Bagaimana jika kamu yang seharusnya berada di ambang kematian justru terbangun di tubuh orang lain?
Hal itulah yang terjadi pada seorang gadis bernama Alisa Seraphina. Ia mengalami kecelakaan dan terbangun di tubuh gadis lain. Alisa menjalani sisa hidupnya sebagai seorang gadis bernama Renata Anelis Airlangga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caca Lavender, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 18
Para staff Arial memusatkan perhatian mereka pada seorang gadis dengan ID card bertuliskan ‘Renata Anelis’.
Mereka tidak menyangka, gadis gemuk yang bergabung sebagai seorang penyanyi di agensi tempat mereka bekerja, kini berubah menjadi gadis dengan paras cantik dan berbadan ideal hanya dalam waktu kurang dari tiga bulan saja.
‘Lihat kerja kerasku selama ini’, batin Rena yang menyadari tatapan dari seluruh staff.
Gadis itu menuju ruangan CEO yang terletak di lantai teratas gedung Arial. Langkahnya yang begitu ringan dan ceria membuat semua orang terpana dengannya. Bahkan beberapa aktor dan model yang berpapasan dengannya juga ikut terpesona.
Rena memasuki ruangan Romeo, CEO Arial Entertainment, diantar oleh sekretaris pribadi CEO itu. Romeo dan Andrea duduk berhadapan di sofa ruangan itu. Mereka berdua terlihat seperti sudah menunggu kedatangan Rena.
“Wah…, ini sangat mengejutkan!” seru Romeo setelah melihat kedatangan Rena.
“Kamu benar-benar terlihat berbeda, Rena!” sahut Andrea yang juga terpana melihat perubahan penampilan Rena.
Rena hanya membalas ucapan mereka dengan senyum tipis. Gadis itu duduk di sebelah Andrea, bersiap untuk mendengar maksud dirinya diminta datang hari ini.
“Jadi, apa Tuan Romeo akan mendebutkan saya?” tanya Rena to-the-point.
Romeo tidak langsung menjawab, CEO Arial itu tampak melempar pandangan kepada Andrea.
“Saya sudah memenuhi syarat. Suara, kecantikan, tubuh yang ideal, saya sudah punya semuanya,” lanjut Rena dengan nada santai.
Romeo berdeham sebelum mulai berbicara, “kami sudah mendiskusikan tentang debutmu, Rena. Jay sudah punya draft lagu untuk jadi lagu debutmu. Besok kita akan mulai workshop untuk lirik dan demo lagu.”
Rena tersenyum senang mendengar hal itu. Ia merasa pantas mendapatkan kesempatan untuk debut sebagai penyanyi solo, bukan karena keberuntungan, melainkan karena kerja kerasnya selama ini.
...----------------...
Setelah mendiskusikan beberapa hal, Rena pun keluar dari ruangan Romeo. Gadis itu memasuki lift dan menekan tombol lantai 1. Ia berdiri sendirian di dalam lift yang sedang turun itu, hingga lift berhenti di lantai 10.
Ting!
Pintu lift terbuka, lalu seseorang masuk ke dalam lift. Rena yang sedari tadi menunduk memainkan ponsel pun reflek mendongak.
Deg!
Bola mata Rena membola sempurna ketika menyadari siapa yang baru saja memasuki lift. Seseorang yang beberapa kali sempat ia hindari ketika berada di Arial.
Nathaniel Alexander.
Mata mereka berdua sempat bertemu pandang, tapi hanya sedetik saja. Nathan memutus tatapan mereka seolah-olah mereka tidak saling mengenal. Hingga pintu lift tertutup pun, mereka hanya berdiri diam bersebelahan.
Rena sesekali melirik canggung ke arah Nathan yang kini sedang bermain ponsel. Ia tidak ingin menghindar lagi, tapi ia masih ragu untuk menyapa lebih dulu. Bagaimanapun juga, mereka sama sekali tidak dekat.
“Kakak tidak ingat denganku?”
Nathan yang mendengar suara dari gadis di sampingnya itu pun lantas menoleh. Lelaki itu berpikir jika gadis di sebelahnya ini sedang berbicara dengan orang di telepon. Namun, gadis itu hanya menggenggam ponsel tanpa didekatkan di telinga. Itu berarti ia lah yang diajak berbicara.
“Maaf?” ucap Nathan sopan sambil menatap bingung gadis di sebelahnya.
Rena langsung menoleh hingga tatapan mereka berdua bertemu. Gadis cantik itu tersenyum manis, lalu tangannya bergerak menunjukkan ID card yang ia pakai.
Nathan mengernyit bingung sembari membaca ID card itu, tapi sedetik kemudian lelaki itu membelalakkan matanya terkejut.
“Renata?!” seru Nathan tidak percaya.
Senyum Rena semakin mengembang setelah Nathan mengenalinya.
“Ini benar-benar kamu?!” ucap Nathan sambil melihat penampilan Rena dari atas hingga ke bawah.
“Kamu tampak berbeda,” gumam Nathan, “sangat cantik.”
Suara pelan Nathan yang masih bisa didengar itu mampu membuat kedua pipi Rena memerah malu.
“Aku mencarimu ke seluruh gedung Arial, tapi tidak pernah bertemu, padahal kita berada di agensi yang sama. Kemana saja kamu selama ini?” ujar Nathan menggebu-gebu.
Hati Rena serasa berbunga-bunga melihat Nathan yang tampak sangat bersemangat untuk berbicara dengannya.
“Aku belum ada pekerjaan sejak rekaman soundtrack terakhir,” jawab Rena yang tidak sepenuhnya bohong.
Tidak mungkin ia mengaku kalau sebenarnya selama ini, dirinya selalu menghindari Nathan.
Ting!
Suara pintu lift terbuka mengganggu acara reuni Nathan dan Rena. Terlalu asyik berbincang, mereka sampai tidak sadar jika lift sudah sampai di lantai terbawah gedung. Rena pun segera keluar lift mendahului Nathan.
“Ayo makan siang bersama,” ajak Nathan setelah berhasil menyusul di samping Rena.
Rena pun mengangguk setuju. Setelah itu, mereka berdua pergi menuju kafetaria Arial yang terletak tidak jauh dari tempat mereka sekarang. Hari ini adalah hari minggu, yang artinya gedung Arial tidak dibuka untuk umum, sehingga kafetaria tampak sepi.
Nathan memesan sebuah burger dan es americano, sedangkan Rena hanya memesan smoothie. Walaupun berat badan gadis itu sudah turun, tapi ia harus tetap mempertahankan pola makannya.
Setelah mendapatkan pesanan, Nathan dan Rena duduk di salah satu bangku yang terletak di dalam kafetaria. Mereka berdua duduk berhadapan sambil memakan makanan masing-masing.
“Bagaimana sekolahmu?” tanya Nathan memulai percakapan.
“Aku sudah lulus,” jawab Rena.
“Benarkah? Selamat!” seru Nathan.
“Terima kasih. Predikat lulusan dengan nilai ujian terbaik, ngomong-ngomong,” ucap Rena menyombongkan diri.
Nathan tertawa pelan, “kamu pasti sangat pandai.”
Rena diam sejenak, “hmm…, tidak juga.”
“Lalu, kamu akan melanjutkan kuliah dimana? Oh, atau kamu mau fokus bernyanyi?” tanya Nathan yang masih penasaran dengan segala hal tentang Rena.
‘Fokus bernyanyi? Aku akan dipukuli habis-habisan oleh papa jika benar-benar melakukan itu,’ batin Rena miris.
“Aku akan lanjut kuliah kedokteran,” jawab Rena jujur.
“Wah, hebat sekali. Kamu pasti akan sangat sibuk nanti.”
“Bagaimana dengan Kak Nathan? Apa kesibukan kakak akhir-akhir ini?” giliran Rena yang bertanya.
“Masih promosi film ’Deathless’. Kemarin lusa, aku baru saja kembali dari luar kota untuk acara meet and greet,” jawab Nathan.
Rena hanya menganggukkan kepala paham. Ia tahu tentang meet and greet itu, karena Leo juga turut menghadirinya.
Mereka berdua pun lanjut mengobrol ringan. Bahkan setelah makanan mereka habis, Nathan dan Rena masih terus berbincang hingga satu jam lamanya.
“Eum, Kak Nathan, ini sudah sore, aku harus pulang,” ucap Rena.
Nathan melihat jam tangannya, “huh… padahal aku masih ingin berbicara denganmu.”
Rena tertawa pelan, “kita masih bisa bertemu di hari lain.”
Nathan menghela napas panjang. Mereka memang bisa sering bertemu setelah ini, tapi tetap saja, Nathan masih merasa berat hati untuk berpisah sekarang.
“Dimana rumahmu? Biar aku antar kamu pulang,” tawar Nathan.
“Eh, tidak usah,” tolak Rena seketika, “aku sudah dijemput.”
Nathan mengernyitkan dahi sambil menatap Rena penuh selidik, “dijemput siapa?”
Rena sempat tertegun dengan ucapan posesif lelaki itu, “sopir pribadiku.”
“Oh, baiklah,” ucap Nathan.
Rena berpamitan untuk pergi lebih dulu. Nathan dan Rena sama-sama tersenyum manis sambil melambaikan tangan masing-masing.
‘Aaaa!! Lesung pipitnya manis sekali!’ pekik Rena dalam hati.
...----------------...
Hai readersss... Seperti biasa, jangan lupa like dan komen yaaa ♥