Samantha diusir oleh ayah nya karena menolak pria yang dijodohkan oleh ayah nya,dia pergi kesebuhan kota dan tinggal disana untuk menunjukan pada ayah nya jika dia bisa bertahan hidup tanpa bantuan ayahnya.pada suatu malam Samantha menemukan seorang bayi laki-laki didepan rumah nya.
Karena iba Samantha memungut bayi itu dan berjuang membesarkan nya.tiga tahun kemudian Samantha kembali memungut seseorang didepan rumah nya.
Kali ini bukan bayi laki-laki,tapi seorang pria tampan yang hilang ingatan.siapa kah laki-laki itu?
Dan bagaimana perjuangan Samantha mempertahan kan bayi itu saat kedua orang tua sang anak kembali untuk meminta anak nya kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni Juli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keributan dipagi hari
"Rasakan ini!" Teriak Samantha.
Kakinya sudah melayang hendak menendang wajah Jhon tapi pria itu langsung menahan kakinya dengan tangannya.
"Hei..hei..apa yang kau lakukan?" Tanya Jhon dengan kebingungan.
Pria itu segera melepaskan kaki Samantha yang dipegangnya dan segera mundur kebelakang.
Tanpa menjawab pertanyaan Jhon, Samantha melayangkan tangannya sedangkan Jhon langsung menghindar. Dia kembali melayangkan kakinya tapi lagi-lagi Jhon menghindar.
Samantha mulai kesal, belum pernah ada yang bisa mengelak serangannya.
"God damn it!!" Samantha menggeram marah.
"Kenapa kau mau menendangku?" tanya Jhon.
Dia bingung kenapa pagi-pagi wanita itu mau memukulnya, memangnya kesalahan apa yang telah dia perbuat?
"Kau tidak tahu kenapa?" tanya Samantha dengan nada tinggi.
Jhon hanya menggeleng karena memang dia tidak merasa membuat kesalahan.
"You are a jerk." maki Samantha dengan kasar.
Dia kembali melayangkan tinjunya dan lagi-lagi tangannya berhasil ditangkap oleh Jhon.
Pria itu menarik Samantha hingga tubuhnya terhuyung kedepan dan masuk kedalam pelukan Jhon.
Jhon memeluk tubuh Samantha dengan erat sehingga wanita itu sulit untuk bergerak.
"Jelaskan padaku, apa salahku?" tanyanya sambil menatap mata Samantha dengan tatapan lembut sedangkan sebuah senyuman menghiasi wajahnya.
Samantha menggigit bibir bawahnya menahan amarah, dia tidak menyangka pria itu bisa menahan setiap serangannya.
"Apa kau melakukan ini untuk menggodaku?" goda Jhon.
"Menggoda? Menggoda apa?" Samantha tidak mengerti dengan ucapan Jhon.
Jhon mengangkat dagu Samantha dan mendekatkan wajahnya sedangkan Samantha berdiri kaku tidak tahu apa yang mau dilakukan oleh pria itu.
"Kau ingin aku peluk bukan?"
"Tidak!" jawab Samantha dengan cepat.
"Oh aku tahu, kau ingin aku memberikan morning kiss untukmu bukan?" goda Jhon lagi.
"Aku rasa bukan otakmu saja yang bermasalah tapi sepertinya kau juga gila!" Samantha menjawab dengan kesal.
Jhon tertawa mendengar perkataan Samantha.
"Kau benar-benar menarik, sungguh!"
Samantha hanya memutar bola matanya.
"Seandainya kau benar-benar istriku, aku akan sangat senang." ujar pria itu lagi.
"Huh....Kau terlalu percaya diri, apa kau pikir aku mau denganmu? Aku belum cukup gila sampai harus menikah denganmu!" jawab Samantha dengan ketus karena dia benar-benar kesal dengan pria itu.
"Oh ya, boleh aku tanya sesuatu?"
"Tidak boleh!" jawab Samantha sedangkan Jhon hanya terkekeh.
"Ayolah, aku hanya ingin tahu, dimana suamimu?" tanya Jhon penasaran.
Dia sangat penasaran, jika memang mereka tidak punya hubungan apa-apa, kenapa Edward menganggap dia sebagai ayahnya?
"Untuk apa kau tahu?" Samantha balik bertanya.
"Yah, aku hanya ingin tahu saja, jangan-jangan aku memang suamimu tapi kau tidak mau mengakuinya karena aku membuat kesalahan."
"Stupid man." maki Samantha lagi. Dari mana pemikiran seperti itu datang? Sepertinya otak pria itu memang bermasalah.
" Hei jangan seperti itu! Aku hanya heran saja, kenapa Edward memanggilku daddy? Jangan-jangan aku ini benar-benar suamimu tapi suatu kesalahan yang telah aku perbuat sehingga kau tidak mau mengakuinya dan membenciku!"
Samantha menghembuskan nafasnya dengan berat, entah kenapa Jhon berpikir seperti itu tapi yang jelas bukan.
"Sudah aku bilang, kau bukan suamiku! Kita tidak saling mengenal apalagi punya hubungan. Aku hanya menolongmu saat kau tidak sadarkan diri didepan rumahku, hanya itu, tidak lebih!" jawabnya
Jhon memandangi matanya dengan tajam.
"Kau menyembunyikan sesuatu?" tanyanya penasaran.
"Tidak ada!" jawab Samantha dengan ketus.
Jhon kembali memandangi matanya, sepertinya Samantha menyembunyikan sesuatu dan entah mengapa dia semakin penasaran dengan hal ini.
"Jika aku bukan ayah Edward, alu dimana ayahnya?" tanya Jhon lagi
"Suamiku sudah mati!"jawab Samantha asal.
"Kau tidak menipuku bukan?" Jhon tidak percaya dengan jawaban Samantha.
"Ck tolong ya, mau aku menipumu atau tidak, semua yang ada dikehidupanku bukan jadi urusanmu!"
"Oke baiklah, jika suamimu sudah mati, apa kau tidak mau menikah lagi?"
"Kenapa kau mengorek-ngorek kehidupan pribadiku?"
"Tidak, aku hanya ingin tahu saja."
Mereka saling melemparkan tatapan satu sama lain dengan tajam sedangkan Samantha semakin kesal.
"Apa kau tidak tertarik denganku?" tanya Jhon kemudian
Samantha semakin kesal dan memejamkan matanya, pria ini benar-benar sakit otak.
"Kau benar-benar menghinaku, apa kau kira aku akan langsung tertarik dengan pria yang baru saja satu hari aku temui? Aku bukan wanita gampangan yang begitu mudah tertarik dengan seorang lelaki jadi sana kau pergi kerumah sakit untuk menyembuhkan otakmu yang sakit itu sebelum terlambat dan jangan lupa, lakukan operasi!" katanya dengan tajam.
Jhon terkekeh dan melepaskan pelukannya, entah kenapa dia benar-benar tertarik dengan Samantha.
"Ya, aku memang sakit otak, sakit sekali. Jadi mohon bantuannya sampai otakku yang sakit ini sembuh." ujarnya
"Apa maksud perkataanmu?" tanya Samantha dengan heran.
"Kau tahu, aku akan tinggal disini sampai aku tahu siapa aku dan siapa keluargaku jadi mohon terima aku." jawabnya dengan santai.
Samantha memijat pelipisnya, dia sudah kehabisan kata-kata menghadapi pria gila ini.
"Benar-benar pria yang tidak tahu malu." pikirnya.
"Memangnya siapa yang mengijinkanmu tinggal disini? Aku sudah mengusirmu kemarin, kenapa kau kembali lagi?" tanyanya.
"Kau benar-benar perempuan yang tidak berperasaan. Apa kau mau membiarkan aku tidur dipinggir jalan?"
"I don't care." jawab Samantha dengan cepat.
"Oh ayolah, tampung aku sebentar saja." pinta Jhon.
"Kau kira rumahku ini tempat penampungan? Aku juga punya beban dan kau jangan membuat bebanku bertambah."
"Jadi itu masalahnya?" tanya Jhon.
Samantha hanya diam sedangkan matanya masih menatap pria itu dengan tajam.
"Aku berjanji tidak akan menjadi bebanmu. Aku hanya butuh tempat untuk berlindung, saat aku sudah tahu siapa aku maka aku akan pergi dari sini." ujarnya
Samantha hanya diam saja tidak menjawab permintaan Jhon.
"Oh..come on. Please." pinta Jhon memohon.
Samantha menghela nafasnya dengan berat, jauh dalam lubuk hati nya dia tidak tega pada pria itu. Sungguh aneh bukan?
Bisa saja pria itu orang jahat yang menyamar dan pura-pura hilang ingatan.Tapi entahlah.
"Please." pinta Jhon lagi sambil memasang tampang memelas.
"Berhenti memperlihatkan wajah bodohmu itu."
Kata Samantha dengan kesal saat melihat tampang Jhon yang begitu bodoh.
"Jadi boleh kan?" Jhon bertanya dengan senyum diwajahnya.
"Up to you." jawabnya malas.
"Oh terima kasih." Jhon tampak senang.
"Tapi ingat, jangan tidur denganku lagi, jika tidak!!" Samantha mengepalkan tangannya didepan wajah Jhon sedangkan Jhon hanya tersenyum melihat ancaman wanita itu.
"Ok, im promise." ucapnya.
"Good!" Samantha memutar tubuhnya dan berjalan pergi meninggalkan Jhon, dia malas berdebat dengan pria menyebalkan itu lagi dan segera menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Pagi-pagi sudah membuat keributan dan sebenarnya dalam hatinya dendam, dendam karena belum bisa memukul pria itu barang satu kalipun.
"Tunggu saja nanti, jika ada kesempatan akan aku pukul kau sampai babak belur." gerutunya dan akan dia pastikan, dia tidak akan gagal lagi untuk memukul pria itu.
not i'm promise