NovelToon NovelToon
Reborn To Revenge

Reborn To Revenge

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Reinkarnasi / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:545
Nilai: 5
Nama Author: Lynnshaa

Seorang siswa SMA yang bernama Revan Abigail adalah siswa yang pendiam dan lemah ternyata Revan adalah reinkarnasi seorang Atlet MMA yang bernama Zaine Leonhart yang ingin balas dendam kepada Presdirnya.
Siapakah Zaine Leonhart yang sebenarnya? mengapa Zaine melakukan Reinkarnasi? Rahasia kelam apa yang disembunyikan Presdir itu?
Ikuti misteri yang ada di dalam cerita ini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lynnshaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5 - SELANJUTNYA

Revan mulai merasa dunia sekelilingnya semakin aneh. Di satu sisi, dia masih mengingat kehidupannya sebagai Revan Abigail yang sangat culun dan juga sering di rundung saat masih SMP. Tapi, di sisi lain, dia juga merasakan ada sesuatu yang lebih besar yang menguasai tubuhnya. Otot-ototnya yang lebih sedikit keliatan, refleks pun sedikit cepat walaupun tubuhnya kurus, dan tentu saja, suara Zaine yang terus mengganggu pikirannya.

Di UKS, Farel duduk di bangku sebelah Revan, masih tertawa-tawa melihat keadaan temannya yang semakin tak karuan. "Revan, lo beneran jadi aneh, deh. Tadi lo pingsan selama tiga hari, terus sekarang kok bisa jadi kayak habis berlatih 1 bulan gini?"

Revan memutar bola matanya, berusaha menahan rasa malu. "Gue juga nggak tahu, rel. Serius, gue nggak ngerti apa yang terjadi. Ini kayak… efek samping pingsan aja."

Farel menatapnya dengan serius. "Efek samping pingsan? Apa lo pikir pingsan itu kayak obat yang bisa bikin otot-otot lo jadi besar? Revan, ini jelas nggak masuk akal."

Rafa yang duduk di sudut ruangan UKS mendengus pelan, lalu berkata dengan nada serius, "Gue juga nggak ngerti sih, tapi lo sekarang jadi kelihatan kayak orang yang habis latihan MMA semalam."

Farel terkejut saat ada Rafa karena dari awal Rafa tidak ada di sana.

"RAFA?! KENAPA LO ADA DISINI?!" tanya Farel sambil menghela nafas karena jantungnya sedikit copot.

"Apa-apaan ekspresi lo itu? Kaya ngeliat hantu aja." kata Rafa sambil menyilangkan kedua tangannya.

Alisha yang melihat ketiga cowok itu menahan tawa dan juga Alisha keluar dari ruangan UKS itu untuk membeli minuman di kantin

Revan menatap dirinya di cermin dengan kebingungan yang makin bertambah. Memang, tubuhnya kini jauh lebih kekar dari sebelumnya. Terkadang, dia ingin kembali menjadi dirinya yang lama—remaja SMA yang pemalu dan lebih banyak tidur di kelas. Namun, dia tahu bahwa hal itu tidak mungkin lagi. Dalam dirinya ada sosok lain yang menguasai tubuhnya, mengendalikan pikiran dan perasaannya.

"Ini semua gara-gara Zaine," gumam Revan pelan.

"Zaine?" tanya Farel. "Siapa sih itu?"

Revan terdiam sejenak. "Ah… nggak ada apa-apa, Farel. Gue cuma… cuma kelelahan aja."

Rafa hanya terdiam saat mendengarkan nama Zaine itu dan Rafa menyilangkan kedua tangannya.

"Lo kenal Zaine, Rev?" tanya Rafa ke Revan.

"Iya, memangnya kenapa?" jawab Revan.

Farel mengangkat alis, jelas tak puas dengan jawaban itu. "Gausah bohong, deh. Lo bisa ngomong sama diri lo sendiri tadi."

Revan hanya bisa gelisah, berusaha menutupi perasaan bingung yang menyerangnya. "Gue cuma… gila. Mungkin memang gue kelelahan."

Farel memandangnya dengan tatapan penuh curiga. "Iya, sih, mungkin lo kelelahan banget, ya. Tapi kalau sampai ngomong sendiri, itu udah nggak wajar, Revan."

Revan tertawa canggung. "Ya, gue bener-bener gila, ya?"

Rafa yang sejak tadi diam, akhirnya bersuara lagi. "Ngomong-ngomong soal gila, lo nggak bisa dibilang normal juga, Revan. Lo kelihatan seperti mau lari ke UFC dan ikut bertarung. Kalau lo benar-benar jadi petarung MMA, gue sih nggak kaget soalnya gue juga mantan Atlet MMA wkwk."

"Gausah, deh," kata Revan cepat, memegangi dadanya.

"Gue cuma pengen jadi remaja SMA biasa di rundung oleh geng pembuat onar seperti lo, saat lo mengajak gue untuk masuk ke kelas lo langsung mendorongku ke geng sialan itu dan akhirnya gue di rundung sampai masuk UKS 3 hari disini."

"Ya maaf, lagipula gue hanya ingin melihat seberapa kuat diri lo." kata Rafa sambil menatap Revan.

Namun, suara Zaine kembali menggema dalam kepalanya, lebih keras kali ini. "Kamu bisa jadi lebih dari itu, Revan. Kamu hanya perlu menerima kenyataan bahwa tubuh ini bukan milikmu lagi. Ini tubuhku, dan kita punya satu tujuan—balas dendam pada orang yang telah mengkhianatiku."

"Aduh!" Revan memegangi kepalanya, mencoba menenangkan pikirannya yang semakin kacau.

"Zaine, tolong deh, gausah ganggu gue terus-terusan. Gue cuma pengen hidup normal, nggak mau jadi petarung MMA yang membalas dendam atau apapun itu!"

Farel dan Rafa yang mendengar teriakan itu saling berpandangan. "Rev, sekali lagi lo ngomong sendiri gue ga segan-segan buat nutupin mulut lo pake lakban," kata Farel dengan cemas.

Revan buru-buru menjawab, "Jahat amat sih! Iya deh iya, mungkin gue cuma halusinasi." Dia berusaha tersenyum, meskipun hatinya dipenuhi kebingungan.

"Halusinasi?" tanya Rafa, tertawa geli namun dingin.

"Lo yakin itu cuma halusinasi? Karena lo keliatan seperti oon, sih."

"SIALAN LO!" Revan berteriak.

Farel tertawa saat Revan dan Rafa seperti itu, akhirnya Alisha kembali di ruangan UKS itu

"Ada yang mau nggak? Lumayan nih gue dikasih bu kantin" kata Alisha sambil meletakan minuman di laci sebelah meja kasur rawat Revan.

...****************...

Revan mulai merasa bahwa hidupnya sekarang seperti sebuah teka-teki yang sulit untuk dipecahkan. Siapa dirinya yang sebenarnya? Apakah dia Revan Abigail, seorang remaja SMA biasa, atau Zaine Leonhart, legenda MMA yang tak terkalahkan? Dan yang lebih penting, bagaimana ia bisa menemukan jalan keluar dari kekacauan ini?

Di tengah latihan MMA yang semakin intens, Revan semakin bertanya-tanya apakah semua ini hanya sebuah mimpi buruk yang harus ia hadapi, ataukah ini adalah takdir yang tak bisa ia hindari.

Revan memegangi kepalanya, mencoba menenangkan dirinya. Suara Zaine yang bergema di kepalanya seperti sebuah mantra yang tak bisa ia hindari, bahkan ketika ia mencoba untuk berfokus pada hal-hal lain. Dulu, ia hanyalah remaja biasa yang menjalani hari-harinya seperti siswa SMA lainnya—berteman, bermain video game, dan sesekali melupakan pekerjaan rumah. Kini, ia terjebak dalam tubuh yang kuat, tubuh seorang legenda MMA yang berjuang dengan balas dendam yang tak berkesudahan.

“Kenapa gue harus menjalani kaya gini sih?” gumam Revan pada dirinya sendiri, dengan suara yang hampir hilang dalam kebingungannya. "Kenapa gue? Apa peduli gue balas dendam kepada presdir itu?! Gue aja gapunya hubungan apa-apa sama Zaine sialan itu!"

Farel yang duduk di sampingnya, semakin bingung. “Epan, Lo udah nggak waras, ya? Tadi lo ngomong sendiri lagi, dan sekarang lo ngelamun nggak jelas gitu. Apa yang lo pikirin, sih?”

Revan menatap temannya dengan tatapan kosong. "Gue... nggak tahu, rel. Ini aneh banget."

Farel meliriknya sekilas, lalu menghela napas panjang. "Lo mulai bikin gue khawatir, nih. Kalo lo nggak ada masalah, kenapa bisa pingsan tiga hari tanpa alasan jelas? Lo harus bener-bener istirahat. Gue khawatir, deh."

Revan mengangguk pelan, meskipun dalam hatinya, semua perkataan Farel terasa semakin tidak berarti. Ia merasa seperti sedang terjebak dalam dunia yang tidak ia kenali—dalam tubuh yang tidak sepenuhnya miliknya, dengan kenangan yang membanjirinya tanpa bisa ia kendalikan.

"Ya, mungkin lo bener," jawab Revan, walau sebenarnya dalam pikirannya, kata-kata itu terasa kosong. "Gue butuh istirahat."

Namun, meskipun ia berkata seperti itu, pikirannya terus bergelut dengan Zaine. Pria itu—Zaine Leonhart—seorang legenda MMA yang tak terkalahkan di arena, namun kalah dalam kehidupan nyata. Kepercayaan Zaine pada orang-orang yang ia percayai telah membawa pada kematiannya yang tragis, dan kini Revan harus menanggung beban itu. Tanggung jawab untuk membalas dendam pada orang-orang yang telah menghancurkan hidup Zaine.

“Gue gamau ini,” pikir Revan. “Gue butuh istirahat.”

Namun suara Zaine kembali terdengar, kali ini lebih keras, lebih tegas. “Kamu tidak punya pilihan, Revan. Aku ada di dalam tubuh ini. Ini bukan tentang pilihanmu. Kamu harus menjalani takdirmu, apapun itu.”

Revan mengusap wajahnya, merasa terjepit antara realita yang ia kenal dan mimpi buruk yang baru ia alami. Bagaimana bisa tubuhnya yang semula tampak begitu biasa tiba-tiba berubah menjadi kekar, kuat, seperti seorang petarung MMA profesional? Bagaimana bisa kenangan Zaine begitu kuat bergaung dalam dirinya, seperti sebuah pelukan erat yang tidak bisa ia lepaskan?

"Apa yang harus gue lakukan, Zaine?" Revan berbisik, berbicara kepada dirinya sendiri.

“Kalau kau ingin membalas dendam, kita harus mulai merencanakan sesuatu,” jawab Zaine dengan nada dingin, hampir tidak bisa dipahami oleh Revan. “Tapi kau harus berhati-hati, kita tidak bisa melakukannya dengan gegabah. Orang-orang yang kita hadapi bukan orang sembarangan. Mereka kuat, mereka licik.”

“Siapa mereka?” tanya Revan, seakan sudah tak bisa lagi menghindar dari kenyataan yang ia hadapi.

“Presdir dari perusahaan besar itu. Dia yang menghabisi aku. Dia yang menghancurkan segalanya. Sekarang, kita akan balas dendam,” jawab Zaine dengan penuh keyakinan.

Revan merasa mual mendengar nama itu. Ia tidak tahu mengapa, tetapi sesuatu dalam dirinya terasa seperti ledakan kemarahan yang tertahan selama bertahun-tahun. Satu nama, satu musuh yang harus dihancurkan.

Namun, Revan merasa cemas. Ia tidak siap untuk menjadi seorang petarung, apalagi berjuang dengan tujuan balas dendam yang begitu kelam.

“Ini bukan gue, Zaine. Gue gatau cara bertarung. Gue hanya ingin hidup normal. Gue gatau harus bagaimana,” kata Revan dengan nada putus asa.

Namun Zaine hanya tertawa kecil, suara yang terdengar begitu dingin dan menakutkan. “Kau hanya perlu mempercayai dirimu sendiri. Aku sudah ada dalam dirimu, Revan. Kamu tak akan bisa menghindar dari takdir ini.”

Revan terdiam. Tubuhnya terasa seperti benda asing. Otot-ototnya yang lebih besar, kekuatan yang terasa seperti mengalir dalam darahnya, semuanya menjadi beban yang semakin berat. Apakah ini hidupnya sekarang? Apakah ia harus menjadi Zaine, menjalani kehidupan yang penuh dengan kekerasan, penuh dengan pertempuran dan balas dendam?

Di tengah kebingungannya, suara Zaine kembali terdengar, lebih lembut, seakan mencoba meyakinkannya. “Kau tahu apa yang harus dilakukan, Revan. Jangan berpura-pura tidak mengerti. Ini bukan hanya tentang balas dendam. Ini tentang kebenaran. Tentang keadilan.”

Revan merasa hatinya dipenuhi dengan perasaan yang bercampur aduk—takut, bingung, dan marah. Kenapa ia harus merasakan semua ini? Kenapa harus dia yang menjadi pengganti Zaine dalam tubuh yang baru? Bukankah hidupnya sudah cukup penuh dengan kesulitan?

Sementara itu, Farel yang duduk di sampingnya, menatap Revan dengan tatapan khawatir. "Epan, lo masih mikirin hal aneh itu, ya? Mending tidur aja. Lo nggak usah pusingin hal-hal yang nggak jelas gitu."

Revan mengangguk pelan, meskipun pikirannya masih dipenuhi dengan bayangan Zaine dan segala yang harus ia hadapi. “Ya, mungkin lo bener,” jawab Revan, meskipun dalam hatinya, ia tahu bahwa hidupnya tidak akan pernah sama lagi.

Hari-hari berikutnya berjalan begitu cepat, tetapi bagi Revan, semuanya terasa seperti mimpi buruk yang tak berujung. Ia semakin terbiasa dengan perubahan fisiknya—otot-otot yang lebih besar, kekuatan yang lebih dari sebelumnya, dan bahkan kemampuannya untuk mengingat teknik-teknik bertarung yang sebelumnya tidak pernah ia pelajari.

Namun, yang paling menakutkan adalah suara Zaine yang terus menggema di kepalanya. Seperti sebuah bisikan yang tak pernah berhenti, mengarahkannya untuk mengambil langkah-langkah yang lebih besar, lebih berani, menuju balas dendam yang sudah di depan mata.

Revan tahu, suatu hari nanti, ia harus menghadapi kenyataan ini. Tapi kapan? Dan bagaimana caranya? Itu adalah pertanyaan yang terus menghantuinya.

1
Jing Mingzhu5290
Cepatlah melengkapi imajinasi kami, author!
nasipadangenakjir: bab 7 akan segera update yaa! terimakasih atas dukungannya 🤍
total 1 replies
Yuzuru03
Gilaaa ceritanya!
nasipadangenakjir: terimakasih! 🤍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!