Pertemuan yang tidak di sengaja antara gadis buta bernama Alana Maherwari, dengan seorang pria malah membawanya pada cerita romansa sekaligus awal dari kepahitan.
Siang itu sehabis ia menjual bunga di temani oleh anjing husky kesayangannya tiba-tiba tongkat kayunya mengenai sesuatu. Alana kira itu sebatang kayu namun tak lama terdengar suara melenguh seperti orang yang sedang kesakitan.
Setelah mengetahui itu adalah seseorang, Alana langsung membawanya ke rumah tanpa ia tahu latar belakang orang itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Oktana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berhasil Di Manipulasi
Deriz di hubungi oleh Alfonso memberitahukan bahwa ada surat dari agen properti untuknya.
"Buka saja suratnya olehmu, lalu bacakan padaku" perintah Deriz.
"Maaf tuan, agen propertinya meminta agar surat ini anda sendiri yang membacanya" balas Alfonso.
"Baiklah 2 jam lagi aku akan tiba disana" ucap Deriz.
Kini Deriz sedang duduk sembari melihat Maria yang sedang memasak. Aroma yang sangat harum membuat Deriz ingin cepat-cepat menyantap masakan itu.
"Tuan, sebentar lagi makan sudah siap. Saya harap anda sabar menunggu" ucap Maria.
"Dari tadi aku sabar menunggumu" balas Deriz.
Maria hanya tersenyum, dan itu terlihat hangat di mata Deriz.
Tak lama semua makanan sudah tersedia di atas meja. Maria dengan sigap mengambilkan makanan untu di santap Deriz hingga piring itu penuh dengan makanan.
"Makanan sudah siap, saya permisi" ucap Maria yang hendak pergi dari hadapan Deriz.
"Siapa yang menyuruhmu pergi?" tanya Deriz seketika menghentikan langkah Maria.
"Apa maksudnya tanya Maria
"Suapi aku" perintah Deriz.
Maria hanya mengangguk lalu ia duduk di hadapan Deriz. Maria lalu mengambilkan semua makanan dan menaruhnya di atas piring. Maria lalu duduk di kursi dekat Deriz.
"Siapa yang mengizinkanmu untuk duduk di kursi itu?" tanya Deriz membuat Maria semakin gugup dibuatnya.
"Maaf tuan, saya tidak mengerti" ucap Maria.
"Kau harus duduk di pangkuanku dan suapi aku menggunakan tanganmu" pinta Deriz.
"Tapi tangan saya kotor, tuan" balas Maria.
"Kou bisa mencucinya terlebih dahulu. Cepat aku tidak bisa lama menunggu" perintah Deriz.
Maria pun mengangguk, ia cepat-cepat berlari ke dapur untuk mencuci tangannya.
Kini Maria dengan malu-malu duduk di pangkuan Deriz lalu Maria mulai mengambil makanan dan menyuapkan makanan itu ke mulut Deriz langsung dengan tangannya.
Deriz bisa merasakan bagaimana kelezatan masakan Maria.
"Masakanmu enak dan terasa nyaman di lidahku" ucap Deriz memuji.
"Terima kasih, tuan" hanya itu yang dikatakan Maria hingga suapan terakhir dan sesi makan pun selesai.
"Maria aku akan berangkat ke Mansion, kau tunggu saja di sini" ucap Deriz.
"Maaf tuan, jika saya di sini saya tidak punya teman dan saya akan kesepian. Bisakah saya ikut ke Mansion? Saya rindu dengan teman-teman saya" pinta Maria.
Sulit menolak permintaan wanita di hadapannya, Deriz menyetujui permintaan Maria untuk ikut bersamanya ke Mansion.
"Baiklah kita berangkat" jawab Deriz.
Dengan senang hati Maria pun ikut. Ia sangat rindu dengan teman-teman sesama pelayan dan tentunya ia akan menggali sedikit informasi mengenai di mana keberadaan tuan muda kepada Agusta.
"Maria sudah berapa lama kau bekerja dengan Robin?" tanya Deriz ketika mereka sudah berada di dalam mobil.
"Saya bekerja dengan tuan Robin sejak saya lulus sekolah menengah atas" jawab Maria.
Ia tidak mau menceritakan bagaimana detail kebaikan Robin padanya. Ia takut jika Deris akan merasa bahwa dirinya berpihak kepada Robin dan itu akan menggagalkan rencananya.
"Apakah Robin baik padamu?" tanya Deriz.
"Tuan muda selalu baik kepada semua pegawainya" jawab Maria.
Sangat jelas dari wajah Deriz sangat tidak suka kala Maria memuji Robin.
"Jangan sesekali kau memuji dia di depanku" ketus Deriz.
"Maaf tuan, saya hanya menjawab apa yang saya rasa" ujar Maria.
"Kau tak usah menjawab pertanyaan itu lagi karena aku benci seseorang mengatakan hal yang hal baik terhadap dia" ucap Deriz.
"Tuan, maaf jika saya lancang, tuan Robin adalah kakak anda kenapa anda begitu benci kepadanya? Maaf jika tuan tidak berkenan jangan dijawab" ucap Maria sembari menundukkan kepalanya.
"Aku membenci semua hal mengenai Robin, dia selalu menang dalam segala hal. Aku benci, aku ingin menguasai seluruh apa yang Robin miliki" balas Deriz dengan nada berapi-api.
"Dasar bajingan tidak tahu diri! Kau sangat serakah sekali. Aku tidak akan membiarkan keserakahanmu itu menguasai tuan muda" ucap Maria dalam hatinya. Tangannya terkepal hingga memperlihatkan jari-jari yang memutih. Ia sebisa mungkin akan memenangkan hati Deriz dan akan membuang Deriz jauh-jauh jika Robin sudah kembali.
"Aku tidak akan membiarkan itu terjadi" gumamnya lagi dalam hati.
"Maria kenapa kau terdiam? Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Deriz kala melihat sang pelayannya terdiam sementara.
"Tidak tuan, saya hanya sedang memikirkan menu makan malam untuk anda nanti. Saya yang sejatinya belum terbiasa bekerja dengan anda tentu belum sepenuhnya paham makanan kesukaan anda" balas Maria beralibi agar Deriz tidak mencurigai dirinya.
"Aku akan memakan apapun yang kau masak" jawab Deriz dengan lembut sembari mengusap kepala Maria.
Jujur saja Deriz merasa nyaman sekali ketika berdekatan dengan wanita yang satu ini. Hatinya terasa hangat dan ia merasakan bahwa Maria harus dia berikan kasih sayang.
"Jika itu mau anda, saya akan memasak suka hati saya semoga tuan senang" ucap Maria.
Deriz pun hanya mengangguk saja setelah lama mengemudikan mobilnya, sampailah ia di mansion milik Robin.
Melihat kedatangan Deriz, semua pegawai mansion itu berbaris dengan sangat rapi.
"Beri hormat kepada tuan Deriz" perintah kepala pegawai mansion itu.
Semua pegawai menyambut kedatangan Deriz namun Deriz tidak peduli. Ia hanya memperdulikan tentang surat yang Alfonso Sebutkan tadi.
"Alfonso ikut aku" perintah Deriz.
Dirinya berjalan ke ruang kerja milik Robin di sana juga sudah ada Alfonso.
"Surat apa yang kau maksud itu?" tanya Deriz
"Hanya selembar surat dari agen properti, tuan. Saya ambilkan dahulu" balas Alfonso.
Ia pun berjalan ke arah lemari untuk mengambilkan surat itu.
"Silakan anda baca, tuan" ucap Alfonso sembari memberikan surat dati agen properti kepada Deriz.
Denis membuka amplop dan ia mengeluarkan secarik kertas dari dalam amplop itu. Deriz membacanya namun tiba-tiba raut wajahnya menampilkan emosi dan kekesalan.
Seketika ia melemparkan kertas itu ke sudut ruangan.
"Sialan Aku kira mansion ini sudah lunas ternyata cicilan. Brengsek kau Robin!! Aku kira kau sekaya itu..Arghhhhhhhh" Deriz meracau karena nyatanya dalam surat itu tertulis bahwa mansion milik Robin sepenuhnya belum lunas. Dan jika mansion itu di kuasai oleh Deriz, maka Deriz lah yang harus membayar semua tagihan bulanan yang harus di bayarkan.
"Alfonso, aku tak jadi menguasai mansion ini. Karena tempat ini belum lunas" ucap Deriz dengan kesal.
Mendengar hal itu Alfonso menjadi heran karena sewaktu Robin membeli mansion dari agen properti sudah lunas, Robin membayarnya seketika itu juga saat transaksi pembelian.
"Aneh sekali waktu itu mansion ini sudah lunas tetapi agen properti malah mengirimkan tagihannya" gumam Alfonso.
Alfonso tidak mau ambil pusing, Ia yakin jika ada hal yang ia tidak tahu antara Robin dan agen properti itu.