Kisah cinta Halalillah dan Hilal dimulai dari sebuah rumah tahfidz, mereka memilih menjadi Volunteer, dan itu bukanlah keputusan yang mudah, berani menggadaikan masa muda dan mimpinya pilihan yang amat berat.
Menjaga dan mendidik para penghafal qur'an menjadi sebuah amanah yang berat, begitu juga ujian cinta yang dialami Halal dan Hilal, bukan sampai disitu, kehadiran Mahab dan Isfanah menjadi sebuah pilihan yang berat bagi Hilal dan Halal, siapa yang akhirnya saling memiliki, dan bagaimana perjuangan mereka mempertahankan cinta dan persahabatan serta ujian dan cobaan mengabdikan diri di sebuah rumah tahfidz?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emha albana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kalam-Kalam Langit
Emas, perlu disaring dan dipilah untuk mendapatkan mineral dan logam tinggi, mencari ekstraksi Emas di tambang, lalu penggilingan dan penghancuran, tidak sampai di situ, emas dipisahkan dari Bijih, lalu digiling kembali, masuk ke proses sianidasi, lalu emas dicampur merkuri, pemurnian Emas kembali,
Tidak sampai disitu Emas pun mesti ditempa, belum lagi peleburan kembali untuk menjadikan cairan Emas dan pembentukan Emas batangan, Emas perlu dibentuk kembali, dan dipoles untuk menjadi Emas berkwalitas.
Barulah Emas dipamerkan dalam etalase yang ditata begitu indah, hingga Emas memiliki nilai yang berbeda dengan logam mulia lainnya. Pun yang membeli dan memilikinya bukan-lah orang sembarang, kemurnian Emas menjadi penentu harga jual Emas.
Sama seperti manusia, untuk menjadi manusia yang memiliki nilai lebih, perlu rasanya di tempa dan diseleksi serta diuji dengan berbagai kesulitan hidup, disitulah cara Allah menjadikan manusia yang memiliki velue atau nilai, menjadi insan yang purna atau kamil tidak mudah diraih dari manusia yang biasa-biasa saja.
Dalam mencari tim pengajar atau mentor hafidz dan hafidzah pun tidak asal-asalan, tetapi perlu mencari orang terpilih, mengingat tanggung jawab-nya bukan saja di dunia tetapi di akhirat.
"Kak Halal dan Kak Rizka ditunggu Ustadzah Ziah." Ucap Mila ( 25 thn ) Pengurus meminta mereka untuk mengikuti seleksi selanjutnya, yakni imla' atau menulis aksara arab dan ayat qur'an.
"Silahkan masuk Kak." Pengurus mengantarkan Rizka dan Halal ke depan ruangan penguji.
"Terimakasih yah... "
Rizka dan Halal mengetuk pintu dan membukanya dengan salam.
"Assalamualaikum."
"Wa'alaikum salam, masuk. "
Mereka masuk dan duduk di hadapan Ustadzah Ziah.
"Rizka? "
"Saya Ustadz." Rizka mengacungkan empat jarinya.
"Halaliyah? "
"Ya Stadz."
"Selamat yah, tahapan-tahapan seleksi sudah kalian lewati dengan baik, nah, jangan khawatir ini test terakhir, semoga Rizka dan Halal bisa lewati dengan baik. Mengingat untuk menjadi mentor Alqur'an nggak sembarangan kami seleksinya, karena kita sadar kalo semua ini pertanggungjawaban nya bukan hanya di dunia tetapi akhirat.Saya rasa kalian pun memahami itu.
"Iya kami paham Ustadzah."
"Ok, saya akan menulis kan sepotong ayat dan kalian tulis lanjutan ayat tersebut lengkap dengan tanda baca-nya, saya mulai dari satu ayat pertama yah.. " Ustadzah Ziah menulis sepotong ayat di White Board.
Halal dan Rizka melanjutkan ayat tersebut lengkap dengan tanda baca.
"Sudah? Selanjutnya ayat kedua... "
Kembali Ustadzah cantik itu menuliskan ayat kedua, dan keduanya melanjutkan ayat tersebut, kali ini ayat yang ditulis begitu panjang.
"Saya kasih waktu tiga menit."
Begitu hati-hatinya Rizka dan Halal menuliskan kelanjutan ayat tersebut.
"Sudah yah? Sekarang saya akan menuliskan sebuah ayat tanpa tanda baca dan mohon kalian melanjutkan dua ayat berikutnya. "
"Insyallah Stadz." Jawab Halal.
Lagi, Ustadzah Ziah menuliskan satu ayat panjang tanpa tanda baca, dan mereka melanjutkan ayat-ayat setelahnya.
"Ini ayat terakhir semoga kalian bisa selesaikan dengan baik. "
"Siap Stadz." Ucap Rizka.
Cukup lama mereka melanjutkan ayat tersebut, mengingat ayat yang dituliskan Ustadzah Ziah cukup panjang dan ayat setelahnya pun begitu panjang, mereka dengan sabar melanjutkan ayat tersebut.
Dengan sabar Ustadzah Ziah menunggu mereka menyelesaikan tugasnya, Rizka agak kesulitan dan ia berpikir sejenak dan mulutnya membacakan ayat yang ingin ia tulis.
Begitu juga Halal, ia hanya memutar-mutar ball point terkadang ia menggigitnya, seakan sambil mengingat ayat berikutnya.
"Oke? Bagaimana sudah?! "
"Sedikit lagi stadz. " Jawab Rizka.
"Oke, saya kasih pertambahan waktu lima menit, cukup yah... "
"Insyaallah cukup. " Tutur Halal.
Mereka mengakhiri tugasnya dan tak lama mengumpulkan test akhir tersebut, Ustadzah Ziah meminta waktu untuk memeriksa hasil test mereka.
Rizka dan Halal terlihat cemas, khwatir saat satu dari mereka tidak lolos seleksi, sholawat terus mereka lafal kan, sebagai bentuk harapan bagi mereka untuk dapat diterima di rumah Tahfidz tersebut.
"Alhamdulillah sudah saya cek, dan hasilnya kalian berdua cukup memuaskan, hebat yah kalian, selamat yah... "
"Alhamdulillah." Ucap mereka bersamaan dan saling memeluk erat.
"Sekarang tahap berikut nya, penyelesaian administrasi, kamu bisa temui sekertaris, ruangannya ada di sebelah ruangan ini." Ustadzah Ziah memberi petunjuk.
Sesampainya mereka di depan ruang, tak lama si pemilik ruangan membukakan pintu.
"Silahkan duduk, salam kenal yah, saya Mila, sekertaris pengurus, silahkan kalian baca dan tanda tangan perjanjian kerja ini. " Mila memberikan surat perjanjian kerja, Rizka dan halal membacanya, tak lama mereka menanda tangani kontrak kerja di atas matrai.
"Yuk, ikut saya. " Mila menuntuk mereka untuk masuk ke salah satu ruangan yang terlihat sedikit berbeda dibandingkan dengan beberapa ruangan yang sudah mereka masuki. Ruangan ini agak berwibawa, dilengkapi papan nama dengan font tegas terukir di plat dari kayu jati, terlihat dengan jelas tulisan tersebut dengan nama Hilal Akbar tertulis juga jabatannya sebagai Ketua umum Yayasan Rumah Yatim dan Tahfidz 'Kalam Langit'
Pria berperawakan tinggi dengan janggut yang agak tebal, berkulit putih terlihat begitu berwibawa dan tegas, tidak banyak bicara, ia mengambil ballpoint bermerk terkenal, Rizka dan Halimah tertunduk tidak berani untuk menatap wajah ketua yayasan tersebut, karena terlalu tabu bagi mereka dan tidak sopan untuk saling beradu pandang.
"Sudah yah, untuk urusan kapan kalian mulai masuk kerja, silahkan bicara dengan Mila, termasuk sellary yang akan kalian terima."
"Iiii... iya Pak. "
Walau tidak pantas untuk memanggil dia Bapak, mengingat wajahnya masih terlalu muda dan bersih, terpancar cahaya air wudhu di balik wajah tegasnya.
"Yaudah, yuk, kita ke ruangan saya lagi."
Mila mengajak mereka kembali dan masuk ke ruangan sekertaris.
"Untuk pengganti transport kalian itu, sekitar tiga juta rupiah, jam kerja kalian cukup tiga hari dalam satu minggu, diluar dari itu kalian dapat honor lain." Jelas Mila.
Rizka dan Halal tidak menyangka akan menerima gaji sebegitu besar bagi mereka, karena tidak pernah menyangka bisa diterima di yayasan yang terbilang cukup besar dan materi promo-nya pun sering terpajang di setiap jalan utama atau protokol.
"Kalian mulai kerja minggu depan, jadi silahkan selesaikan dulu tugas akhir sekolah dan fokus dulu, setelah lulus baru kalian bisa masuk normal. Kami berharap dari kalian-lah lahir para penghafal Alquran terbaik.
"Amin, terimakasih Kak. " Jawab mereka kompak.
"Kalian bukan saudara kembar tetapi kok jawabnya kompak."
"Mungkin sudah sehati Kak."
"Oh, ini surat kontrak perjanjian kerja kalian, tolong disimpan baik-baik."
"Siap Kak." Jawab Rizka.
"Jadi kami boleh pulang sekarang kak?! "
"Yah, silahkan dan kembali seminggu lagi yah... "
"Siap Kak... Assalamualaikum... "
"Wa'alaikum salam."
Ketika Halal dan Rizka melalui ruang Ketua Yayasan, tiba-tiba Hilal muncul di hadapan mereka, dengan cool-nya Hilal menyapa mereka.
"Selamat bergabung di keluarga besar Rumah Yatim dan Tahfidz Kalam Langit, semoga menjadi keluarga yang terbaik."
"Terima kasih Pak. "
"Saya titip jaga dengan baik santri dan yatim disini, di tangan kalian-lah, akan lahir generasi qur'ani."
"Insyallah pak. " Jawab Halal
"Izin pamit pulang Pak. " Pinta Rizka
"Silahkan."
"Assalamualaikum... " Ucap keduanya.
"Walaikum salam."
Mereka meninggalkan Rumah yatim dan Tahfidz tersebut, sepanjang jalan mereka bercerita kembali pengalaman hari ini.
"Allah Maha Baik, takdirnya tak pernah salah." Ucap Rizka.
"Yah, Allah gantikan semua dengan indah dan sesuai dengan kebutuhan kita." Jawab Halal.
"Tapi..... "
"Tapi Apa Riz?! " Tanya Halal.
"Tapi rasanya tidak ada arti, kabar gembira ini orang tua kita tidak bisa mendengar dan tidak bisa kita berbagi kebahagiaan... "
"Al-Fatiha untuk kedua orang tua kita... "
Mereka menutup tawa dan kebahagiaan dengan Al-Fatiha untuk kedua orang tua.
kalo kita pandai bersyukur,apapun yg Alloh kasih,akan terasa nikmat
kefakiran tidak menjadikan kalian kufur nikmat
Rizk & iskandar🥰🥰