluka.”Kau terluka, dan ... berdarah.” Luc meraih tangan kekar itu, akan tetapi Arion segera menepisnya.
“Hanya luka ringan,” jawab Arion datar.
“Arion, aku tidak bodoh! Itu adalah luka tembak! Kau harus segera diobati!” Luc menatap kesal pada pria tersebut yang sok kuat padahal sedang kesakitan. Tanpa banyak kata, ia langsung menarik tangan Arion yang tidak terluka, membawanya keluar dari ruangan tersebut, tapi sebelumnya ia berpesan pada sekretarisnya untuk membereskan semua kekacauan di ruang meeting itu.
“Kenapa kau suka membahayakan nyawamu! Dan kenapa kau tidak menyerahkan proyek itu kepada Paolo?!” tanya Arion dengan nada datar dan dingin.
“Proyek itu sangat berarti untukku,” jawab Luc tak kalah datar, tanpa menghentikan langkahnya sambil menggenggam tangan Arion.
“Tapi nyawamu dipertaruhkan!”
Luc menghentikan langkahnya, melepaskan tangan Arion dengan kasar, lalu balik badan seraya menatap tajam pria tersebut, “maka dari itu Daddy memerintahkanmu untuk melindungiku!” bentak Luc, kemudian berjinjit dan melabuhkan ciuman dibibir sexy Arion.
Arion memejamkan mata, dadanya berdesir hebat saat wanita itu melabuhkan ciuman dibibirnya, kemudian ia membalas ciuman Luc dengan penuh kelembutan, menyesap bibir manis itu atas bawah bergantian. Tapi, ciuman itu tidak berlangsung lama, mengingat mereka berada di area perusahaan, bisa bahaya jika ada yang melihat kedekatan mereka.
“Aku sangat mencemaskanmu, dan takut kehilanganmu,” bisik Luc tepat didepan bibir Arion saat ciuman mereka sudah terlepas. Ya, ia benar-benar takut kehilangan Arion, apalagi saat melihat Arion terluka karenanya, membuat hatinya ikut merasakan sakit dan merasa bersalah yang begitu besar.
“Apakah kau sedang mempermainkan aku?!”
Luc menggeleng sebagai jawaban, “aku juga tidak tahu kenapa bisa berkata seperti itu!” jawab Luc dengan kedua pipi merona seperti kepiting rebus saat rasa malu menguasai hati dan pikirannya. Ia menjadi salah tingkah, lalu segera melanjutkan langkahnya dengan cepat, meninggalkan Arion, sebelum pria itu menggodanya.
Arion mengulas senyum saat melihat tingkah Luc yang sangat menggemaskan.