Bertahun-tahun aku berusaha melupakan kenangan kelam itu, namun mimpi buruk itu selalu menghantuiku bahkan setiap malam. Akupun tidak bisa bersentuhan dengan laki-laki. Entah sampai kapan ini akan terjadi. Ku kira selamanya tidak akan ada pria yang masuk dalam hidupku. Hingga dia datang dan perlahan merubah kepercayaanku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Habis Manis Sepah Dibuang
Juna melakukan pekerjaannya dihotel seperti biasa. Dia memeriksa laporan perkembangan hotel dan juga memeriksa beberapa sudut hotel yang menurutnya perlu direnovasi. Saat mendekati jam makan siang, Juna bekerja sambil terus melihat jam tangan miliknya.
"Apa dia masih bekerja di supermarket? Mau gak ya kalau aku ajak makan siang bersama?" pikir Juna sambil mendengarkan Yudi yang sedang bicara.
"Jadi begitu Pak. Menurut saya jika anda ingin merenovasi taman sebaiknya buat jadi nuansa muda." Yudi terdiam menunggu tanggapan dari Juna.
"Pak. Pak."
"Ya? Tadi kamu bilang apa?"
Yudi memanggil Juna berkali-kali hingga dia tersadar dari lamunannya dan meminta Yudi mengulang apa yang dia katakan tadi.
"Menurut saya jika anda ingin merenovasi taman sebaiknya buat suasananya jadi nuansa anak muda. Dengan begitu banyak orang akan datang kemari karena pemandangannya yang indah."
Yudi kembali mengulangi apa yang dia katakan pada Juna sebelumnya.
"Itu bisa jadi salah satu ide untuk menarik banyak pengunjung tapi gak terlalu bagus, ini hotel bukan tempat wisata atau obyek foto yang hanya butuh pengunjung untuk datang saja. Yang kita butuhkan itu adalah cara menarik wisatawan atau turis untuk menginap dihotel kita. Aku berencana untuk membuat sebuah taman buah atau tempat bermain yang memacu adrenalin. Misalnya ... Flying fox atau mungkin ... Arung jeram ... Kita juga bisa buat semacam hotel tenda, jadi tamu bisa memilih mau berkemah atau gunakan kamar yang nyaman. Kita juga bisa membuat festival yang digelar pada malam hari, sehingga orang bisa berbondong-bondong datang untuk melihat secara langsung festival itu"
Yudi menganggukkan kepala berkali-kali sambil menatap Juna dengan tatapan kagum.
"Ternyata pak Juna memiliki banyak ide cemerlang. Kupikir dia bekerja disini hanya karena terpaksa dan akan bekerja seenaknya saja."
Pikir Yudi sambil terus menyimak apa yang dikatakan Juna.
Juna kembali melihat jam tangannya setelah dia bicara dengan Yudi.
"Sebentar lagi jam makan siang. Aku akan makan diluar, jika ada sesuatu yang terjadi langsung saja hubungi aku."
Ujar Juna sambil bersiap pergi.
"Baik, Pak"
Setelah mendapat tanggapan dari Yudi. Juna langsung bergegas pergi meninggalkan hotel. Dia berjalan menyusuri lorong hotel dengan langkah kaki yang membuatnya terlihat gagah dan elegan.
"Sebaiknya aku bergegas. Sebentar lagi dia pasti istirahat untuk makan siang dulu kan? Jadi aku harus sudah tiba disana." gumam Juna memikirkan Nasya sambil melangkah pergi meninggalkan hotel.
Beberapa saat kemudian, Juna tiba di supermarket. Dia mengambil keranjang untuk digunakan sebagai alasan pada Nasya kalau dia sedang berbelanja. Dia menoleh kesana kemari mencari keberadaan Nasya. Hingga akhirnya dia melihat Nasya berada disalah satu lorong. Langkah Juna terhenti ketika dia melihat Nasya sedang bersama seorang pemuda.
Pemuda itu terlihat mengulurkan sebelah tangan sambil membawa beberapa barang ditangannya.
"Namaku Andre." ujar pemuda itu menyebutkan namanya sembari mengulurkan sebelah tangan pada Nasya.
Juna terus memperhatikan mereka. Dia melihat Nasya yang sama sekali tidak memberikan tanggapannya.
"Ternyata banyak sekali kumbang disekitarnya." gumam Juna ketika melihat pemuda itu. Diapun memutuskan menghampiri mereka setelah cukup lama.
"Rupanya kamu disini? Aku sudah mencarimu kemana-mana." ujar Juna sambil berjalan menghampiri Nasya dan Andre.
Nasya langsung menoleh ketika mendengar suara seseorang yang familiar ditelinganya.
"Kamu? Apa yang kamu lakukan disini?" tanya Nasya dengan raut wajahnya yang terkejut dan sikap yang sinis.
"Aku kesini untuk membeli sesuatu sekaligus menemuimu, tapi sepertinya kamu sedang sibuk ya?"
Juna bicara dengan sikap yang tenang sambil menatap Andre yang ada di depan Nasya.
Nasya mengikuti tatapan mata Juna dan menoleh pada Andre, dia jadi mendapatkan ide untuk menjauh dari Andre.
"Oh, gak. Aku gak sibuk sama sekali. Pekerjaanku udah selesai. Bukankah kamu kemari untuk mengajakku makan siang bersama? Andre maaf ya. Aku pergi dulu. Terima kasih karena kamu sudah membantuku membawakan barang. Sekali lagi terima kasih banyak. Sampai jumpa nanti. Ayo Juna, kita pergi!"
Sikap Nasya yang sebelumnya cuek pada Juna, langsung terlihat akrab. Dia bicara pada Andre terlebih dahulu lalu menarik tangan Juna dan bergegas pergi tanpa menunggu tanggapan dari Andre yang masih terpaku dengan perubahan sikap Nasya.
Juna yang ditarik oleh Nasya juga terkejut melihat tangan Nasya langsung menyentuh tangannya.
"Dia memegang tanganku? Tanpa sesak napas atau muntah? Apa dia gak sadar? Lalu kenapa sebelumnya dia selalu sesak napas atau mual saat disentuh pria?"
Pikir Juna yang masih menatap Nasya dengan tatapan bingungnya.
"Terima kasih karena sudah menolongku. Kalau gitu aku pergi dulu."
Nasya melepaskan tangan Juna dan berterima kasih padanya. Dia berniat pergi saat Juna masih terpaku dengan keterkejutannya pada Nasya.
"Hei, kamu mau membuangku begitu saja?" tanya Juna yang mulai tersadar.
Nasya menoleh kembali pada Juna.
"Apa maksudmu? Memangnya kapan aku memungutmu?" jawab Nasya dengan sikapnya yang sinis.
"Tadi kamu memanfaatkanku untuk menghindari pemuda itu, sekarang kamu ingin meninggalkanku setelah aku gak berguna lagi untukmu. Bukankah itu namanya habis manis sepah dibuang?" ujar Juna dengan sikapnya yang dingin.
"Jadi maksudmu aku suka memanfaatkan orang lain, begitu?" tanya Nasya lagi yang gak terima dengan ucapan Juna.
"Memang kenyataannya begitu kan?"
Juna dan Nasya saling menatap tajam satu sama lain.
"Haah … lalu sekarang maumu apa?"
Nasya menarik napas panjang dan mencoba mengalah pada Juna.
"Aku ini pebisnis, jadi setiap hal yang aku lakukan harus menguntungkan. Tadi kamu sudah memanfaatkanku, bukankah kamu harus membayar ganti rugi? Setidaknya harus ada imbalan yang aku dapatkan kan?"
Juna memicingkan mata dengan senyum tipis dibibirnya.
"Jadi begitu. Kamu mau makan siang denganku?" tanya Nasya to the point.
"Ehm … boleh juga. Setidaknya aku gak perlu makan sendirian. " ujar Juna mengiyakan.
"Baiklah. Ayo ke restoran kemarin aja!" Nasya langsung berjalan lebih dulu menuju restoran tempat mereka makan sebelumnya. Diikuti Juna yang berjalan dibelakangnya dengan senyum puas.
Nasya hanya memesan makanan berupa daging dan ikan. Dia sama sekali gak memesan sayuran. Sedangkan Juna memesan sayuran dan juga daging.
"Apa kamu pernah coba makan sayuran sebelumnya?" tanya Juna setelah melihat makanan Nasya.
"Aku pernah mencobanya, tapi rasanya sama sekali gak enak." Nasya menjawab Juna sambil menunjukan ekspresi tidak sukanya.
"Kalau begitu kamu cobalah ini sedikit saja!" Juna menyodorkan sedikit sayuran yang dia pesan pada Nasya agar dia mau mencobanya.
Nasya menatap sayuran itu cukup lama untuk mempertimbangkannya.
"Ini gak akan buat kamu keracunan atau apapun."
Juna memperhatikan kekhawatiran yang ditunjukkan Nasya. Diapun meletakkannya diatas piring Nasya agar dia mencobanya.
Karena sudah ada dipiringnya, mau gak mau Nasya harus memakannya. Dia menyendok sayuran itu dan kembali menatapnya sebelum memasukkannya ke mulut.
"Sudahlah, makan saja. Gak ada racunnya."
"Diam!"
Nasya memakannya dengan terpaksa. Juna hanya tersenyum memperhatikan ekspresi Nasya yang sedang makan dengan raut wajah anehnya.
"Bagaimana rasanya?"
tapi tetep suka karena sifat laki²nya tegas no menye² ...