NovelToon NovelToon
Feathers

Feathers

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Cinta Beda Dunia / Iblis / Dunia Lain
Popularitas:818
Nilai: 5
Nama Author: Mochapeppermint

Mereka bilang aku adalah benih malaikat. Asalkan benih di dalam tubuhku masih utuh, aku akan menjadi malaikat pelindung suatu hari nanti, setelah aku mati. Tapi yang tidak aku tahu adalah bahaya mengancam dari sisi manapun. Baik dunia bawah dan dunia atas sama-sama ingin membunuhku. Mempertahankan benih itu semakin lama membuatku mempertanyakan hati nuraniku.

Bisakah aku tetap mempertahankan benih itu? Atau aku akan membiarkan dia mengkontaminasiku, asal aku bisa menyentuhnya?

Peringatan Penting: Novel ini bisa disebut novel romansa gelap. Harap bijak dalam membaca.
Seluruh cerita di dalam novel ini hanya fiksi, sama sekali tidak bermaksud untuk menyinggung pihak manapun.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mochapeppermint, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19 The Fallen

The Fallen

Aku menerobos seperti angin ribut yang tidak bisa di bendung. Amarahku menggelegak seperti lava panas.

Ketakutan, kengerian, teror mulai terbentuk di udara, menjangkit setiap manusia yang ada disana. Aku tidak bisa membunuh mereka. Itu di luar batasku walau aku sangat ingin merobek mereka menjadi ribuan potongan kecil. Aku hanya bisa membiarkan kegelapan merembes keluar dari setiap pori tubuhku, membuat mereka berteriak, menjerit, bergetar.

Doa mereka tidak lagi menyakitiku. Aku menyeringai saat mendengar suara mereka mulai bergetar dan berhenti. Mereka belum bisa melihatku tapi aku sangat yakin mereka merasakan kehadiranku yang sangat kuat.

Teror menghiasi wajah mereka semua kecuali gadisku. Senyum tipis menghiasi bibirnya yang pucat namun memerah karena darah sebelum dia memejamkan kedua matanya. Aku hanya berharap itu bukan darahnya atau aku akan menampakkan segala wujud mimpi buruk mereka semua yang ada disini tanpa ampun.

Aku mematahkan semua belenggu yang menahan Amy, memeluknya, melindunginya dengan segala iota tubuhku.

“Dia milikku.” Bisikku dan aku memastikan tiap manusia yang ada disana mendengarku dengan jelas. Mereka akan terus mengingat suaraku dan mencamkan dua kata ini dengan baik tanpa pernah melupakannya.

Aku mengembangkan sayapku dan tidak ada yang bisa menghalangiku membawa gadisku.

***

The Priest

Aku mengerang. Melempar meja hingga membuat barang-barang di atasnya berceceran. Amarahku semakin membakar tubuhku saat melihat botol-botol dan jarum suntik yang terguling dari tas yang terlempar.

Sisa-sisa borgol yang terpelintir rusak dan tali yang tercerabut masih menempel di kasur semakin membuat pandanganku menghitam. Aku menjungkirkan kasur itu seolah aku bisa mencegah hal yang sudah terjadi dan mengembalikan Amy. Suara besi yang tertumbuk dengan lantai batu terdengar memantul-mantul dari dinding-dinding sempit ini. Kalau pun bisa aku ingin merobohkan tempat ini. Membayangkan Amy terkurung di sini, terbius, terikat, benar-benar tidak bisa kubayangkan.

“Pastor!” Seseorang memanggilku, menegurku sejak tadi, tapi aku tidak peduli.

Aku berbalik dan menunjuk Suster Theresia tanpa rasa hormat. “Aku mempercayai Anda untuk menjaga Amy, tapi apa yang Anda lakukan? Menyekapnya di ruang bawah tanah? Dia itu benih bukan pasien sakit kusta!”

“Ya, dan gadis itu sudah pergi.” Ujarnya santai seolah dia tidak paham aku sedang menuduhnya.

“Karena Anda kan? Anda seharusnya melindunginya.” Suaraku dingin dan aku tidak peduli aku sedang menuduh Kepala Biara. Aku tidak habis pikir dengan yang di lakukannya pada Amy selama aku pergi. Saat aku mendengar dari Pastor Titus tentang apa yang dilakukan Suster Theresia pada Amy, aku langsung kembali terbang ke Jakarta, meninggalkan Pastor Ignatius untuk kedua kalinya. Namun sudah terlambat. Amy sudah menghilang beberapa jam yang lalu.

Suster Theresia tetap mempertahankan ekspresi dinginnya walau bibirnya menipis. “Aku ini Kepala Biara, Pastor. Tugasku menjaga biara ini bukan menjaga benih tantrum dan Amy akan tetap pergi entah bagaimanapun caranya.”

Aku menyipitkan kedua mataku, mencerna kata-katanya sebaik mungkin. “Kenapa Anda sangat yakin?”

“1890 di Inggris. Kasus yang sama terjadi.” Ucapnya dengan suara yang serak. Bibirnya bergetar seolah Suster Theresia pun takut untuk mengucapkannya secara lantang. “Gereja berpikir dia adalah benih dan mereka membawanya ke dalam gereja. Tapi entah bagaimana benih itu tercemar dan apa yang dia sentuh menjadi mati. Hampir tidak ada bedanya benih itu dengan para malaikat jatuh, membawa kegelapan kemana-mana. Dulu pedesaan itu tanah subur, tapi karena benih tercemar itu, tanah disana menjadi tandus sampai sekarang. Bahkan membunuhnya juga tidak mengembalikan keadaan tanah itu seperti semula.”

Aku mengerutkan dahiku. “Kenapa aku tidak pernah mendengar cerita itu sampai sekarang?”

Sudah bertahun-tahun aku mendalami tentang hal benih, malaikat terjatuh dan hal-hal yang berkaitan dengan itu. Semua buku dalam bahasa apapun sudah pernah aku baca. Dari perpustakaan di Vatikan, Singapura, Spanyol, Indonesia, dan negara-negara lain yang kebetulan aku singgahi, aku sudah menjelajahi semuanya, sampai ke arsip-arsip rahasia pun sudah aku baca. Tapi tidak ada cerita ini.

Aku memang pernah mendengar ada tanah tandus di daerah pinggiran Inggris padahal tanah-tanah di sekelilingnya tanah subur. Ada yang mengatakan itu reaksi kimia, ada juga desas-desus yang mengatakan tanah itu terkutuk. Sebenarnya banyak tanah-tanah atau bangunan seperti itu di sekeliling dunia, tapi karena itu bukan bidangku, itu tidak menarik perhatianku secara khusus.

“Apa Anda yakin cerita itu benar?” Tanyaku tanpa sengaja menyelipkan keraguan yang terdengar jelas di suaraku.

Suster Theresia menatapku dengan tatapan tajam. “Kita hidup di dunia yang selalu berubah-ubah, Pastor. Apalagi dengan hal-hal yang tidak bisa kita lihat dengan mata kepala sendiri. Cerita itu sudah lama di lupakan, tapi bukan berarti menghilang. Pastor seharusnya tahu betul kenapa cerita itu dihilangkan. Pastor pernah kehilangan satu benih di dalam Gereja kan?”

Aku selalu tersentak saat kenyataan itu di ucapkan di hadapanku. Aku tidak memungkiri kegagalanku, tapi bukan berarti aku sudah terbiasa dengan masa lalu itu.

“Semenjak kejadian itu banyak Gereja-gereja yang takut dengan benih. Banyak dari mereka tidak mau lagi mengambil resiko. Dua kubu yang berbeda mulai terbentuk. Mereka yang tidak setuju dengan kehadiran benih mulai mengeliminasi mereka walau mereka berada di dalam Gereja.”

“Tapi bukan itu yang terjadi sekarang ini, Suster!” Bantahku keras. "Aku disini untuk melindungi mereka, bukan untuk mengeliminasi mereka!"

“Kita manusia selalu memiliki cara berpikir yang berbeda, Pastor!” Suara Suster Theresia menggema di dinding-dinding batu dengan lantang. “Kita pun juga tidak pernah tahu benih apa yang ada di dalam setiap manusia. Benih-benih memang biasanya menjadi malaikat pelindung, tapi kita semua tahu kalau banyak sekali jajaran malaikat dan kita yang hidup tidak pernah melihat mereka secara nyata kan?”

“Jadi Anda mengaku iman Anda mulai goyah?” Tanyaku melalui rahang yang terkatup rapat.

Suster Theresia memalingkan wajahnya dariku. “Dunia berubah, Pastor.”

“Tapi Tuhan tidak pernah berubah!”

Suster Theresia kembali menatapku dengan kedua matanya yang berkobar terang. “Tuhan memang tidak pernah berubah!” Ucapnya tegas. “Tapi tidak ada yang tahu rencana-Nya.”

Aku menarik kerahku yang rasanya semakin sesak. Memang ada yang salah dengan penjara bawah tanah ini ini. Lebih lagi aku masih bisa merasakan sesuatu yang gelap masih mengintai. Beberapa Pastor dan Suster yang semalam ada disini saat Amy menghilang, masih terguncang. Bahkan kantong mata Suster Theresia pun masih tampak menghitam, kedua matanya terlihat goyah. Saat masuk kemari bersamaku pun aku bisa melihat kedua bahunya bergetar hebat. Tapi yang membuatku heran adalah dia masih bisa berdiri di depanku dengan dagu terangkat tinggi.

“Aku tidak peduli dengan masa lalu, Suster.” Suaraku tegas, sekuat pendirianku. “Anda sendiri yang bilang dunia berubah, bahkan manusia pun berubah. Tapi itu tidak bisa membuktikan kalau Amy tidak perlu diselamatkan.”

Suster Theresia mendongak menusukku dengan tatapannya. “Pastor bisa mencarinya sampai ke ujung dunia. Tapi aku yakin kalau binatang buas itu sudah mendapatkan apa yang menjadi miliknya,” Suster Theresia menggeleng. “Kamu tidak akan bisa menemukannya kecuali binatang itu yang mencarimu.”

1
🌺Ana╰(^3^)╯🌺
cerita ini benar-benar bisa menenangkan hatiku setelah hari yang berat.
Yue Sid
Gak sabar nunggu kelanjutannya thor, semoga cepat update ya 😊
Mochapeppermint: Thank you 😆
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!