Menjadi pria idaman banyak wanita? Sungguh tidak pernah terlintas dalam pikiran seorang pemuda berusia 22 tahun yang akrab dipanggil Bayu.
Pemuda kampung yang tidak pernah percaya diri untuk menjalin hubungan spesial dengan wanita, tidak pernah menyangka, keputusannya merantau ke ibu kota, membuat Bayu menjadi pria yang paling diinginkan para wanita.
Apakah hal itu membuat Bayu senang? Atau justru Bayu akan mendapat banyak masalah karenanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengenal Lebih Jauh
Sambil menikmati Bakso, Mira diam-diam terus memperhatikan Bayu yang sedang berbicara melalui sambungan telepon dengan seorang wanita bernama Amanda.
Rasa penasaran wanita itu menyeruak begitu nama Manda keluar dari mulut Bayu. Entah kenapa, Mira tiba-tiba merasa khawatir adanya saingan.
"Telefon dari siapa?" pertanyaan itu langsung meluncur dari mulut Mira begitu melihat Bayu mengakhiri pembicaraannya dan menaruh ponsel ke dalam tas kembali. "Telfon dari kantor?" tanyanya pura-pura.
"Bukan," jawab Bayu jujur tanpa menaruh curiga sedikitpun. "Telefon dari wanita yang kemarin saya tolong, Mbak."
Kening Mira sontak berkerut. Pikirannya langsung tertuju pada kejadian yang membuat dirinya mengenal sosok pemuda itu.
"Oh..." balas Mira. "Kok dia telefon kamu? Emang suaminya nggak marah?"
Bayo sontak menggeleng sembari melanjutkan makan baksonya yang sebentar lagi habis. "Nggak tahu, Mbak. Kayaknya sih enggak. Mbak Mira kenal sama Mbak Manda?"
"Ya tahu namanya aja. Dia kan lumayan terkenal," balas Mira, "Kok kamu manggil dia Mbak? Apa kalian sudah sangat dekat?"
"Nggak juga sih. Seperti saya sam Mbak Mira kok," balas Bayu. Lalu dia menoleh ke arah Gio yang sedang menikmati baksonya dengan tangan sendiri. "Mau disuapin lagi nggak?" tawarnya.
"Nggak usah, Om. Gio bisa sendiri," jawab bocah itu antusias. Mira pun ikut memperhatikan mereka meski dalam benaknya wanita itu masih ingin melempar pertanyaan mengenai Amanda.
"Jadi, setelah ini, kamu akan ke rumahnya?" Mira bertanya kembali, sembari tangan kanannya meraih tisu yang telah tersedia di atas meja untuk membersihkan bibirnya.
Nanti, Mbak. Agak sore. Cuma mau ngambil hasil pemeriksaan," balas Bayu. "Mbak, saya boleh numpang ke toilet?"
"Astaga! Ya boleh lah. Mau yang di bawah apa yang di atas?" tawar Mira.
"Yang di bawah aja, Mbak. Lebih dekat," balas Bayu. Setelah dipersilahkan, Bayu pun segera melangkah menuju toilet yang terletak di dekat dapur. Bayu bisa tahu tempatnya karena kemarin toilet tersebut juga dibersihkan oleh pemuda itu.
"Tadi itu nyata, kan? Mbak Mira cuma pakai daster doang? Nggak pakai celana lagi di dalamnya? Astaga! Apa hutannya baru dirapikan yah? Tipis dan terbentuk gitu," gumam Bayu begitu dirinya berada di dalam toilet.
Bayu tidak mungkin melupakan begitu saja dengan apa yang dia lihat saat tadi berada di kolong meja mengambil sendok. Entah sengaja atau tidak, dua lutut Mira agak melebar dan bagian bawah daster yang dia kenakan juga agak naik ke pinggang.
Meskipun saat di kampung, Bayu hampir tidak pernah berhubungan dengan wanita. Tapi setidaknya, sebagai pria, Bayu pernah menyaksikan film-film panas juga. Makanya, Bayu begitu takjub kala matanya melihat aset wanita secara nyata.
"Kemarin nggak sengaja megang yang kenyal-kenyal. Sekarang, bisa lihat hutan di bawah perutnya. Nanti kalau ke sini lagi, aku dapat apa lagi ya? Hihii," gumamnya dengan khayalan yang melambung tinggi.
Tak mau berlama-lama di kamar mandi, Bayu segera saja mengakhiri pikiran kotornya. Dia segera keluar setelah semua urusan di kamar mandi selesai.
"Loh, Gio mana, Mbak?" tanya Bayu begitu kembali ke meja makan, anak kecil yang bersamanya sudah tidak ada di sana.
"Ke kamar atas sama Bi Wati. Sepertinya dia ngantuk karena kekenyangan," balas Mira. Wanita itu pun baru saja selesai membereskan meja makan.
"Walah, jadi Gio mau tidur?"
Mira mengangguk. "Kenapa? Kamu mau pergi sekarang?" Tebaknya.
Bayu langsung tersenyum. "Kalau saya pergi, apa Gio nggak rewel? Soalnya kan tadi dia minta saya menemaninya main?"
Mira sontak tersenyum tipis. "Kalau mau pergi ya nggak apa-apa. Nanti saat bangun tidur, Gio juga pasti sudah lupa."
Bayu pun mendadak dilema. Di satu sisi dia memang ingin segera pergi. Tapi di sisi yang lain, dia juga tidak mungkin pulang kantor jam segini. Apa lagi dia ada janji ke rumah Amanda. Secara otomatis dia harus bolak balik jika dia pulang terlebih dahulu.
"Kalau bingung, lebih baik kamu di sini aja dulu menemani aku. Aku juga lagi nggak ada kegiatan kok," tawar Mira.
Bayu seketika agak berpikir. Tapi tak butuh waktu lama, pemuda itu memilih mengiyakan. Tidak ada salahnya ngobrol sama janda cantik. Kali saja, setelah dekat, Bayu bisa kembali dapat kejutan lagi, pikirnya.
Bayu dan Mira memilih ngobrol di taman belakang. Mereka pun saling melempar pertanyaan dan berbagi cerita satu sama lain.
Dari obrolan itulah, Bayu banyak mendapat informasi tentang Mira dan penyebab dia menjadi janda beranak satu.
Mira bekerja sebagai tukang make up. Dia juga memiliki sebuah toko make up dan segala pernak-pernik yang berhubungan dengan wanita.
Mira memilih menjadi janda di usia muda sejak dua tahun yang lalu, karena sang suami dulu selingkuh. Sekarang mantan suaminya yang bekerja di bidang konstruksi, dipindah tugaskan oleh perusahaannya ke cabang yang ada di pulau bagian paling timur negara ini.
Sementara itu, di tempat lain, dua orang yang tadi mengikuti Bayu, saat ini berada di suatu tempat, sedang menghadap bos mereka. Keduanya tentu saja mengutarakan idenya dan sang bos yang seorang wanita sepertinya setuju dengan ide tersebut. Di sana, jugq ada seorang wanita yang kemungkinan akan dibayar untuk menjebak Bayu.
"Gimana menurut kalian dengan dia?" tanya sang bos yang berpenampilan layaknya wanita kaya raya.
"Cantik banget, Bos. Pasti bocah itu nggak akan nolak kalau ceweknya bening begini," balas pria berjaket biru begitu antusias.
"Benar, Bos. Aku aja kalau dikasih, nggak bakalan nolak," pria berjaket hitam menimpalinya sambil senyum-senyum.
"Huss, dia bukan level kalian," ujar sang bos cukup monohok. Lalu wanita yang usianya sudah menginjak angka lima puluh tahun itu, melempar pandangannya ke arah wanita cantik di sebelahnya. "Aku harap kamu bisa menjerat laki-laki yang sudah aku tunjukan wajahnya."
Wanita itu lantas tersenyum. "Nyonya tenang saja. Para pejabat aja bisa saya taklukan dengan mudah, apa lagi hanya pemuda biasa. Nyonya tidak perlu khawatir. Nyonya pasti bakalan dapat kabar baik dari saya."
Sontak sang bos langsung tersenyum lebar. "Yah, aku harap seperti itu. Karena. sudah banyak wanita kaya, memasang harga tinggi demi bisa dipuasin laki-laki yang jago bela diri itu. Jadi, aku tidak mau ada kegagalan."
"Siap, Nyonya. Saya mengerti. Saya jamin Nyonya akan puas dengan hasil kerja saya."
"Baguslah!"
Ke empat orang itu sontak saling melempar senyum penuh keyakinan.
Di tempat yang sama, tapi di tempat lain juga, sekelompok orang yang juga mengincar Bayu untuk bergabung dalam kelompok mereka juga sedang membahas sebuah rencana.
"Bagaimana? Apa semuanya sudah kamu atur?" tanya sang bos kepada anak buahnya yang dipercaya untuk menjalankan rencananya
"Sudah, Bos. Malam ini, saya jamin, bocah itu akan masuk ke dalam perangkap kita."
Sang bos pun merasa senang.