Menikahi laki laki kaya raya, ceo dan sangat tampan berkharisma bukanlah impian Retana Utami, seorang dokter internship.
Davendra Arkatama anma laki laki itu. Dia merasa dikhianati setelah melihat perempuan yang dua minggu dia nikahi, tidur dengan laki laki lain.
Lima tahun kemudian mereka bertemu. Davendra tidak tau kalo ada anak diantara mereka
semoga suka ya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cemburu
"Aku cemburu, Retania Utami." Bukan melepaskannya, tapi gerakan kelima jari jari Davndra makin menjadi di permukaan perut Retania.
Seakan akan Davendra sedang menghukumnya sekarang.
"Cemburu?" Retania mati matian menahan suaranya agar ngga keluar, hingga bayi bayi yang sedang terlelap itu ngga terjaga.
Tapi gelitikan Davendra ngga mau berhenti.
Dia akhirnya menurunkan paksa tangan Davendra, menggenggamnya agar ngga menggelitikinya lagi.
"Ya..... Kamu paling pintar membuat emosiku ngga stabil." Davendra mengalah, membiarkan Retania melakukannya.
Kini Retania menarik tubuhnya dari pelukan Davendra.
"Aku bekerja, Dave. Kamu cemburu dengan pasienku? Dari tadi aku bersama bayi bayi ini," ucapnya dengan nada sangat meyakinkan.
Davendra mendengus kesal.
"Kenapa tadi telponku ngga diangkat?" ungkitnya lagi.
"Maaf." Hanya itu yang bisa Retana katakan. Dia ingin mengadu tentang alasan dia mengabaikan telpon suaminya, tapi ini bukan saat yang tepat.
Suaminya sedang bersikap ngga mau mendengar semua alasan. Dia hanya ingin didengarkan.
"Kenapa kamu dekat dekat dengan si Lingga? Bukannya aku sudah melarangnya." Tatap Davendra sangat tajam, tepat ke manik Retania.
Benar, kan, dugaannya. Ini rupanya yang membuat suaminya naek darah.
Retania baru sadar ada yang memata mata-i dirinya di rumah sakit ini, dan melaporkannya pada Davendra.
Tapi siapa?
Mami mertuanya?
Atau mantannya?
"Aku ngga sengaja bertemu dia di sini. Dia baru saja ha--."
"Aku ngga mau dengar," potong Davendra dengan nafas memburu. Ketenangannya terusik lagi. Kemarahannya langsung tersulut begitu Retania menjelaskan kronologis dia dan laki laki sia-lan itu bisa bersama.
"Aku hanya ingin menjelaskan."
"Harusnya kamu menjaga jarak," sela Davendra dengan nada suara dan sorot mata yang tetap menyalahkan Retania.
Retania terdiam. Teringat saat sedang berusaha menidurkan bayi tadi, Lingga bersenandung di sebelahnya.
Dia ngga berpikir kalo ada yang memvideokan mereka tadi.
Fokusnya hanya pada bayi itu.
Karena bayinya tadi cukup rewel, dia membiarkan saja Lingga membantunya. Retania sama sekali ngga menyangka tindakannya akan berakibat cukup fatal begini. Ternyata ada yang melaporkan hal itu pada Davendra.
Kurang kerjaan banget.
"Maaf," ucapnya mengalah. Dia yakin saat ini tekanan darah Davendra pasti sudah naek lagi.
Mami mertuanya ngga sadar, kah, efek negatifnya buat Davendra yang mengidap hipertensi dengan tindakan buruknya ?
"Dimaafkan asal ngga mengulangnya lagi."
Tanpa.menunggu persetujuan Retania, Davendra meng e c up bibirnya di ruangan terbuka yang dikelilingi para bayi yang terlelap.
Sementara dua perawat tadi ngga tau berada di mana, sedang mengintip atau sudah ngga berada di sana.
Retania ngga bisa berpikir jernih kalo akan diintip lagi ketika ci u m an Davendra terasa sangat menuntut. Hawanya terasa panas, mungkin karena kemarahannya yang masih tertinggal di sana.
Ngga jauh dari sana, tepatnya di luar ruang perawatan para bayi, mami mertuanya nampak shock.
Ada seorang dokter perempuan muda mendampinginya. Dia juga terlihat shock. Yang mereka saksikan di luar ekspetasi.
Awalnya mereka mengira kalo akan terjadi pertengkaran besar di antara kedua pengantin baru itu. Dan secepatnya akan mengumumumkan berita perpisahan.
Ternyata yang terjadi adalah adegan romantis, yamg harusnya dilakukan jauh jauh dari tempat bayi bayi itu berada.
"Kita harus punya rencana lain. Kamu mau lulus dengan nilai tertinggi, kan?"
Dokter perempuan itu tersenyum dengan wajah penuh ambisi. Tapi dalam hatinya masih dongkol, karena rencananya gagal total.
Davendra dan Retania masih baik baik saja. Malahan tambah hot.
"Ya, bu."
"Kamu harus menuruti perintah saya, Zulfa."
"Siap bu."
Keduanya berjalan dengan arah yang berlawanan.
Reta, aku harus melakukannya Pujian semua dokter haruslah untukku. Bukan untukmu, batinnya mengukuhkan tekad.
Sejak mengikuti program internship di rumah sakit yang sama, kecerdasannya selalu dikalahkan Retania. Hampir semua tenaga medis mempercayainya.
Dia merasa tersingkirkan dan harus jadi peran pembantu saat sedang bersama Retania.
Laki laki potensial juga dengan mudah dia dapatkan.
Anak bungsu pemilik rumah sakit bahkan sudah resmi dia nikahi.
Tapi dia masih saja mendapatkan perhatian Lingga.
Zulfa tambah kesal jadinya.
Retania, kamu ngga boleh terlalu serakah.
*
*
*
Retania terpaksa meminta ijin pada kedua suster yang akhirnya bisa dia temui, dan ternyata keduanya berada ngga jauh dari ruang perawatan bayi.
Keinginan Davendra ngga bisa ditiolak kali ini.
Mereka menghabiskan waktu satu jam, di kamar mewah hotel yang berada di dekat rumah sakit
Davendra akhirnya menuntaskan ga i r ah panasnya yang sudah ngga bisa dia kontrol lagi dengan penuh kelembutan.
Emosinya pun mencair setelah mendapatkan penyaluran yang tepat.
"Aku mencintaimu," ucapnya berkali kali.
Retania hanya bisa me le nguh dan men d es ah saat Davendra terus mene du hinya.
Dia sama sekali ngga merasa terpaksa. Perlakuan Davendra padanya juga dia ni kmati dengan sepenuh hati.
Laki laki ini sepertinya sangat berpengalaman. Retania jadi menduga kalo dia bukanlah yang pertama buat Davendra.
Davendra bahkan membantunya mengenakan pakaiannya saat Retania masih belum merasakan tenaganya pulih kembali.
Davendra mengusap perut Retania lembut. Sepertinya akan menjadi hobinya nanti kalo perut ini lambat laun akan membesar.
"Cepatlah hadir anakku." Kemudian dia mencium lembut perut polos itu. Berulang kali.
Retania dapat merasakan cinta kasih Davendra yang dalam di sana.
Dia mengusap rambut tebal suaminya perlahan.
"Aku mencintaimu, dan juga dia kalo nanti sudah hadir," ucap Davendra sambil mendongakkan kepalanya.
Baru kali ini dia merasakan perasaan yang begitu menggila saat ingin meniliki seseorang.
"Aku juga mencintaimu," ungkap.Retania perlahan dengan rona merah menghiasi wajah lelahnya.
Berpasang pasang sayap kupu kupu mengepak di dalam perut dan dadanya, seolah mendukung perkataannya.
Davendra kembali mengunci bibir yang sudah membuatnya sangat candu.
"Nanti malam lagi, ya. Aku harus ke rumah sakit," tawar Retania ketika hi s a pan bibir Davendra semakin dalam.
Dia takut dokter Astrid akan menegurnya lebih keras lagi.
"Kamu yang minta." Wajah Davendra terlihat jahil, tapi hatinya sangat senang luar biasa.
"Iya," sahut Retania salah tingkah.
Seakan ngga mau kehilangan momen berharganya, Davendra menangkup pipi Retania dan mengecupnya lembut.
"Aku mencintaimu."
Retania ngga tau apa dia bisa menghentikan ga ir ah suaminya yang begitu panas. Bahkan saat berci nta tadi, dia dapat merasakan hawa panas itu di kulitnya.
Mungkin dia juga sudah larut gara gara penyatuan tadi, hingga membiarkan Davendra mendaratkan lagi ci u m an di bibirnya.
Bahkan pakaiannya yang sudah dikenakan oleh Davendra, kemudian di lepas lagi oleh suaminya itu.
Bukan hanya bibirnya kini, bahkan Davendra mengulang kembali mengeksplor seluruh tubuhnya seperti tadi.
Bahkan sengaja dia membukanya hingga Devandra bisa mengeksplornya lagi.
gk usah mau rujuk Ma2 Deva jahat
Om Ocong Vs Mbak Kunti mampir
ketemu sama lingga kayak mau berantem aja, giliran mama lingga deketin retania... sok-sokan berlutut dan meminta maaf. aneh kamu tu devan...👊👊👊👊
ya iya lah... karena kamu sendiri yang memberi kesempatan. karena kamu sendiri yang mengikis jarak itu.
tunggu aja mantan mertuamu menghina mu lagi dan juga menghina anakmu..
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
devrn harus berjuang jangan kasi gampang ...