NovelToon NovelToon
Terjerat Cinta CEO

Terjerat Cinta CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Duda / CEO
Popularitas:22.7k
Nilai: 5
Nama Author: ainaa

"Al..." Elen mengguncang bahu Al pelan saat bocah itu sedang bermain ponsel, "Pikirin cara buat nolak dong, Al. Mama gak mau nikah!" Adu Elen agak bersungut-sungut.

Al menggelengkan kepala, "Jangan gangguin Al, ma. Nanti afk." Sahut bocah itu tidak ingin diganggu.

"Ih kesel banget." Elen mendengus menatap kesal putranya lalu menoyornya pelan.

"Kan, Al udah bilang mama lihat nanti aja. Kalau pertemuannya lancar jadi nikah kalau enggak ya udah batal."

Ini baru awal dari kisah mama Elen yang dikejar secara brutal dan ugal-ugalan oleh Daddy Aksa, seorang CEO perusahaan. Dan juga masih ada dua remaja nakal bin ajaib bernama Calvin Chris Marin dan Arkana Ephraim Axelle yang akan merecoki hidup Elen dan Aksa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19

Bab 19

"Dari mana kamu?" Suara bariton mengagetkan Elen sampai ia terjingkat.

"Ka-kamu, bagaimana bisa masuk?" Tanya Elen gugup melihat Aksa berjalan dari arah balkon setelah pria itu menginjak puntung rokok yang baru saja dimatikan. Pria itu melangkah tegap menghampiri Elen dengan kedua tangan berada di saku celana. Tampak sangat gagah sekali.

"Saya tanya dari mana kamu?" Ulang Aksa semakin berjalan mendekat. Membuat Elen refleks mundur.

"Kenapa kamu bisa di sini?" Bukan menjawab pertanyaan Aksa, Elen malah menanyakan hal lain. Bagaimana pria itu bisa masuk ke dalam kamarnya? Dan, bagaimana pria itu tahu Elen di Jogja?

"Mengalihkan pembicaraan, hm?" Aksa sudah berada di depan Elen bersamaan dengan Elen yang terpojok mentok ke dinding karena sedari tadi dia selalu mundur saat Aksa berjalan ke arahnya.

"Bukan urusan kamu." Ucap Elen memberanikan diri menatap pria di depannya, "Mau saya dari mana tidak ada urusannya sama kamu. Kamu nggak punya hak untuk bertanya apalagi marah, justru saya yang harusnya nanya, kenapa kamu bisa masuk ke kamar ini?" Tanya Elen dengan tenang. Rasa gugup yang semula mengusiknya perlahan hilang. Dia harus berani dengan pria ini? Nggak boleh sampai pria ini berlaku seenaknya lagi. Mereka tidak punya hubungan apa-apa.

"Siapa dia?" Tanya Aksa dengan suara dingin. Aura wajahnya menggelap, kedua rahangnya mengetat sempurna, ditatapnya Elen dengan tatapan mengintimidasi.

Baru beberapa detik yang lalu Elen tidak takut pada pria di hadapannya ini, kini sudah menciut lagi nyalinya ditatap dingin menusuk begitu. Tapi, tunggu dulu? Siapa dia? Bagas kah yang sedang Aksa pertanyakan saat ini? Jika iya, darimana dia mengetahuinya?

"JAWAB!" Bentak Aksa.

"Bu-bukan siapa-siapa." Jawab Elen terbata. Hati kecilnya meyakini jika Aksa memang tengah menanyakan keberadaan Bagas tadi.

"Oh ya?" Aksa menarik pinggang Elen sehingga perempuan itu mendekat pada tubuhnya dan hampir menempel, "Kamu milik saya, Elen. Tidak ada yang bisa miliki kamu selain saya. Termasuk lelaki yang bersama kamu tadi." Ucap Aksa dingin penuh penegasan dengan salah satu tangannya mengelus pipi Elen, membuat sang empu menengadahkan kepala menatap pada Aksa.

"Saya akan maafkan kamu untuk malam ini." Lanjut Aksa berkata lalu menundukkan kepala mendekat hendak mencium bibir Elen tapi Elen langsung melengos.

Aksa meraih dagu Elen membalikkan wajah Elen agar kembali menengadah kepadanya, "Kamu menolak saya, hm?" Dia tidak suka akan penolakan. Ya, selama ini siapa yang berani menunjukkan penolakannya secara terang-terangan kepada Aksa.

Biasanya juga pria itu sebagai pihak penolak.

"Tolong keluar dari kamar saya!" Tegas Elen sambil mendorong dada Aksa dengan kedua tangannya tapi sia-sia saja, rengkuhan di pinggang Elen justru terasa semakin erat. Seolah Aksa tidak membiarkan Elen lepas barang sedetikpun.

"Jangan menguji kesabaran saya, Elen." Tekan Aksa tidak suka dengan sikap berontak perempuan yang dia inginkan itu. "Mau kita mengulang sore panas kita di sini?" Ancam Aksa dengan seringaian.

Terbukti ancaman Aksa berhasil, tubuh Elen bergetar. Dia ketakutan. Titik lemahnya Elen di depan Aksa adalah jika pria itu membahas sore panas mereka.

"Jangan." Lirih Elen dengan bibir bergetar. Sore panasnya dengan Aksa begitu membekas sebagai kenangan buruk, ia tentu tidak mau hal itu sampai terulang.

"Kenapa? Takut hmm? Saya bahkan belum memulainya, kenapa kamu sudah ketakutan, hm?" Seringaian tipis tersemat di wajah Aksa. Licik sekali dia tahu kelemahan Elen. Merasa puas bisa mengintimidasi perempuan yang sering sekali menolaknya.

"Jangan lakukan lagi." Mohon Elen dengan mata berkaca-kaca lalu menggeleng pelan.

Sialnya itu membuat Aksa semakin napsu pada perempuan di depannya itu. Bibir ranum Elen yang terlihat bergetar saat mengucapkannya sangat menggoda sekali. Seolah meronta agar dia mengecupnya.

Cup.

Bukan menjawab ucapan Elen, Aksa mengecup sekilas bibir Elen dan lagi-lagi tubuh Elen bergetar. Dia sungguh ketakutan malam panas sore itu akan terulang, sejalan dengan air mata yang mulai berjatuhan di wajahnya.

"Jangan berani bertemu dengan pria lain di belakang saya." Ucap Aksa dingin sembari mengusap lembut pipi Elen.

"Kamu dengar Elen?" Elen terpaksa mengangguk karena takut Aksa benar-benar mengajak ia mengulangi sore kelam itu jika membantah.

"Good." Setelahnya Aksa menyambar bibir Elen, melumatnya dengan menuntut cukup lama sampai Elen memukul dada bidang Aksa baru pria itu melepaskan ciuman mereka.

"Mandi!" Titah Aksa kemudian. Sambil melepaskan pinggang Elen dari rengkuhan tanganya, lalu berjalan memutar tubuh menuju sofa.

Sedang Elen masih bergeming? Menyesali dirinya yang selalu diam saja setiap kali pria itu menciumnya? Kenapa? Kenapa dia diam saja? Apakah dirinya menikmatinya?

"Kamu mau saya,-" Ucapan Aksa terpotong karena Elen segera berlari ke arah kamar mandi usai melempar tasnya ke ranjang dah hal itu sukses membuat Aksa tersenyum kecil.

1 Jam yang lalu Ervan dan Brian menceritakan pada Aksa tentang mereka yang melihat Elen keluar dari hotel bersama seorang pria. Bara juga mengatakan jika Elen dan pria itu terlihat sangat akrab.

Aksa yang mendengarnya jelas mendidih tapi dia bisa apa? Dia tidak tahu Elen kemana. Yang bisa dilakukan adalah mengecek apakah ada tamu atas nama Elen yang menginap di hotelnya malam itu, ya kebetulan hotel tempat Elen menginap adalah milik Aksa. Maka dari itu dia bisa dengan mudah mengetahui kamar yang Elen tempati bahkan mendapatkan akses masuk ke kamar itu.

"Cukup tampan." Gumam Aksa mengingat ucapan dua sahabatnya. Lalu berdecak.

"Lo ingat cowok yang akrab sama Elen di ultah adek gue? Nah Itu dia orangnya." Ucap Ervan tadi.

"Saingan lo, Sa. Cukup tampan, lo bisa kalah ha ha ha." Ejek Brian. Kapan lagi 'kan bisa mengejek sahabatnya yang nyaris sempurna dalam segala hal itu? Baik paras maupuan dompet.

"Pantesan nggak mau lo nikahin, Sa. Orang yang ngejar juga 11 12 sama lo cakepnya. Ditambah dia kaya juga." Imbuh Ervan.

Aksa yang mengingat ucapan sahabatnya masih merasa kesal. Dia pun memeriksa cctv hotel untuk memastikan langsung apa pria itu memang cukup tampan dan sebanding dengan dirinya? Namun, apa yang dia lihat justru semakin membuat darahnya mendidih. Bagaimana Bagas mengusap lembut rambut kepala Elen saat pria itu mengantarkannya dan Elen terlihat tidak menolaknya. Dia marah! Tidak terima ada yang menyentuh wanitanya. Wanita nya? Ya, sejak pertama kali Aksa menyentuh Elen, dia sudah melabeli Elen sebagai miliknya.

Pintu kamar mandi terbuka, Aksa menoleh

bersamaan dengan Elen keluar sudah mengenakan piyama tidurnya. Tadi, Elen sempat keluar dari kamar mandi mengambil piyamanya karena tidak mungkin dia berganti pakaian di depan Aksa.

"Kenapa belum pergi?" Elen bertanya karena melihat Aksa nampak santai dengan duduknya.

"Saya tidur di sini." Jawab Aksa datar.

"Nggak bisa." Tolak Elen.

"Kenapa nggak bisa? Meniduri kamu saja saya bisa, apalagi hanya tidur bersama di satu ranjang tanpa ngapa-ngapain." Ujar Aksa santai.

Elen membuang napas kasar sembari menahan diri untuk tidak mengumpat pada pria tidak tahu malu itu. Sungguh bagaimana bisa dia terlibat dengan pria itu?

"Ya sudah, saya pesan kamar lain saja." Putus Elen mengalah. Dia hendak melangkah keluar namun suara Aksa menghentikan langkahnya.

"Tidur bersama tidak melakukan apa-apa, atau saya tiduri kamu malam ini?" Ancam Aksa.

Lagi? Lagi-lagi Aksa mengancam seperti itu. Elen muak mendengarnya sehingga berpikir itu hanya gertakan saja.

"Terserah kamu." Balas Elen melanjutkan langkahnya.

Grep!

Belum juga menjangkau pintu, Elen sudah tertangkap. Aksa menarik tangannya memaksa Elen, menyeretnya dan mendorong kasar tubuh Elen ke atas tempat tidur.

"Kamu pikir saya bercanda?" Sentak Aksa mengungkung tubuh Elen yang berada di bawahnya. Mengunci kedua tangan Elen dengan tangannya dan diletakkan diatas kepala Elen.

Sudah berapa kali dia berada di situasi seperti ini? Elen sungguh muak dengan Aksa yang selalu saja berlaku seenaknya.

"Sebenarnya mau kamu, apa? Kenapa selalu saja mengancam akan meniduri aku?" tanya Elen menatap manik mata Aksa dengan matanya yang sudah berkaca-kaca. Mendadak cengeng dia saat bersama Aksa.

"Saya akan menikahi kamu, sebelum saya melakukannya jangan menguji kesabaran saya, Elen." Ucap Aksa penuh penekanan. Lalu melepaskan kedua tangan Elen namun tak beranjak dari atas tubuh Elen. Memperhatikan perempuan di bawahnya ini dengan intens.

"Nggak usah sampai menikah! Kamu cuma mau tubuh saya 'kan? Lakukan saja. Ayo lakukan! Aku akan melakukannya secara sadar, sekarang ayo lakukan apa yang selalu kamu katakan untuk mengancam saya. Ayo!" Ucap Elen menantang sambil jari-jemarinya bergerak membuka satu per satu kancing piyamanya, "Sekarang saya nggak akan berontak, ayo lakukan saja. Tapi, setelah itu setelah kamu mendapatkannya lagi, tolong lepaskan saya." Tanpa sadar semua kancing piyama Elen sudah terlepas menampakkan tubuh bagian atas Elen dengan dua aset yang hanya tertutup bra hitam.

Aksa yang melihat kelakuan Elen hanya diam memperhatikan ulah Elen dengan tatapan tidak bisa diartikan.

"Kenapa diam saja? Saya udah kasih izin, kenapa diam?" Jujur saja dalam hatinya Elen ketakutan setengah mati.

"Apa lagi yang kamu tunggu?" Tanya Elen sambil menyentuh tali bra nya berniat melepasnya dari bahunya. Suaranya saja sekarang bergetar, bisa-bisanya dia sok menantang Aksa?

"Sudah?" Suara Aksa terdengar dingin. Lebih dingin dari suhu ruangan. Tatapannya dalam dan menusuk, sekali lagi nyali Elen dibuat menciut.

"Jangan menantang, jika tidak sungguh berani melakukannya, Elen." Tutur Aksa lembut sembari membungkuk mengecup sekilas bibir Elen.

"Pakai kembali bajumu dan tidur. Saya masih ada urusan." Titah Aksa beranjak dari atas tubuh Elen dan berjalan keluar kamar.

Setelah Aksa benar-benar keluar dari kamar tersebut, Elen memakai kembali piyamanya dan menangis keras. Menangis menyesali apa yang baru saja ia lakukan. Mengapa dia begitu berani membuka baju bagian atasnya? meskipun tidak sepenuhnya telanjang tapi Elen merasa apa yang baru saja ia lakukan sungguh membuatnya rendah di mata pria itu.

"Kenapa jadi gini, sih?" Keluh Elen terus mengeluh. Dia sepertinya tidak akan mudah lepas dari seorang Aksa Damian Axelle. Elen menangis sampai ia pun ketiduran.

Sementara di depan pintu.

Shit!

Aksa memejamkan maja sejenak sembari menetralkan degup jantungnya-yang sialnya berpacu cepat karena ulah Elen tadi. Bagaimana tubuh bagian atas Elen terekspos hampir polos sangat menggodanya untuk disentuh. Tapi, dia menahan diri. Dia tidak mau kelepasan dan membuat Elen semakin sulit dikendalikan.

"Tahan dirimu, Aksa. Kau hanya perlu menikahinya dan dia akan menjadi milikmu seutuhnya." Gumam Aksa sembari membuang napas kasar.

Setelahnya Aksa memilih pergi ke kamar Brian, mengorbol dengan sahabatnya mungkin lebih baik dari pada kembali ke kamar dan tidak bisa mengendalikan diri jika melihat Elen.

Sekitar pukul 01.00 dini hari, Aksa kembali ke kamar yang ditempati Elen. Dilihatnya Elen tertidur pulas dengan mata sembab. Sudah bisa dipastikan Elen menangis saat Aksa pergi. Ia lantas merangkak naik ke atas tempat tidur dan berbaring di sebelah Elen. Memposisikan tubuhnya miring dan menarik Elen dalam dekapannya. Tidak ada penolakan sama sekali dari Elen, sepertinya perempuan itu benar-benar kelelahan dan sudah terbang ke alam mimpi yang dalam sampai tidak terusik akan apa yang Aksa lakukan.

"Mimpi indah baby." Ucap Aksa Berbisik lalu memberikan kecupan di puncak kepala Elen dan dia langsung memejamkan mata menyusul Elen ke alam mimpi.

1
Dizzah Afkar
mesem mesem q nyaaa😅😁😁
etina_
semangat terus karyanya sukses selalu
etina_
otor mending si Aksa manggil aku kamu atau ga pake nama kesayangan aja dari pada saya gitu kaya kaku
ainaa: proses ya temen²🥰
total 1 replies
Dizzah Afkar
alllllll
arkaaaaaaa
😁😅👍
Dizzah Afkar
linaaaa,jangan jadoli kompor loooo,,nanti ujung ujungnyaaaa ada si bagassss,,awas Lo Lina 😤
Dizzah Afkar
ayo bang Aksa gas polll,,,guwe suka gaya loooo👍👌👌👌👌
Dizzah Afkar
heleh si Zaki pake bawa mama segala,,,,si Bagas juga apaan siiiiiii kayak ulat bulu looooo.....pusinggggggg pembinornya beterbangan cuiiiiii🤣😤
Dizzah Afkar
helehhhh si zakiii pake bawa mamanya,,ini juga si bagassss kayak ulat bulu Lo,,,,pusing pusinggggg pembinor hus hus😁😤
Dizzah Afkar
lanjut thoorr,,,
suka suka👍
Melati Putri
lanjut thor, berasa kurang bacanya.
suka kali lah pokoknya
Dizzah Afkar
wahhh,,apa pembinornya akan tambah lagi ya,,,,
bang aksaaaa nikahnya yang grecepppppppppp,,,haduhhh kok gemes q sama si bagassssss🤪
Dizzah Afkar
haduuuu mblibetttt,,linaaaa Lo cari masalahhhhhh,,,elennnn kamu mbok Yo yang tegas sama Bagas,oj ngomong ya ya aja kalo diajakkkk,,,,hadeeeeeeee🤣
Lannnn🙈
Lina ko tega ya
Dizzah Afkar
ayo Thor up lagi
elen kamu yang tegas dong ke Bagas,,haduuuuuu buat masalah aja kamu Len lennn
Melati Putri
lanjut thor
Dizzah Afkar
Luar biasa
Dizzah Afkar
bagus,,,suka suka critanya
GK bikin bosen👍
anggita
like👍+☝hadiah iklan. terus berkarya tulis, moga novelnya sukses.
Killspree
Tidak bisa berhenti
Hillary Silva
Alur yang menarik
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!