Dalam pengejaran, Elenio terjebak disebuah perkampungan dan bertemu dengan Zanna. Keduanya berakhir tinggal bersama. Elenio yang terlihat cool, ternyata sangat menyebalkan bagi Zanna, membuat cewe itu terus saja naik pitam dibuatnya. Namun ternyata kisah mereka tak sesimple itu. Orang-orang yang berhubungan dengan tempat Elenio berasal mulai berdatangan, mengacaukan ketenangan Elenio membuat cowo itu kembali ke kota asalnya bersama Zanna dan kisah yang sebenarnya pun dimulai.
Kisah Elenio Ivander Haidar dan Zanna Arabelle Jovita. Yang penuh teka-teki dengan dibumbui kisah-kisah manis ala percintaan remaja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febriana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 19
"Sekarang gantian lo! Dari tadi ngomenin nama kita terus. Sekeren apa coba nama lo?" tanya Rival menantang
Elenio menaikan sebelah alisnya. "Serius nih pengen tau?" godanya, membuat ke empat seniornya itu tampak sebal.
"Ngeledek ya lo!" sungut Mars
Elenio terkekeh. "Peace!" ucapnya menunjukan 2 jari, "Elenio, keren gak senior?"
tanyanya menaik-turunkan alisnya.
ke empatnya sontak mengangguk.
"Ya boleh lah, gak malu-maluin amat!" ucap Gara
"Yang penting manggilnya jangan Nio, jadi unyu entar dia! Hahaha" gelak Mars
"Pffft"
Merasa suara menahan tawa itu agak berbeda, sontak ke lima cowo yang sedang asik berkenalan itu menoleh ke sumber suara.
Zanna yang merasa ditatap sontak merutuki dirinya sendiri karena kelepasan hampir tertawa tadi. Dia merasa lucu, karena di rumah pun sering mendengar Ibunya memanggil Elenio dengan Nio, yang padahal Elenio gak ada kesan unyu-unyunya sama sekali.
"Ekhem!" dehem Zanna dan pura-pura memainkan kembali ponselnya.
"Eh iya yang ini belum kenalan ya, cantik," jelas sekali itu Dion yang mulai mendekati Zanna
"Eh, duduk dulu kali senior. Dari tadi berdiri, gak capek apa?" ucap Elenio, dengan maksud lain mencegah Dion mendekati Zanna.
Keempat senior itu sontak sadar sedari tadi mereka berdiri di depan pintu masuk. Enak saja, padahal Elenio duduk. Keempatnya segera saja duduk memanjang di sebelah Elenio.
Ngomong-ngomong kursi di dalam warung itu hanya memanjang di satu sisi tembok, begitu pun dengan mejanya yang sudah menempel dengan tembok. Ya, memang seterbatas itu.
"Bisa-bisanya gue baru nyadar! Sengaja ya lo bikin kita berdiri dari tadi?" tuduh Gara tentunya dengan nada bercanda
Elenio segera menggeleng sembari terkekeh. "Mana berani lah gue, senior," balasnya.
"Bentar, kita mau pesan dulu. Lo mau nambah gak? Sekalian sama cewe lo," tawar Mars
Elenio menggeleng. "Gue ngabisin ini aja deh, tinggal dikit. Kalau Zanna keknya gak mau nambah," ucap Elenio menolak sembari melirik sekilas mangkok Zanna yang sudah tinggal kuahnya itu.
"Oke deh kalau gitu!" balas Mars, lalu ikut memesan seperti ketiga temannya.
"Batagor sama es teh ya, Bi!"
"Saya kupat tahu sama fanta, Bi!"
"Mie goreng Aceh sama Pop ice cokelat, Bi!"
"Nasi uduk aja deh Bi sama Nutrisari jeruk peras!"
Elenio mengernyit mendengar nama-nama makanan dan minuman yang asing itu. Lain halnya dengan Zanna yang diam-diam juga mendengarkan, merasa aneh dengan perpaduan makanan dan minuman pesanan mereka yang agak tidak nyambung. Tapi ya sudahlah, senikmat-nikmatnya mereka aja.
"Makanan sama minuman apa tadi?" tanya Elenio mengutarakan kebingungannya.
Keempat senior itu menoleh. Sedikit heran juga akan pertanyaan Elenio.
"Lo pindahan mana dah?" tanya Gara
"Dari Ibukota gue," jawab Elenio
"Gak heran sih, auranya juga kelihatan beda," ucap Dion
Elenio menaikan sebelah alis, penasaran. "Gimana emang aura gue?" tanyanya
Dion berdecak. "Ck! Dikira gue paranormal apa ditanyai aura?"
"Lah, gak jelas lo senior," balas Elenio
"Cewe lo, Zanna 'kan namanya?" tanya Rival yang duduk tepat di samping Elenio, sembari menatap Zanna.
Elenio menaikkan sebelah alisnya, sembari menatap seniornya itu. "Iya, kenapa emang? Jangan digodain ya senior, punya gue ini!" ucap Elenio lalu merangkul sekilas bahu Zanna. Biar gak ngamuk. Dia yakin, dalam hati Zanna sedang mengumpatinya sekarang.
"Elahhh posesif lo!"