Bagaimana perasaan mu jika atasan mu tiba-tiba mengajak mu menikah ?
Syok tentu nya , hal itu juga dirasakan oleh wanita cantik bernama Renjana Ayudhisa atau yang biasa dipanggil Echa .
"Ayolah Cha , menikahlah denganku .. akan ku limpahi hidupmu dengan kekayaan ku" - Pandu Aksara Malik
"Daripada menikah dengan anda lebih baik saya menjadi perawan tua "- Renjana Ayudhisa
Bagaimana kisah kehidupan keduanya ? Lika-liku apa yang harus mereka hadapi ?
Simak kelanjutan ceritanya ....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna_Ama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19. Big Family
Mendengar cucu laki-laki nya akan menikah , Kakung Agung dan uti Tami yang berencana ingin berangkat ke Jakarta lusa menjadi mempercepat keberangkatannya saat itu juga setelah selesai mendapat telepon dari ibu Sari .
"Ayo kung , ndang budhal sak Niki mawon ... ( ayo kung , berangkat sekarang saja ..)" kata uti Tami dengan antusias nya
"Sabar ti , Parjo nengdi kok Ra ketok ? ( sabar ti , Parjo dimana kok gak kelihatan ?)" tanya Kakung Agung mencari keberadaan sopir pribadi nya
"Retnooo ...." teriak Kakung Agung memanggil ART yang bekerja dirumah nya .
"kulo pak , sekedap ...( saya pak , sebentar )" sahut Retno seraya berlari tergopoh-gopoh dari arah dapur .
"Parjo nengdi? , Ndang Tulung celukno . Aku Karo uti arep budhal Jakarta Saiki ..( Parjo dimana ? Cepat tolong panggilkan . Aku sama Uti mau berangkat ke Jakarta sekarang ..)" perintah Kakung Agung .
"Njih pak , Kulo padoske Parjo rumiyen ( ya pak , saya carikan Parjo dulu )" , ujar Retno lalu berlalu untuk mencari keberadaan Parjo .
Sembari menunggu Parjo , Uti Tami kembali ke kamar untuk mempersiapkan koper berisi baju yang akan dibawa nya .
.
Tak berselang lama Parjo datang dari arah luar dan berjalan menghampiri Kakung Agung dan Uti Tami .
"Ngaputen pak , panjenengan madosi Kulo ?(Maaf pak , anda mencari saya ?)" ucap Parjo
"iyo , Ndang siapke mobil . Awakdewe budhal Jakarta Saiki .( iya , buruan siapkan mobil . Kita berangkat Jakarta sekarang )" titah Kakung Agung
"Njih pak ( baik pak )" sahut Parjo kemudian berbalik badan dan melangkah menuju garasi .
Setelah Parjo pergi Kakung Agung segera menyusul istri nya ke kamar dan membantu packing-packing koper yang akan mereka bawa .
.
Perjalanan yang ditempuh dari Jogja-Jakarta hanya memakan waktu sekitar satu jam sebab menggunakan jalur udara , karena Eyang Agung dan Uti hanya meminta Parjo mengantarnya sampai bandara .
Setelah tiba dibandara Jakarta , Kakung dan Uti pun segera dijemput oleh sopir pribadi keluarga ayah Matheo .
.
Sedang dimansion Ayah Matheo , Echa masih ada disana atas permintaan Ibu Sari untuk ikut makan malam dan membantu nya memasak . Sebenarnya Ibu Sari bisa saja menyuruh ART untuk memasak, hanya saja ibu Sari ingin lebih dekat dengan calon menantu nya .
"Nduk .." panggil ibu Sari dengan suara lemah lembut saat kedua nya sedang memasak berdua didapur .
"Iya nyonya .. " sahut Echa
Ibu Sari tersenyum simpul . Calon menantu nya ini ternyata masih kaku untuk memanggilnya Ibu .
"Ibu nduk .. Panggilnya ibu " kata Ibu Sari mengingatkan
"Maaf nyo-maksud saya ibu ", ucap Echa terbata-bata .
"Nduk tolong ambilkan ibu , piring disana .." pinta ibu Sari seraya menunjuk rak piring dengan dagu nya .
Echa mengikuti arah yang ditunjuk Ibu Sari , kemudian mengangguk dan segera melangkahkan kaki nya menuju rak piring .
"Yang ini Bu ?" tanya Echa sambil memperlihatkan piring yang diambilnya pada ibu Sari .
"He'em , bawa sini nduk " , Echa segera membawa piring itu pada Ibu Sari .
Lalu kedua nya mulai menyajikan makan malam diatas meja .
"Bi Minahh ..." panggil Ibu Sari
"Iya nyonyaa " sahut bi Minah seraya berjalan menghampiri majikannya
"Ada yang bisa dibantu nyonya ?" tanya bi Minah
"Tolong Panggilkan suami dan anak saya ya bi , bilang kalo makan malam sudah siap ". Titah ibu Sari
"Baik nyah ". Kemudian bi Minah segera memanggil Ayah Matheo dan Pandu .
.
Tak berselang lama mereka datang dan segera duduk dikursi meja makan .
Ibu Sari bergegas mengambilkan makan untuk suami nya . Sedang Echa bingung ingin melayani Pandu atau tidak .
"Cha , bisa tolong ambilkan saya makan ?" pinta Pandu
"Iy-iya mas " jawab Echa dengan canggung . Kemudian ia mengambil piring dan mengisi nya nasi dan lauk serta sayuran yang dia masak tadi dengan calon mertua nya .
"Ini mas " ucap Echa seraya meletakkan piring nasi dihadapan Pandu
"Terimakasih sayang ..." kata Pandu sembari menyunggingkan senyum tampannya .
Echa membalasnya dengan tersenyum tipis . Setelah itu Echa mengambil makan untuk dirinya sendiri .
Makan malam berjalan dengan tenang tanpa ada nya obrolan hingga selesai .
"Bu , Pandu mau antar Echa pulang dulu " ucap Pandu seraya menaruh gelas yang baru saja ia pakai minum .
"Apa gak nginap disini saja , sudah malam " kata Ibu Sari
"Lain kali saja bu , kasihan adik saya nanti sendirian dirumah " tolak Echa halus
"Ya sudah , jangan sungkan-sungkan untuk main kesini ya nduk " ucap Ibu Sari
"Iya ibu " sahut Echa seraya menyunggingkan senyum manis nya .
Kemudian ia berpamitan pada ayah Matheo dan ibu Sari dengan mencium takzim tangan calon mertua nya itu .
"Bawa mobil pelan-pelan " Ayah Matheo memperingati
"Siap yah .."
"Echa pamit dulu ayah ibu " pamit Echa
"iya hati-hati ya nduk " kata Ibu Sari lalu memeluk tubuh ramping Echa , dan Echa juga membalas pelukan itu .
Saat pelukan dua wanita beda generasi itu terurai , tiba-tiba mobil yang dikendarai sopir pribadi ayah Matheo masuk kedalam pelataran mansion .
Setelah mobil itu terpakir digarasi , turunlah Kakung dan Uti .
"Ayah .. Ibu ?" cicit Ibu Sari kemudian berjalan menghampiri kedua orang tua nya dan mencium takzim tangan mereka .
"Mana calon cucu mantu ku ?" seru Uti Tami dengan antusias nya seraya berjalan cepat mendekati Pandu dan Echa .
Sedang Echa yang melihat kedatangan kakek dan nenek Pandu langsung merasa canggung .
"Apa ini calon cucu mantu ku ?" tanya Uti Tami seraya melirik kearah Pandu
Dan Pandu menganggukkan kepala nya dan meraih tangan Uti Tami dan mencium takzim . Lalu Echa segera melakukan hal sama dengan yang Pandu lakukan .
"Ya Allah ayune Jan koyo widodari ..( Ya Allah cantiknya seperti bidadari )" puji Uti Tami seraya mengusap puncak kepala Echa saat wanita itu mencium tangannya .
"Endi ti , calon cucu mantu ne awak Dewe ? (Mana ti , calon cucu mantu kita ?)" ujar Kakung Agung lalu menatap Echa dari ujung rambut hingga ujung kaki .
"Ho'oh ti , ayu tenan bocahe (benar ti , cantik sekali orangnya )" imbuh Kakung Agung .
Sedang Echa tersenyum kikuk dipuji oleh kedua orang tua ibu Sari .
"Kakung , Uti perkenalkan ini calon istri Pandu nama nya Echa ". Ucap Pandu lalu merangkul pinggang ramping Echa .
"Ngobrolnya didalam saja , gak enak kalo sambil berdiri begini apalagi didepan pintu .. Yukk" ajak Ibu Sari kemudian mengajak suami dan kedua orang nya serta Echa dan Pandu untuk kembali masuk .
Mereka mengangguk dan segera menuruti kata Ibu Sari . Echa yang berjalan dibelakang sendiri langsung menarik lengan Pandu .
"Mas .." bisik Echa
"Hm?" sahut Pandu berdehem
"Echa takut .." bisiknya lagi seraya menghentikan langkah nya , Pandu pun juga terpaksa menghentikan langkah kaki nya dan menatap Lamat wajah cantim Echa .
"Apa yang kamu takutkan hm?" ucap Pandu lembut
"Takut ditolak sama keluarga besar saya ?" tebak Pandu
Echa menganggukkan kepala nya
Pandu menghela nafas pelan lalu menggenggam jemari lentik Echa .
"Cha ,bukankah kamu sudah lihat sendiri kan . Bagaimana Kakung dan Uti juga menerima kamu dengan tangan terbuka , apa kamu gak lihat bagaimana wajah bahagia nya mereka saat tau saya akan menikah ? Apalagi yang kamu takutkan hm? Cukup percaya sama saya , semua baik-baik saja ". Ucap Pandu lembut lalu kembali menarik Echa agar kembali masuk kedalam mansion .
"Yuk masuk , pasti mereka sudah menunggu kita ".
.
.
.