Tiga sekolah besar dibangun pemerintah untuk menampung anak-anak yang memiliki talenta. Salah satu dari tiga sekolah itu, membuat sebuah kelas khusus untuk mereka yang mempunyai potensi terpendam dan dapat membantu negara, dan dengan berbagai cara mereka mencari dan memasukan anak-anak yang memiliki bakat khusus untuk masuk kesekolah mereka.
Seorang programer yang merahasiakan identitasnya, tiba-tiba didatangi tiga orang kepala sekolah ternama, agar bergabung dengan mereka. Setelah bergabung, dia juga dimasukan ke kelas zero dengan kode name 'RAVEN', sebagai seorang programer dengan rekannya Mius, agar bisa dilatih menjadi agen rahasia pemerintahan.
Satu per satu identitasnya mulai bermunculan, bersamaan dengan kebenaran akan dirinya yang ada di sekolah itu.
.
.
.
.
semua itu terjadi di-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rheanzha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Night 21: Pencarian Dimulai
Satu minggu telah berlalu sejak saat itu. Loki yang tiba-tiba pergi, hingga saat ini belum diketahui lagi keberadaannya. Presiden yang menyaksikan juga sudah diinstruksikan terhadap teror yang nanti akan terjadi.
Aku kini tengah sibuk menggantikan tugas Han Li Yan yang dari kemarin sudah berangkat mencari puteri ku yang juga ikut bereinkarnasi, begitu juga dengan Julian dan Edward yang juga ku tugaskan untuk mencari mereka.
Lalu, bagaimana keadaan yang lainnya?
Selain dari Loki yang pergi tiba-tiba tanpa sepata-kata pun, Moirea juga ikut menghilang, tidak, lebih tepatnya si peramal yang menghilang. Sebelum kami meninggalkan mansion itu, Moirea mengatakan bahwa dia akan menutup diri sampai bencana itu muncul. Dan tentunya, saat kendaraan kami meninggalkan tempat itu, mansion nya sudah menghilang, tanah luas itu langsung di penuhi perpohonan dan jalan yang kami lalui langsung tertutup rapat.
Perubahan yang terlihat jelas terjadi pada Mius sejak kembali dari Asgard. Tubuh automata nya telah berubah, kini memiliki daging dan darah serta berbagai hal lainnya atau lebih tepatnya dia kini memiliki tubuh seorang manusia bukan hanya sekedar automata.
Meski Mius telah mendapatkan tubuh manusianya, dirinya yang dulu sebagai AI itu masih ada, dan itu menjadi innate dirinya. Mius kini juga lebih intens mengajari Aila dan Lia tentang innate yang mereka punya dan menyiapkan diri mereka sebagai Valkyrie yang sempurna.
Tok ...
Tok ...
"Ya, masuk ..."
"Jun ... mereka sudah datang." tutur Kei saat dia sudah ku persilahkan untuk masuk.
"Benarkah ... baiklah, kita bicarakan diruang OSIS." ujarku.
Aku dan Kei segera berjalan keruang OSIS, menemui mereka perwakilan dari Bright Hawk dan Army, membahas tentang murid yang akan membantu menghadapi 'Apostle' dan melatih mereka.
...*+*+*+*+*+*+*+*...
~Satu hari sebelumnya~
"Oh ... kalian sudah datang."
"Ada apa?" tanya Edward.
"Aku ingin kalian mulai bergerak."
"Kapan kami harus berangkat?" ujar Han Li Yan.
"Hari ini!"
Mereka bertiga langsung memasang wajah terkejut.
"Ini Lokasi dari mereka." aku memberikan beberapa lembar dokumen. "Li Yan, apa kamu sanggup mencari seluruhnya?" lanjut ku
"Apa kita harus membagi lagi, sesuai dengan lokasi mereka?" usul Julian.
"Jika itu memang yang terbaik, dan juga kita harus segera mungkin membawa mereka kesini." jawab Han Li Yan.
Dokumen yang aku berikan tadi langsung mereka baca dan mulai membagi lokasi mereka.
Julian menuju benua Asia dengan 3 buku Valkyrie bersamanya. Edward tetap membawa 2 buku namun berbeda dengan 2 buku yang awalnya aku berikan, dia sudah memegang buku yang berada di benua Rusia. Sedangkan Han Li Yan 3 buku yang tersisa, pemiliknya berada di benua Eropa.
Setelah menentukan lokasinya, mereka membaca lagi dokumen yang sudah dicari anak-anak kelas zero. Tempat tinggal mereka, dan mencari siapa yang akan didahului untuk mereka jemput.
"Kalau begitu, kami akan bersiap." ujar Julian dan mereka segera berdiri dan pergi.
"Tunggu ..." aku menghentikan mereka.
Aku mengeluarkan beberapa benda yang terlihat seperti sebuah ponsel. Aku meletakan diatas meja dan menyodorkannya ke arah mereka bertiga.
"Bawa benda ini untuk kalian, dan sisanya berikan ke ketua OSIS dari sekolah kalian, jagan sampai tidak kalian berikan, itu sangat penting." ujar ku.
"Benda apa ini?" Tanya Edward.
"Itu perangkat yang aku bikin, hampir sama seperti God Eye's yang ku miliki."
"Lalu, buat apa kamu juga memberikannya untuk ketua OSIS kami?" Tanya Julian.
"Aku ingin mereka mendata lagi murid di Bright Hawk dan Army yang bisa membantu anak-anak ku nanti." jawabku.
"Apa mungkin kamu akan merubah sistem Pygmachía, dan memilih mereka untuk melawan apostle?" tutur Han Li Yan.
"Iya, itu yang aku inginkan."
"Apa ada kriteria khususnya?" tanya Julian.
Aku menatap lekat kearah Julian sambil memberikan sebuah senyuman, yang mengisyaratkan bahwa hal itu apakah harus ditanyakan lagi?
Melihat aku memberikan sebuah senyuman membuat Julian mengeluarkan ekspresi kesal dan seketika langsung mengusap kepalanya.
"Hah, ide yang salah menanyakan hal itu." balas Julian.
"Hehe ..." aku hanya bisa terkekeh pelan melihat sikap Julian.
"Baiklah, kami akan bilang ke mereka sendiri kriteria yang akan ikut Pygmachía, agar mereka tidak menghambat nanti." jawab Julian.
"Manfaatkan alatnya sebaik mungkin."
Aku menekankan kataku itu saat mereka bertiga melai berjalan meninggalkan ruangan ku.
Mereka paham apa yang aku maksud, jika ada yang bisa di rekrut saat perjalanan menjemput putri-putriku, itulah maksud yang aku tekankan dengan kata 'manfaatkan alatnya'.
...*+*+*+*+*+*+*+*...
~Kembali ke waktu sekarang~
Aku melangkah menyusuri koridor dengan Kei yang mengekoriku dari belakang sejak kami keluar dari ruang Kepala Sekolah.
Tidak lama untuk kami sampai tepat di depan pintu ruangan OSIS.
"Maaf sudah membuat kalian menunggu." ujar ku ke mereka saat masuk keruangan itu.
Perwakilan dari Army dan Bright Hawk langsung memandangi kearah ku, begitu juga dengan Loch, Su dan Arka. Aku dengan santainya berjalan ketempat duduk ku.
"Sebelumnya perkenalkan, saya Junian Arghantia Eksekutor OSIS, atau bisa dibilang wakil kepala sekolah di akademi ini."
Perkataan aku barusan membuat perwakilan itu terbengong tidak mengerti dan keheranan.
"Kehemm ..."
"Ah, maaf." deheman Loch berhasil menyadarkan mereka lagi.
"Perkenalkan, saya Kim Hoshi, Ketua Umum Bright Hawk, atau disini sebagai Ketua OSIS." ujar pria dengan mata tajamnya yang ada di balik kacamata.
"Saya Yuriana Yuna, sekretaris, salam kenal."
"Saya Jacob, Sersan Mayor Adam Jacob, menjabat sebagai Ketua Batalion di Army." ujarnya dengan nada yang tegas.
"Sersan Dua Alexander." ujar singkat pria yang terlihat sangat tenang itu.
Suasana hening seketika itu melanda ruangan OSIS, tidak ada yang memulai percakapan setelah selesai berkenalan.
"Sebenarnya ada hal apa sampai kami harus berkumpul disini?" ujar Hoshi sambil membenarkan kacamatanya.
"Maaf sebelumnya, apa benar sistem Pygmachía akan dirombak?" tanya Alexander.
"Apa kalian membawa data siswanya?" tanyaku ke mereka.
Mereka mengeluarkan beberapa lembar kertas yang berisi data diri siswa mereka yang sudah diambil melalui alat yang telah ku berikan ke Edward dan Julian kemarin.
"Su, data siswa Sky Heaven?"
"Ini ..." Su memberikannya ke aku.
"Hmmp ..."
Aku memandangi berkas itu, ku perhatikan satu persatu dari data diri siswa yang ada di dalam dokumen itu, membalik kertasnya, membaca lagi, membalik halamannya lagi.
"Apakah hanya ini yang kalian dapat?" tanyaku ke Jacob dan Hoshi.
"Ya hanya itu yang sudah kami saring sesuai data yang diberitahu Presiden, hanya 23 orang itu." jawab Hoshi.
"Kami hanya bisa mengumpulkan 18 orang yang benar-benar layak." jawab Alexander.
"Jadi totalnya 95 orang termasuk dari Sky Heaven." balas ku.
"95 orang? Yang kita hanya 29 orang yang sudah ku saring, sisa nya dimana?" tanya Loch bingung.
"Jika di gabung hanya 70 orang." sambung Yuna.
"Kalian." jawabku singkat.
"Hah ..." jawab mereka kompak.
"Kami juga ikut dihitung?" tanya Yuna.
"Ya kalian juga dihitung, OSIS dari ketiga akademi 4 orang berarti 12 orang, bukan hanya itu Han Li Yan, Julian dan Edward juga saya hitung."
"Lalu sisa yang 10 orang lagi?" tanya mereka.
"Sisa 10 orang lagi, yaitu putri-putri ku." jawabku.
Lagi-lagi perkataanku membuat mereka terkejut terutama keempat kaisar tidak terkecuali Su yang benaran dibuat terkejut sampai dia terlihat menganga.
"Jun, kamu ... kamu sudah punya anak?" tanya dia sambil menggoyangkan tubuhku. "Bukan hanya satu tapi langsung sepuluh, umur kamu masih 15 tahun kan."
Penuturan Su semakin membuat keempat perwakilan itu tak mengerti dan semakin bingung.
"Hahaha ... maaf sudah buat kalian bingung. Aku memang masih 15 tahun dan aku saat ini juga masih perawan dan belum menikah."
"Lalu yang kamu bilang tadi." kini Arka yang bertanya.
"Ya mereka memang putri-putri ku, namun itu di beberapa kehidupan ku yang dulu." jawabku, "dan satu hal yang pasti, aku lebih tua dari kalian, itu jika dihitung semua kehidupanku." tutur ku sambil tersenyum.
Lagi-lagi yang aku ucapkan membuat mereka bingung.
"Sudah lupakan itu sejenak." ujarku mengalihkan pemikiran mereka yang kebingungan. "Kalian sudah mendengar paling tidak sedikit dari kepala sekolah kalian tentang siswa yang dipilih." ujarku sambil memandangi mereka dengan serius.
"Akan aku jelaskan sekali lagi, dan akan ku ceritakan maksud dari aku yang merubah sistem Pygmachía yang sudah disepakati.
Pertama tentang akan diapakan semua siswa itu, mereka akan dilatih untuk menghadapi teror besar yang akan datang. Jika kalian tanya teror apa itu? Mereka menyebut diri mereka sebagai Apostle, yang mungkin sudah menyusup ke dalam akademi kita."
"Kenapa mereka ingin membuat sebuah teror?" tanya Yuna penasaran.
"Aku akan menjelaskan semuanya, dimulai dari siapa aku dan beberapa orang yang ada di belakang semua ini."
Mereka mulai memandangi satu sama lain secara pasti sebelum aku mulai untuk memberitahu mereka kebenarannya.
......................