Naura ayu harus menelan pil pahit ketika calon suaminya arfan harlan berselingkuh dengan seorang wanita bernama elviana stefany, padahal beberapa hari lagi mereka akan menikah.
Naura pun mencari tahu siapa wanita yang menjadi selingkuhan calon suaminya itu, dan ternyata ia adalah wanita bersuami akhirnya mau tak mau naura mengadu pada suami elvi yang ternyata adalah jendral arsyad. pria dimasa lalunya.
Siapa jendral arsyad itu ? apa hubungan mereka berdua dimasa lalu ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Saidah_noor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku hanya ingin anakku tahu.
Beberapa tahun lalu ...
Ketika foto jendral dan naura tersebar dilingkungan sekolah. Kedua orang tua mereka dipanggil kesekolah, dengan tatapan nanar jendral menatap ke arah bunda astrid yang ada dihadapannya.
Sepasang remaja itu hanya menunduk malu melihat situasi yang mulai menegang, sedangkan kepala sekolah menceritakan tentang foto menggemparkan disekolah tersebut.
" Aku tak setuju mana bisa mereka menikah. Jendral masih muda " ucap ibu jendral bernama siska dengan murka. Dadanya kembang kempis dengan matanya yang memicing menatap dua remaja itu.
" Tapi ini demi kebaikan mereka juga bu" sahut kepala sekolah tersebut dengan tenang.
"Lagi pula nak jendral sendiri yang mendekati anak saya mana bisa dia tidak bertanggung jawab. Bagaimana jika anak saya hamil?" ucap bunda astrid menatap bu siska dengan alis berkerut.
" Ini karena anak ibu yang kegatelan didik yang baik dong bu" bantah bu siska dengan nada sinis sembari menunjuk ke arah naura yang masih menundukkan kepalanya.
" Mah! Sudahlah biarkan mereka menikah" ucap papa jendral bernama Askara itu menyudahi kemarahan sang istri.
" Iya bu! Lagipula ini sudah masa tenang ujian sekolah. Jadi mereka bisa dinikahkan segera, sebelum hari perpisahan dan pelepasan siswa" timpal kepala sekolah.
Suasana diruang guru mulai tenang, setelah akhirnya kesepakatan pernikahan mereka pun akan dilaksanakan. Bunda astrid memeluk naura, lalu berganti pada jendral yang menjabat dan mencium punggung tangan wanita yang membesarkan naura itu.
" Nak! Tolong jaga naura baik-baik, jika sudah tidak cinta kembalikan dia pada bunda dalam keadaan baik juga. Karena cinta itu mudah luntur jadi jangan hanya mencintainya, tapi juga mengasihinya. Kelak kau akan tahu bahwa kesalahan dimasa lalu akan membuatmu menyesal dimasa depan, jadi jangan ulangi kesalahan lagi" ucap bunda astrid pada jendral dengan senyum tulusnya.
" baik bunda " sahut jendral membalas senyum tulusnya.
Masa kini ...
Nasehat bunda astrid saat diruang guru itu masih terngiang di telingan jendral. Lelaki itu mendekat dan menjabat tangan wanita paruh baya itu. Dengan rasa penyesalan yang teramat, hingga tak sadar air matanya jatuh begitu saja.
" Maafkan aku bunda !" ucap jendral dan bunda astrid mengusap punggung lelaki itu dengan lembut dan iba.
Dua anak itu hanya melihat mereka dengan wajah bingung, karena baru kali ini om itu datang ke panti.
" Nenek kenal sama om jendral ?" tanya jena penasaran apalagi saat melihat mata om itu basah.
"Kenal dia_" ucapan bunda astrid terhenti ketika jendral menggenggam tangannya kuat lalu menggelengkan kepalanya saat melihat lelaki itu.
" Om temannya mama naura "ucap jendral menjawab rasa penasaran dua anak itu yang memajukan bibir mereka menyerupai huruf O.
" Nenek!" suara teriak gala memanggil dari dalam rumah.
Semua melihat ke arah pintu saat mendengar suara gala yang keluar dari dalam. Anak lelaki itu terkejut kala om yang biasa datang padanya ada diteras bersama nenek dan dua saudaranya.
"Hah! kok om ada disini sih?" tanya gala dengan wajah cemas takut om itu melakukan hal buruk pada sang nenek.
" Ga! lihat apa yang aku bilang om jendral itu orang baik. Nenek aja kenal katanya 'om itu temannya mama naura'" ujar jena memberitahukan gala.
Anak lelaki itu semakin terkejut mendengar ucapan jena. Teringat sikapnya yang menolak pemberian dari lelaki dewasa tersebut.
" Bener itu nek?" tanya gala meminta kebenaran pada bunda astrid yang wanita paruh baya itu benarkan dengan anggukan.
Rasa tak enak hati pun merayap di wajah anak lelaki itu membuatnya menunduk malu.
" Maaf-in gala om, kirain om itu penjahat " ujar gala mendekat ke arah jendral yang lelaki itu anggukan.
" Gak apa apa " ucap jendral tersenyum sembari mengusap puncak rambut anak lelaki itu.
...****************...
Sore hari itu, arfan menunggu naura pulang ditempat biasa. Lelaki itu berseringai saat wanita yang ditunggunya sudah keluar.
Ia turun dari mobilnya, lalu mendekat ke arah naura yang menatapnya kesal. Hendak pergi arfan segera menariknya untuk masuk ke dalam mobil.
" Eh, mau lo apain temen gue ?" teriak reva membuat semua menatap ke arah arfan dengan curiga.
" Kita mau bicara aja" sahut arfan, sebelum menjadi samsak orang-orang disana.
" Aku gak apa-apa kok" ujar naura membuat reva dan lainnya membiarkan arfan membawa naura.
Naura pun masuk kedalam mobil arfan tanpa adanya halauan dari rekan kerja. Setelah beberapa menit naura menyadari sesuatu lelaki itu membawa naura kesebuah jalan yang sepi.
" Mau apa kita kesini?" tanya naura dengan melirik kekanan kekiri jalan dan wajah yang mulai panik.
" Menurut kamu apa lagi, selain bersenang senang" ujar arfan menoleh ke arah naura dengan mengedipkan sebelah matanya tersenyum nakal sambil terus melajukan mobilnya.
Naura membuka pintu mobil namun tak bisa terbuka, karena arfan sudah menguncinya. Tawa lelaki itu pun menggema membuat wanita itu ketakutan.
" Jendral juga sudah pernah sentuh. Aku juga mau" ujar arfan ditengah tawanya.
" Dasar pria brengsek!" umpat naura dengan tangan yang segera melepas seatbelt lalu merebut stir dari lelaki itu membuat laju mobil menjadi oleng.
" Aku lebih baik mati dari pada kamu sentuh" ujar naura menggertakkan giginya dengan suara meninggi.
" Wanita sialan!" umpat arfan yang tak bisa menjaga keseimbangan laju kendaraan tersebut.
Bruk
Mobil mereka berhenti menabrak gundukan tanah membuat keduanya terpental ke depan. Meski kepalanya nyeri naura meraba raba membuka pintu mobil.
Tangan lelaki itu mendorong tubuh naura agar kembali ke tempat duduknya. Sayangnya pintu mobil terbuka dan wanita itu bergegas turun.
" Sialan!" umpat arfan yang langsung menyalakan mobilnya kembali untuk mengejar naura yang berlari ke arah belakang.
Arfan memutar balik mobilnya dan mengejar naura. Mobil yang ia beli dengan harga miliaran itu sudah tak ia pedulikan yang ada difikirannya sekarang adalah menabrak wanita itu.
Naura berlari dengan sisa tenaga dan berbelok ke arah gang sempit untuk menghindari arfan. Dan benar saja mobil itu berhenti.
...****************...
Disisi lain jendral masih anteng dengan jena. Ia mulai betah tinggal dirumah yang penghuninya lebih banyak anak-anak.
Jena pun merasa senang ada jendral yang menemaninya belajar dan mereka mulai akrab. Namun tidak dengan gala yang selalu cuek membuat bunda astrid yang melihatnya pun keheranan.
" Nak jendral !" panggil wanita paruh baya itu menatap jena yang duduk dipangkuan jendral dengan antengnya.
" Iya bun" sahut jendral mendudukkan jena di lantai.
Jendral menghampiri wanita paruh baya itu dan duduk disampingnya.
" Ada apa bun?" tanya lelaki itu.
" Kenapa masih disini? Apa tak mengganggu pekerjaan kamu ?" tanya bunda dengan suara lembutnya.
" Sebentar lagi bun! Masih betah" jawab jendral mulai merasa tak enak lalu menundukkan wajahnya.
" Bukannya bunda mengusir kamu, tapi takut naura tiba-tiba pulang itu saja" jendral menatap bunda astrid ia tak berfikir ke arah sana.
Memang benar jika naura melihatnya disini sudah pasti mantan istrinya itu akan melarangnya bertemu dengan sang anak.
" Aku hanya ingin anakku tahu bu bahwa aku adalah ayahnya" ucap jendral dengan suara ragu, namun matanya menatap ke arah jena.
" Naura punya anak dari aku kan bun?" pertanyaan jendral membuat wanita paruh baya itu terkejut.
Dan yang paling mengejutkannya adalah ia menatap ke arah jena bukan gala yang tengah sibuk dengan buku Aritmatikanya.
Apa bunda akan jujur siapa anak kandung jendral?
jgn lupa mampir ceritaku yaa
semangat up thor...