Karena takut dikeluarkan dari sekolah dan dicabut beasiswanya, Dara terpaksa menyembunyikan kehamilan dan melahirkan bayinya di sekolah.
Dara tidak sendirian tapi dibantu oleh ayah sang bayi dan anggota geng motornya. Bisakah mereka menyembunyikan dan membesarkan bayi itu sampai mereka semua lulus sekolah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DHEVIS JUWITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masih Mengintai
Dara menunggu balasan dari Galang dengan menahan sakit, rasanya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Namun, Galang tak kunjung membalas pesannya.
"Pasti Galang masih mengerjakan soal," gumam Dara.
Akhirnya gadis itu berinisiatif untuk pergi ke basecamp geng motor Galang sendirian. Sebelumnya, Galang sudah memberitahu kalau Dara akan melahirkan di tempat itu.
Dengan langkah tertatih-tatih, Dara keluar dari area sekolah.
Mata-mata Adam segera melapor pada tuannya mengenai gerak-gerik Dara yang mencurigakan.
Pada saat itu, Adam masih berada di perusahaan dan tengah melakukan rapat penting. Sang asisten tidak berani mengganggu karena Adam tengah membicarakan proyek bernilai ratusan milyar.
Kali ini Dara benar-benar sendirian dan gadis itu hanya bisa menangis. Semua tidak sesuai dengan ekspektasinya.
"Apa nona baik-baik saja?" tanya supir taksi yang melihat mimik wajah Dara. Sedari gadis itu memesan taksi, sang supir merasa ada yang tidak beres.
"Tidak apa-apa, Pak," jawab Dara dengan seutas senyuman. Dia berusaha setenang mungkin supaya tidak mencurigakan.
Beberapa menit berlalu akhirnya Dara sampai di basecamp, gadis itu langsung membuka korset yang dipakainya. Dia pikir kalau cara itu akan mengurangi rasa sakitnya tapi ternyata rasanya sama saja.
"Ibu..." panggil Dara yang mengingat ibunya di kampung. Hampir setahun mereka tidak bertemu dan sekarang Dara akan melahirkan.
Beruntung Dara menyimpan nomor ponsel dokter Lala jadi gadis itu dengan cepat menghubungi dokter kandungan itu.
"Apa?" Dokter Lala merasa terkejut ketika mendapat panggilan dari Dara. Dia hari ini tidak ada praktek atau jadwal operasi di rumah sakit jadi dokter itu langsung menuju lokasi Dara berada sekarang.
"Ternyata bayinya lahir lebih cepat dari perkiraan, aku akan segera ke sana!"
Dara menutup panggilan dan merasa ada sesuatu yang merembes di antara kedua pahanya. Ternyata air ketuban sudah pecah dan Dara semakin merasa kesakitan.
Di sisi lain, bel sekolah baru berbunyi, Galang keluar dari kelasnya setelah mengumpulkan soal ujian.
"Akhirnya ujian selesai, kita harus merayakannya hari ini," ucap Satria merasa kesenangan.
"Bagaimana kalau kita ikut event balapan? Sudah lama kita tidak melakukannya, V seperti sudah mati karena kita vakum cukup lama," timpal Morgan.
"Akan aku pikirkan, kita kumpulkan anak-anak dulu," tanggap Galang.
Ketiga pemuda itu masih membicarakan rencana mereka untuk geng motor mereka, lalu Fiona datang mencari mereka dengan lari tergesa-gesa.
"Apa kalian melihat Dara?" tanya Fiona.
Galang menggelengkan kepalanya. "Aku baru saja mau mencarinya. Apa terjadi sesuatu?"
Pemuda itu langsung mengecek ponselnya, ada beberapa panggilan dan pesan dari Dara yang belum dia baca.
"Kita harus ke basecamp!" teriak Galang dengan panik setelah membaca pesan dari Dara itu.
Mereka menuju parkiran untuk mengambil motor mereka.
"Ayo, ikut bersamaku!" ajak Morgan seraya menggandeng tangan Fiona.
Tidak punya pilihan Fiona mengikuti Morgan naik ke jok belakang motor pemuda itu.
"Kau adalah gadis beruntung karena bisa menjadi orang pertama yang naik ke jok belakang motorku," ucap Morgan.
"Ish, kalau bukan karena Dara, aku tidak mau menjadi orang pertama," balas Fiona dengan kesal. Bisa-bisanya disaat genting membahas hal seperti itu.
Lagi-lagi pergerakan mereka diintai oleh geng Zayad, mereka masih penasaran dengan geng Galang sebelum dendam Inge terbalaskan.
"Kali ini kalian tidak akan bisa lolos," ucap Zayad dengan tersenyum sinis.