NovelToon NovelToon
Pesugihan Siluman Pocong

Pesugihan Siluman Pocong

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: Deri saepul

Warga kampung Cisuren digemparkan oleh kemunculan setan pocong, yang mulai berkeliaran mengganggu ketenangan Warga, bahkan yang menjadi semakin meresahkan, banyak laporan warga menyebutkan kalau Dengan hadirnya setan pocong banyak orang yang kehilangan uang. Sampai akhirnya warga pun berinisiatif untuk menyelidikinya, sampai akhirnya mereka pun menemukan hal yang sangat mengejutkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deri saepul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sangat Mengkhawatirkan

Pov Jaya

Dengan perjuangan yang begitu melelahkan, akhirnya kami tiba di kampung cisuren disambut dengan suara riuh rendah pertanyaan-pertanyaan dari orang-orang yang merasa heran ketika melihat kedatangan kami dengan menggotong tubuh seseorang. Ati yang melihat kenyataan yang begitu memilukan dia pun berteriak histeris sambil turun dari rumah menyambut kedatangan kami. namun belum saja melihat keadaan suaminya dia sudah pingsan tidak kuat menahan beban penderitaan yang begitu menyiksa. Mungkin dia menganggap kalau sukarmin sudah meninggal karena kedatangan sukarmin berada di dalam tandu yang terbuat dari sarung.

Keadaan semakin terasa Genting, orang-orang disibukan menolong Ati yang tak sadarkan diri, digotong dibawa ke dalam rumah, saling terus dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan. ada pula orang yang bersedih melihat kenyataan yang begitu memilukan.

"Bawa langsung ke dalam!" perintahku kepada orang yang sedang menggotong tubuh Sukarmin.

Orang-orang yang diperintah tidak berbicara mereka pun naik ke rumah panggung, setelah berada di ruang tengah tubuh Sukarmin pun di baringkan. sedangkan yang lain masih menunggu di luar karena kakinya sangat kotor oleh lumpur dan bajunya masih basah terkena air hujan.

"Untuk sementara waktu tolong dibantu saya mau mencuci kaki terlebih dahulu sambil mengganti baju tidak kuat menahan rasa dingin." ujar pak RT yang kembali lagi keluar dari rumah untuk pulang ke rumah masing-masing meninggalkan orang-orang yang berada di rumah, yang sebagian besarnya diisi oleh para wanita yang sibuk untuk menolong keluarga sukarmin, ditambah para sepuh yang terlihat masih tenang. apalagi ada aki Nanang yang sejak dari tadi sudah lama menunggu.

Aku yang tidak pulang dengan segera mengganti pakaian yang sudah disiapkan oleh Saidah. Sepertinya dia sudah sangat paham akan kedatangan suaminya yang basah kuyup, sehingga aku masih bisa membantu aki Nanang untuk mengurus sukarmin.

"Tolong ambilkan sarung!" Pinta aki Nanang mulai memberi perintah.

"Nggak tahu di mana menyimpannya Aki, kalau membuka lemari takut ada sesuatu yang hilang." jawab Saidah yang terlihat kebingungan karena tuan rumah semuanya terbaring, sedangkan Dudung sampai pagi buta belum menampakkan batang hidungnya.

"Tidak usah takut-takut karena ada banyak saksi, di sini cepat Tolong carikan sarung dan handuk buka saja lemarinya karena kita tidak ada niat jahat."

Saidah pun bangkit dari tempat duduknya, kemudian mendekat ke arah lemari untuk mencari pakaian sukarmin. kemudian diserahkan kepada aki Nanang aku dan para sepuh yang lainnya membantu aki Nanang untuk membuka Pakaian kotor dan basah untuk digantikan dengan pakaian yang kering dan bersih.

Aki Nanang terlihat sangat Gesit mengatur orang-orang yang berada di rumah, menyuruh memasak air panas, minta parutan jahe dan memerintah yang lain-lainnya untuk menolong orang yang sedang pingsan.

Tak lama diantaranya rombongan orang-orang yang tadi ikut mencari sukarmin sudah datang kembali dengan pakaian yang bersih dan kering bahkan. Pak RT terlihat mengenakan jaket mungkin keadaan suasana pagi yang begitu dingin.

"Bagaimana aki, apa kita perlu membawanya ke Puskesmas?" tanya pak RT yang terlihat tidak sabar.

"Kalau dibawa ke Puskesmas sekarang masih pagi, ditambah Puskesmas adanya Berada di kecamatan. mendingan sekarang sabar dulu aki belum sempat mengurusnya, hanya baru mengganti pakaiannya." jawab aki Nanang sambil duduk.

Orang-orang terus memadati rumah sukarmin. Ada yang duduk di teras. Ada pula yang berdiri di halaman Ati terlihat dikerumuni oleh para perempuan untuk diberikan pertolongan dan akhirnya terlihat menggerakkan tangan, diikuti dengan suara tangis ditenangkan oleh semua orang, sehingga terdengar begitu riuh tidak jelas nasehat apa yang diberikan.

"Biarkan saja orang yang menangis jangan diganggu, karena tidak akan apa-apa. yang penting sekarang menolong orang yang kedinginan. Oh ya mana parutan jahe?" ujar aki Nanang sambil memindai ke arah dapur.

"Maaf aki, jahenya agak telat karena harus minta dulu ke tetangga." ujar Saidah sambil memberikan piring kecil yang diisi oleh parutan jahe.

Aki Nanang mendekatkan parutan jahe itu ke bibirnya yang terlihat berkumat kamit seperti sedang membaca mantra, kemudian mengambil beberapa bagian untuk dilulurkan ke arah bagian udel, sebagian lain dilulurkan ke ibu jari kaki kanan dan kiri.

Aku dan Pak RT terus memperhatikan Apa yang sedang dilakukan oleh Aki Nanang, yang terlihat sangat telaten dalam menolong sukarmin.

"Jang Dudung ke mana?" tanya aki Nanang di sela-sela pengobatan.

"Tadi setelah menunaikan salat Asar Mereka pergi mengantar Amin." jawab bapaknya Amin menjelaskan.

"Kasihan tidak tahu kalau orang tuanya sedang celaka. tapi nggak apa-apa karena masih ada kita  tolong orang-orang yang sedang ngobrol Berhenti sejenak, bantu aki untuk berdoa kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, supaya Jang sukarmin diberikan keselamatan oleh-Nya."

Orang-orang yang sedang mengobrol mereka pun terdiam, hanya Ati yang terus menangis sambil memasukkan kepalanya ke atas bantal, terlihat sangat mengkhawatirkan. Aki Nanang merapatkan duduknya kemudian mulutnya terlihat berkumat kamit membaca doa, supaya bisa diselamatkan dari bahaya yang mengancamnya.

Beberapa saat berlalu, tangan aki Nanang terlihat mengusap wajah Sukarmin, menyusuri bagian punduk, bagian bahu, dipijit dengan perlahan. selanjutnya Ki Nanang pindah tempat duduk ke arah bagian bawah kaki Sukarmin, kembali diurut secara perlahan menyusuri otot-otot yang kaku sambil terus didoakan.

Sukarmin tidak memberikan respon sedikit, wajahnya terlihat pucat pasi seperti mayat yang kedinginan, rambutnya basah membuatku mengingat kembali kejadian tadi siang di mana Di aku meninggalkannya ketika ada macan tutul. beruntung biar selamat karena kalau terjadi sesuatu menimpanya pasti dialah yang akan dimintai pertanggung jawaban.

Lama diberikan pertolongan, akhirnya Sukarmin mulai memberikan respon diawali dengan mata yang terbuka, kemudian mata itu bergerak-gerak memindai keadaan sekitar lalu menarik nafas dalam menggerakkan tangan seperti orang yang baru bangun dari tidur lelapnya.

Alhamdulillah!

Ujar semua orang yang berkumpul mengucap syukur atas pertolongan yang diberikan oleh sang Maha Pencipta, merasa bahagia ketika melihat sukarmin sudah sadarkan diri.

"Bibi, Bibi nggak usah takut. Mang sukarmin sudah sadarkan diri, Jangan Menangis Lagi!" ujar Saidah yang  tidak mau jauh dari Ati, yang sejak dari tadi belum berhenti menangis.

Mendengar penjelasan istriku, Ati pun bangkit dari tempat bersujudnya, kemudian melirik ke arah orang yang berbicara. kemudian tetapan itu beralih ke arah Sukarmin yang sama-sama sudah memadai keadaan sekitar seperti merasa heran mungkin roh halusnya belum kumpul semua.

"Kang sukarmin!" teriaknya sambil bangkit hendak memeluk suaminya namun dengan segera aki Nanang pun mencegah.

"Sabar, sabar dulu.....! Jangan tergesa-gesa, jang sukarmin tidak akan apa-apa, mendingan sekarang diam dan berdoa agar Jang Sukarmin bisa cepat kembali pulih." Ujarnya sambil memegang tangan Ati.

Istri Sukarmin pun menurut dia duduk kembali dengan tenang, matanya menatap ke arah sang suami yang masih planga plongo, roh halusnya mungkin masih Tertinggal di alam impian.

"Tenang bi, tenang....! Mang sukarmin pasti baik-baik saja, biarkan dia beristirahat mungkin masih merasa lelah." sahut Pak RT menenangkan warganya.

"Bagaimana keadaan suami saya Pak RT?"

"Kayaknya tidak apa-apa, mungkin roh halusnya saja yang belum berkumpul."

Mendengar keterangan dari ketua kampung, Ati terlihat tenang matanya tetap menatap ke arah Sukarmin, sedangkan aki Nanang terlihat menggeserkan tempat duduknya mendekat ke arah kepala sukarmin yang mulai sadar

"Jang sukarmin! Apakah Ujang sudah sadar?"

"Sekarang saya berada di mana, kenapa banyak orang seperti ini?" jawab sukarmin sambil terus memindai keadaan sekitar.

1
Sri Ningsih
ceritanya jdi ngalor ngidul😒
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!