Hai Bos!

Erland menatap datar Jacinta yang berdiri seolah menantang di depannya. Penampilan gadis ini sangat jauh berbeda. Setelah resign, Erland sudah tidak pernah bertemu lagi. Hampir dua minggu.

Sekilas dia melirik Laura yang ternyata sedang menatapnya juga dengan tatapan marah(?) Tapi segera gadis itu palingkan. Erland mengulum senyumnya.

Satu rencana untuk menggoda gadis itu muncul tiba tiba di dalam kepalanya.

Mata Jacinta mengikuti arah tatapan Erland. Hatinya jadi sewot .

"Kenapa dia masih di sini?" lirihnya menahan kesal.

"Kenapa? Dia sedang mengerjakan tugasnya." Erland menyilangkan kakinya sambil menatap lurus pada Jacinta.

"Erland.... Aku ingin kita bicara berdua saja," rengeknya agak manja.

"Tinggal bicara saja."

Jacinra menghembuskan nafas kesal. Tiga tahun dia bekerja jadi sekretaris laki laki dingin dan datar ini., sikapmya sampai hari ini ngga berubah juga.

Tidakkah sedikit pun dia tertarik padanya?

Jacinta juga dari keluarga dengan sosial ekonomi yang di atas rata rata. Walau tidak sekaya raya keluarga Erland, tapi dia punya prestasi genilang saat menjabat sebagai sekretaris laki laki yang sudah lama dia taksir. Karena itu Jacinta berani mengirimkan banyak tanda suka pada Erland.

Walaupun menjadi sekretaris Erland atas rekomendasi papinya pada papi Erland, tapi Jacinta tidak memalukan papinya.

Beberapa bulan di tahun ketiganya, papinya memintanya menikah dengan anak relasi bisnisnya.

Mungkin karena putus asa terhadap Erland, Jacinta menerimanya. Tapi di hari hari terakhir, Jacinta minta dibatalkan. Karena dia ingin mencoba lagi mendapatkan Erland, dengan mengubah penampilan menjadi lebih berani.

"Aku tidak jadi menikah. Bisakah aku mendapat kesempatan?" Tangannya mulai menarik tali dasi Erland lembut.

Erland tersenyum miring

Laura menahan nafas

Pantas saja Nathalia benci sekali pada Jacinta. Tapi si bos mesumnya ini seperti menikmatinya. Laura misuh misuh dalam hati. Matanya sesekali mencuri lihat ke arah bosnya yang sedang live di depannya bersama kekasihnya.

Dia jadi teringat Nevia. Sudah ngga sabar untuk bisa memarahi sahabatnya itu. Teganya sudah menjerumuskannya ke tangan bos mesum yang masih merupakan sepupunya.m itu

"Bukannya kamu juga single? Papi ngga keberatan ketika aku membatalkan pernikahanku, karena aku mengatakan menyukaimu."

"Kenapa bukan Abiyan saja?" tawar Erland sambil sengaja mendekatkan wajahnya ke arah Jacinta.

Jacinta terpaku, ngga mengelak. Dia ngga menyangka reaksi Erland cukup agresif membalas tindakannya tadi.

Wajah mereka semakin dekat, Jacinta menahan nafasnya

Erland akan menciumnya di depan sekretarisnya?

BRUK

Erland dan Jacinta serentak menoleh karena mendengar suara tumpukan berkas yang jatuh.

Erland tersenyum miring melihat sekretarisnya yang tampak kerepotan mengambil kertas kertas yang berhamburan dari mapnya di lantai.

Sedangkan Jacinta menatap kesal. Momen romantis yang akan terjadi sebentar lagi tadi rusak sudah karena kecerobohan gadis itu.

Kualifikasinya apa, sih, sampai bisa jadi sekretaris? Ceroboh gini, omelnya dalam hati. Setidaknya dia lulusan kampus luar negeri saat menjadi sekretaris Erland

Laura sendiri mengutuk dirinya habis habisan, karena sangat terkejut melihat bosnya yang akan berci uman dengan Jacinta. Dia tanpa sengaja menyenggol tumpukan map hingga menimbulkan suara yang cukup keras.

"Kamu bisa kerja, ngga, sih?" omel Jacinta kesal

Laura ngga menanggapi. Terus saja memungut kertas kertas itu dan memasukkannya ke dalam map masing masing.

Merepotkan sekali, umpatnya dalam hati, penuh sesal. Hatinya ngga henti hentinya menyalahkan sikap keponya yang membuat dia jadi kesusahan begini

Harusnya dia biarkan saja. Bosnya mau ci uman atau bahkan berbuat lebih dari itu. Tapi kenapa hatinya sedikit merasa ngga rela.

"Lebih baik kamu pulang," usir Erland sambil memutar balik kursinya menghadap kembali ke arah meja kerjanya. Pekerjaannya masih sangat banyak. Dia kembali fokus dengan layar laptopnya.

"Erland. Aku serius. Aku... Aku mencintai kamu," ucap Jacinta dengan suara bergetar. Bodoh amat sekretaris Erland mendengarnya.

Kalo kode kode ngga dimengerti laki laki ini, Jacinta berharap pernyataan terus terangnya bisa membuat laki laki tampan ini mempertimbangkannya.

Jacinta menatap sedih. Padahal dia sudah merubah penamalpilannya jadi lebih seksi, seperti model atau relasi yang suka merayu Erland, tapi Erland ngga memberikan respon yang dia harapkan.

Apa karena ada sekretarisnya ini? batinnya menduga kesal.

"Baik, aku pulang. Tapi aku ngga akan menyerah Erland," ucapnya dengan kekesalan yang nyata karena Erland hanya diam saja.

Jacinta pun berbalik pergi dengan langkah cepat. Tapi dia sempat melirik sebal pada sekretaris Erland yang ngga selesai selesai merapikan kertas kertas itu.

Amatir banget, batinnya meremehkan.

Setelah pintu tertutup Erland menatap Laura yang masih menyusun kertas kertas itu.

Dia berdiri dan melangkah perlahan mendekat.

Senyum miringnya terukir melihat gadis itu belum sadar dengan kedatangannya.

Tangannya bergerak usil melepaskan cepolan gadis itu, membuat rambut indah bergelombangnya terurai.

Penampilannya saat ini hampir sama persis seperti saat Erland membawanya ke kamarnya di club celaka itu.

Cantik, batinnya memuji ketika melihat tatapan marah gadis itu.

Dia tiba tiba merindukan gadis itu

Tangannya reflek menyibakkan rambut yang terurai di depan wajah Laura yang sempat terpaku karenanya. Keduanya saling bertatapan, tapi ngga lama kemudian Laura mengalihkannya dengan rona merah di pipi.

Erland menyeringai, senang melihat warna dadu di pipi halus gadis itu.

"Kalo kerja yang cepat. Nggak efisien banget," ejeknya sambil membantu Laura merapikan isi beberapa map iitu

Sesaat tadi jantung Laura seakan berhenti berdetak. Kelakuan bos mesumnya di luar nalar.

Tapi dia segera tersadar mendengar kalimat yang meremehkannya itu.

"Jangan suka kepo dengan urusan orang. Gara gara kamu, saya ngga jadi ci uman tadi," sergah Erland sebelum Laura melontarkan makiannya..

Laura sampai ternganga mendengarnya.

Dasar bos mesum!

"Jangan lebar lebar. Nanti masuk lalat." Jari telunjuk dan jempol Erland menutup lembut bibir yang masih terbuka itu.

Jantung Laura berdetak keras. Sen tuhan Erland menghipnotisnya. Seperti malam itu. Untung dia berhasil menyelamatkan diri.

Seakan ngga menpedulikan akibat yang ditimbulkan dari tindakan spontannya, Erland dengan cepat membantu mengumpulkan kertas kertas penting yang masih berserakan itu.

Saat Laura akan mencepol rambutnya, Erland menahan tangannya.

"Jangan. Biarkan seperti ini."

Netra mereka kembali beradu pandang.

"Sesekali biarkan rambutmu tergerai."

Erland bangkit dari duduknya, dan melangkah pergi ke kursi kerjanya. Seakan akan barusan ngga terjadi apa apa.

Jantung Laura berdetak ngga normal. Dia menatap nanar laki laki itu.

Apa, sih, maksudnya?

Laura tetap membiarkan rambutnya terurai, seolah kehipnotis dengan permintaan bos mesumnya.