Apa yang akan kalian pilih? antara persahabatan dan nyawa? dimana saat kalian tidak ingin kehilangan teman-teman, tapi kamu juga tidak ingin kehilangan nyawamu. apa yang akan kalian pilih?
permainan ini mengatakan bahwa jika kami menang, mereka akan membebaskan kita. namun aku sendiri juga tidak yakin jika mereka akan melepaskan kami dengan mudah begitu saja. kami harus kehilangan teman-teman, kehilangan harapan, putus asa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bada'ah Hana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keluarga
"Kamu harus bisa, Ken. Kita pasti bisa ketemu lagi." Ucap Gita.
"Benar. Aku yakin kamu bakal bisa segera ketemu Ibu kamu, dan tolong sampaikan salam kita ke beliau." Kata Ela.
"Huwaaa makasih loh!" Ucap Kenji.
Namun, saat Kenji berniat memeluk kedua gadis itu. Zayyan dan Alex segera menarik Kenji untuk mundur. Mereka pun tertawa bersama. Hingga malam hari tiba, hanya Alex dan Zayyan yang berada di kamarnya. Sementara Kenji pergi melanjutkan permainan.
Mereka berdoa agar Kenji bisa kembali dengan selamat dan bisa bertemu dengan Ibunya. Harapan yang membuat Kenji terus berada di kemenangan adalah semangat untuk bertemu sang Ibu. Begitu juga mereka yang semangat mendukung satu sama lain.
"Semoga Kenji kembali dengan selamat." Ucap Zayyan dalam doanya.
"Dipikir-pikir lagi... tanpa Kenji dan Kiki, sepi juga ya." Kata Alex yang sudah merebahkan dirinya di tempat tidurnya.
"Meskipun mereka paling sering gangguin kamu, tapi kamu jadi ngerasa sunyi tanpa mereka. Hahaha."
"Apaan sih? Biasa aja kali."
"Tsundere nih ye. Malu-malu kucing, meow meow meow!!" Ledek Zayyan yang membuat Alex melempar bantal ke arah anak laki-laki tersebut.
Dengan sigap, Zayyan menangkap bantal lemparan dari Alex. Zayyan terus tertawa hingga mulai terbatuk-batuk. Sementara Alex yang melihatnya ikutan tertawa.
"Sukurin!" Kata Alex sembari tertawa.
Beberapa saat kemudian, Alex terbatuk-batuk karena terlalu banyak tertawa. Mereka berdua terbatuk-batuk hingga memanggil para boneka untuk mengambilkan minuman.
"Alhamdulillah." Kata Zayyan yang mulai lega setelah meminum segelas air.
"Iya Alhamdulillah. Kamu sih!"
"Apa lagi?" Tanya Zayyan.
"Coba kamu gak ketawa, aku gak bakalan begini! Ledek aja terus! Ela direbut orang, nangis sesenggukan mampus." Ucap Alex yang membuat Zayyan justru ketawa.
"Dih ketawa lagi. Sehat, bang?" Tanya Alex.
"Kamu tuh kalau marah gak ada bedanya sama Ela. Hahaha. Kalian berdua lucu deh kalau marah." Ucap Zayyan sembari tertawa.
"Dih. Batuk lagi mampus." Ucap Alex yang membuat Zayyan semakin tertawa.
Barulah Alex mencubit lengan Zayyan, anak laki-laki itu baru bisa berhenti tertawa. Zayyan menatap Alex dengan rasa sakit di lengannya. Sementara Alex kembali ke tempat tidurnya.
Zayyan tidak berkata sepatah kata apapun. Zayyan pun berbaring di tempat tidurnya. Sebelum itu, dia berdoa demi dirinya dan juga teman-temannya agar mereka bisa kembali ke rumah dengan selamat. Dia juga berdoa semoga Kenji bisa kembali dengan aman.
...
Kenji masuk ke dalam sebuah ruangan aneh dimana banyak sekali organ-organ manusia di dalamnya. Ada kepala, hati, paru-paru, bola mata, dan beberapa hari tangan serta kaki. Melihat itu, buku kuduk Kenji seketika berdiri.
Nampak sebuah boneka yang duduk di dalam kotak kaca. Boneka berbentuk anak perempuan dengan rambut yang terbuat dari benang rajut berwarna hitam, memakai dress biru muda dengan warna pita yang sama di rambutnya. Serta mata boneka tersebut terbuat dari kancing baju berukuran cukup besar berwarna coklat gelap.
Bibir boneka tersebut terbuat dari benang rajut berwarna hitam. Nampak boneka itu tersenyum ke arah Kenji yang baru saja masuk ke ruangan tersebut. Ruangan tersebut tidak terlalu gelap. Hanya remang-remang dari cahaya lampu bohlam yang terpasang di atas langit-langit ruangan tersebut.
Suara lagu terdengar dari sebuah kotak yang musik yang diatasnya terdapat boneka penari balet sedang menari. Kotak musik tersebut terus berputar sesuai dengan gerakan penari balet yang berada di atasnya. Iringan musik yang aneh dengan suasana ruangan ini membuat jantung Kenji berdebar.
Meskipun begitu, Kenji penasaran apa yang diingkan oleh pembuat permainan ini. Kenji menoleh ke arah lain seolah mencari sesuatu. Namun, hanya satu pintu yang tadi Kenji masuki. Tidak ada pintu lain selain itu.
"Selamat datang, Kenji. Terima kasih karena sudah datang ke permainan ini. Kamu sudah tau siapa aku, kan? Namaku Adzkiya. Jadi, kita akan bermain bersama kali ini. Hanya berdua! Oh iya. Apa kamu tau permainan yang akan kita mainkan?" Ucap boneka tersebut.
"Permainan petak umpet. Bersamaku. Tentu saja. Aturannya, aku sebagai Seeker dan kamu sebagai Hider. Kamu akan bersembunyi dalam waktu 1 jam. Lalu, aku akan mencarimu dalam waktu 1 jam lainnya. Jika 1 jam itu, aku gagal mencarimu... maka kamu menang dan kamu akan bebas dari permainan ini!"
"Tapi, jika aku berhasil menemukanmu dalam waktu 1 jam itu... kamu sudah tau apa yang akan terjadi, kan? Benar! Kepalamu akan dipajang disini! Koleksiku sangat bagus, kan? Hehehe. Terima kasih."
"Jadi, aku diberi waktu 1 jam untuk bersembunyi? Dan 1 jam setelahnya, kamu akan mencariku, begitu?"
"Tepat! Mas Kenji pinter deh! Jadi... apa ada pertanyaan sebelum kita memulai permainan ini?"
"Bisa aku bertanya, apa kamu benar-benar akan membebaskan aku setelah aku berhasil di permainan ini?"
"Tentu."
"Baiklah. Dan dimana para guru? Kenapa hanya para murid yang bermain?" Tanya Kenji.
Kenji tidak bisa melihat jelas ekspresi boneka tersebut. Dia hanya tersenyum datar seperti boneka lainnya. Namun, nada bicara Adzkiya benar-benar membuat Kenji merinding. Adzkiya terlihat nampak ceria, namun juga seakan menekan Kenji hingga anak laki-laki itu merasa merinding setiap berbicara dengan Adzkiya.
Akan tetapi, rasa takut Kenji segera sirna setelah apa yang dia alami serta tujuannya. Jadi, Kenji menatap lurus ke arah gadis boneka tersebut tanpa rasa takut. Sementara gadis boneka tersebut terus berbicara mengenai apa yang akan ditanyakan oleh Kenji selanjutnya.
"Guru? Oh iya kalian datang ke sini bersama mereka. Itu sih rahasia! Kamu gak boleh ikut campur. Tapi... Tebak apa yang aku lakukan pada mereka?" Tanya Adzkiya kepada Kenji.
"Bermain?" Tanya Kenji.
"Tetet!! Salah! Mereka mati!" Jawab Adzkiya dengan tawa kecilnya.
"Bagaimana bisa?" Tanya Kenji dengan kedua alis yang mulai menyatu.
"Ya bisa dong! Masa gak bisa. Rugi dong!" Ucap Adzkiya yang membuat Kenji benar-benar naik darah. Namun, Kenji tetap berusaha tenang.
"Kamu pingin tau apa yang terjadi dengan mereka? Aku masukin mereka ke dalam kuali yang besar dalam keadaan hidup. Mereka berteriak hingga... hingga... bola mata mereka keluar dengan sendirinya! Duh kebayang deh serunya itu!"
"Bahkan ada satu guru yang menarik untukku. Kamu tau apa yang terjadi dengan beliau? Aku mencongkel bola matanya hingga darah mengalir deras. Dan beliau berteriak TIDAK!!! hingga dia menangis darah, lalu mati. Seru banget."
"Kasihan gak sih? Kasihan banget! Tapi, seru juga! Mau coba?"
Kenji merasa Adzkiya benar-benar sangat gila. Meskipun dia hanya boneka yang dikendalikan oleh roh, Adzkiya menyiksa para pemain dengan sangat sadis.
"Kalau kamu mikir aku sadis, gak loh! Aku tuh cuman kasih tau ke mereka gimana rasanya neraka! Biar mereka cepet tobat. Eh malah mati. Maaf deh?"
"Maaf? Maafmu saja gak cukup."
"Hm? Masa sih? Aku kan cuman ngajarin mereka biar mereka tuh gak kaget gitu loh pas di neraka. Kan kasihan kalau tiba-tiba masuk neraka tanpa persiapan. Ya, kan?" Ucap Adzkiya yang diikuti kekehan kecilnya.
"Oh iya, Kenji. Mengenai Ibumu... beliau meninggal karena kamu, kan?" Ucap Adzkiya dengan sedikit menekan.
Mata Kenji terbuka lebar seolah tak percaya dengan apa yang dia dengar dari boneka didepannya ini.
"Bagaimana kamu bisa tau?"
Adzkiya tertawa kecil.
"Aku bisa membaca masa lalu seseorang. Beliau mati karena tertabrak mobil yang hampir menabrakmu. Jika Ibumu tidak datang, pasti kamu sudah mati! Sayang sekali ya."
Yang diucapkan Adzkiya benar. Ibu Kenji meninggal dunia karena telah menyelamatkan putranya dari marabahaya. Meskipun sang Ayah selalu berusaha untuk tetap bersama putranya, Kenji justru semakin terpuruk. Dia berpikir seandainya saja Kenji yang mati dan bukan Ibunya. Ibu Kenji adalah segalanya bagi suaminya. Namun, Kenji justru membuat sang Ayah dalam kesedihan yang terlarut.
Semenjak kepergian Ibunya, Ayah Kenji termenung di dalam kamarnya sela berbulan-bulan. Bahkan beliau tidak ingin berbicara dengan putranya. Sama halnya dengan Kenji yang sampai saat ini masih larut dalam masa lalunya itu. Meskipun ayah Kenji sudah ikhlas akan kepergian istri tercintanya, beliau berusaha menjaga Kenji sebaik mungkin seperti istrinya.
"Kamu pasti berpikir, bahwa harusnya yang mati kamu, kan? Kenapa gak mati sekarang aja? Pumung permainan belum dimulai loh!"
"Gak akan."
"Hm? Pantang menyerah ya? Hehehe baiklah."
"Jadi, Kenji... bisa kita mulai permainan ini? Petak umpet bersama Adzkiya! Ada 25 ruangan di satu lantai ini. Jadi, kamu bebas mau sembunyi dimanapun!"
"Permainan dimulai, Kenji."
Dengan segera Kenji keluar dari ruangan Adzkiya. Dia berlari keruangan satu ke yang lainnya. Anak laki-laki itu berlari menjauh. Sementara diruangan Adzkiya, pintu kembali tertutup begitu Kenji menjauh dari boneka tersebut. Adzkiya tertawa kecil karena dia sangat menikmati permainan ini.
Adzkiya berpikir dia pasti akan dengan mudah menemukan Kenji. Jadi, Adzkiya menunggu 1 jam berlalu sembari memandangi koleksi organ tubuh korbannya. Lagu dari kotak musik tersebut sudah berhenti, dengan segera Adzkiya meminta para boneka yang menjadi bawahannya untuk memutar kotak musik tersebut.
Suara musik kembali terdengar. Adzkiya bernyanyi ria sembari menunggu waktu sembunyi Kenji selesai. Adzkiya awalnya sangat tertarik dengan Kenji. Apalagi dengan wajah tampannya yang membuat boneka tersebut berniat untuk memenggal kepala Kenji dan memajangnya bersamaan dengan organ lain.
Satu jam berlalu. Bel berbunyi bersamaan dengan suara dari mikrofon yang berada tak jauh dari ruangan Adzkiya.
"Permainan dimulai! Giliranku untuk mencarimu, Kenji. Hehehe..."
Kotak kaca milik Adzkiya diangkat oleh dua besi yang berada di kanan kirinya. Adzkiya berdiri dan berjalan keluar dari ruangannya untuk menemukan anak laki-laki tersebut. Bagi Adzkiya bermain petak umpet diantara 25 ruangan itu sangatlah mudah.
"Kenji?"
Boneka tersebut masuk ke ruangan pertama. Adzkiya membuka pintu lemari, pintu kamar mandi, pintu toilet, bahkan dibawah tempat tidur. Namun, Adzkiya tak menemukan apapun. Begitu juga diruangan selanjut, tidak ada tanda-tanda Kenji.
"Kenji... kamu denger aku, kan? Aku yakin kamu ada di sekitar sini. BA!"
Adkiya membuka pintu kamar mandi. Tidak ada tanda-tanda Kenji sama sekali. Adzkiya berpikir anak laki-laki itu mungkin berada di tempat lain. Gadis boneka itu kembali mencari anak laki-laki yang bermain bersamanya di kamar lainnya.
Hingga ruangan ke lima, tidak ada tanda-tanda anak laki-laki tersebut. Adkiya masih dalam senyum cerianya, berjalan ke arah lain. Hingga ruangan ke sepuluh, Adzkiya mulai tak sabar lagi. Kenji belum di temukan.
"Kemana sih Kenji? Ken, kamu tega ya biarin aku sendirian nyariin kamu. Ih kesel deh! Tapi, aku gak bakalan nyerah demi dapetin kepala kamu! Lihat aja! Aku yakin kamu bakal bisa ketemu di ruangan lainnya. Hehehe. Tunggu aku, Kenji!" Ucap Adzkiya yang berlari ke ruangan lainnya.
Di ruangan ke lima belas, Adzkiya mulai mencurigai lemari yang berada di pojok sebelah tempat tidur. Begitu gadis boneka tersebut membuka pintu lemari itu, tidak ada tanda-tanda Kenji di dalamnya. Adzkiya terdiam sejenak.
Masih tersisa sepuluh ruangan lagi, dan Adzkiya yakin dia akan menemukan anak laki-laki itu dalam sekejap. Adzkiya berjalan ke ruangan lainnya. Hingga di ruangan ke dua puluh, Adzkiya masih belum menemukan Kenji.
Gadis boneka tersebut melanjutkan tujuannya mencari anak laki-laki itu ke ruangan lainnya. Bahkan hingga di ruangan terakhir, Adzkiya tak menemukan Kenji.
Gadis boneka tersebut tiba-tiba berpikir bisa saja Kenji sembunyi di loker yang berada di luar ruangan. Adzkiya kembali mencari Kenji dengan membuka satu persatu loker tersebut. Bahkan hingga dia kembali ke kamarnya sendiri, Adzkiya tidak menemukan apapun.
Gadis boneka tersebut mulai naik darah. Waktu terus berjalan. Bahkan kini waktu Adzkiya untuk mencari Kenji tersisa lima belas menit lagi. Dengan tergesa-gesa, gadis boneka tersebut membuka satu persatu ruangan itu. Namun, tetap saja dia tidak menemukan Kenji.
Kemudian, Adzkiya mencoba ke tempat lainnya. Tangga dan lift tidak lagi berfungsi. Jadi, tidak mungkin kalau Kenji naik ke lantai lain. Gadis boneka tersebut mulai berjalan menuju lobby hotel.
Dimana di sana ada beberapa ruangan lainnya. Namun, begitu Adzkiya masuk ke sana, tetap tidak ada tanda-tanda Kenji di dalamnya. Gadis boneka tersebut mencoba mencari dimana Kenji berada. Halaman depan hotel, halaman belakang, kolam renang, lapangan golf, lapangan basket. Tetapi hasilnya tetap tidak ada.
Waktu Adzkiya tersisa tiga menit lagi. Adzkiya benar-benar frustasi dengan permainannya sendiri. Padahal, dia sendiri yang berinisiatif untuk mengikuti permainan ini.
Hingga suara dari mikrofon yang tidak jauh mulai berbunyi menandakan permainan selesai. Gadis boneka itu hanya terdiam di tempatnya. Berdiri di lorong-lorong yang sunyi. Dimana dulunya ini adalah lorong tempat dia bermain dan menunggu orang tuanya kembali.
"Permainan selesai. Kemenangan dimiliki Hider. Silahkan untuk Hider bisa menuju ruangan yang sudah kami siapkan. Silahkan mengikuti denah yang kamu kirimkan."
Mendengar itu, Adzkiya kembali ke ruangannya. Namun, gadis boneka tersebut berhenti di tengah jalan saat melihat siapa yang berada di belakanganya. Adzkiya menoleh dan melihat Kenji tersenyum ke arahnya.
"Aduh aduh aduh. Kasihan deh baru pertama udah gagal main." Kata Kenji yang mulai meledek Adzkiya.
...
Beberapa waktu lalu, satu jam sebelum Adzkiya mencarinya. Kenji memiliki firasat akan mudah ditemukan jika bersembunyi di salah satu ruangan yang dikatakan dalam peraturan. Namun, aturan tidak melarang Kenji naik ke lantai lainnya. Itu sebabnya, Kenji menuju ke lantai dua dan bersembunyi di sebuah loker yang dekat dengan anak tangga.
Dan benar saja, Adzkiya tidak bisa menemukan dirinya dalam waktu tersebut. Bahkan Kenji bisa mendengar suara geram Adzkiya yang berada di bawah tangga dengan perasaan yang sangat kesal. Gadis boneka itu terus berteriak memanggil nama Kenji.
Tentu saja Kenji tidak akan tertipu dengan permainannya Adzkiya meskipun gadis boneka tersebut menirukan suara orang lain. Seperti contoh suara Ela dan Gita, Kenji bisa mengerti bahwa dia gadis itu tidak mungkin keluar dari kamarnya di saat seperti ini.
...
Sampailah pada saat ini, Kenji menuju ke ruangan lain meninggalkan Adzkiya yang terdiam dengan wajah dinginnya. Anak laki-laki itu menuju sebuah ruangan yang sudah disiapkan oleh pembuat permainan. Begitu Kenji sudah hilang dari pandangan matanya, Adkiya masuk ke dalam ruangannya.
Dimana ke dua orang tuanya sudah berada di sana. Adzkiya berpikir dia akan dimarahi oleh mereka. Namun, mereka justru diam dan meminta Adzkiya untuk mengejar anak lainnya. Karena, Kenji bukanlah tujuan mereka. Jadi, mereka akan membiarkan Kenji untuk tetap hidup dan kembali ke kehidupannya.
"Baik, Ayah." Ucap Adzkiya yang mulai kembali ke dalam kotaknya.