Dor,,, dor
"Dasar wanita bodoh" ucap Alex.
"K-kenapa?"ucap Saviera terbata-bata.
"Sayang, apakah masih lama? aku sudah tidak sabar untuk menikmati harta kekayannya ini loh" ucap Alexsa.
Saviera dan Lexsa merupakan sahabat, akan tetapi Alexsa tidak pernah senang dengan apa yang Saviera dapatkan.
"K-kau menusuk ku Lex-sa" ucap Saviera terbata-bata.
"Kau itu adalah perempuan bodoh yang pernah aku temui,, hahahah" tawa Alexsa menggema di ruangan itu.
Dor,,,
Tembakan terakhir, berhasil membuat Saviera kehilangan nyawa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Suci Aulia fitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bercerai
Sepanjang jalan Gunawan dan Saviera merasa canggung, karna bagi Gunawan sendiri ini pertama kalinya ia mengajak Saviera ke makan istrinya dan bagi Saviera sendiri ini kali pertama ia di supiri oleh orang tuanya meskipun bukan orang tua Saviera saat ini.
"Kita mampir beli bunga dulu" ucap Gunawan memecah keheningan anak dan papa itu.
"Ok pa" ucap Saviera mengiyakan ajakan papanya itu.
Saat melihat ada toko bunga, Gunawan langsung menepikan mobilnya. Lalu keluar dari mobil untuk memilih bunga kesukaan Emely tidak lupa Saviera yang mengikutinya dari belakang.
"Mau beli bunga apa pak?" tanya karyawan toko yang melayani Gunawan.
"Saya beli bunga itu" ucap Gunawan sambil menunjukkan satu buket bunga lili yang sangat cantik.
"Baik pak, tunggu sebentar ya pak" ucap karyawan toko bunga itu dengan sopan.
Tidak lama kemudian, kariawan toko itu sudah menyiapkan pesanan Gunawan dan Gunawan sendiri langsung memberikan uang serta tips untuk kariawan toko yang ramah.
"Terimakasih, mampir kembali ya pak" ucap karyawan toko bahagia.
"Hmmm,,, ayok" ajak Gunawan kepada Saviera.
Di dalam mobil, Gunawan terus saja memegang buket bunga lili itu. Hal itu membuat Saviera penasaran.
"Mama mu sangat menyukai bunga lili" ucap Gunawan yang tahu kalau sedari tadi Saviera terus memandanginya dengan tatapan hendak bertanya.
"Oooo,,, lalu kenapa papa memegang bunga itu erat?" tanya Saviera bingung.
"Karna bunga ini, papa bisa berjumpa dengan mamamu di masa papa kuliah dan mamamu kuliah sambil kerja" jelas Gunawan.
"Kerja?" tanya Saviera.
"Mamamu dulu hidup penuh kekurangan, ia di titipkan di panti asuhan di masa mama masih berusia tiga tahun,,, orang tua mamamu berjanji akan menjemputnya tapi sampai mama tiada pun tidak ada orang tua mama mu mencarinya ke panti asuhan" jelas Gunawan yang sedikit tahu tentang almarhum istrinya itu.
"Apa mama tidak memiliki saudara pa?" tanya Saviera penasaran.
"Setau papa, mamamu memiliki kakak tapi kakaknya itu sudah di adopsi oleh seseorang, kalau tidak salah namanya Dilla" ucap Gunawan membuat Saviera terkejut, sayangnya keterkejutan Saviera tidak di ketahui oleh Gunawan.
"Sepertinya balik dari sini aku harus mencari tahu siapa dia dan apa dia memiliki hubungan dengan almarhum mama" gumam Saviera di dalam hati.
Sesampainya di pemakaman Saviera dan Gunawan segera melangkahkan kaki mereka menuju makan perempuan yang sama-sama mereka sayangi.
"Emely aku datang, tapi kali ini aku bersama putri kita" ucap Gunawan saat sampai di sebuah makan yang bertuliskan nama istrinya itu.
"Mama" ucap Saviera menahan tangisnya.
"Emely,,,, sekarang kamu pasti bahagia di atas sana, karna melihat aku dan anak kita sudah berbaikan,,, maafkan aku Emely, aku gagal menjadi ayah yang baik untuk anak kita" ucap Gunawan seraya meneteskan air matanya.
"Mama,,, tenang lah di sana aku dan papa baik-baik saja di sini" ucap Saviera.
Tidak lupa Gunawan meletakkan bunga lili kesukaan istrinya itu di atas pemakamannya. Selanjutnya mereka pun berdoa untuk ketenangan orang yang mereka cintai itu.
"Kita balik" ucap Gunawan kepada Saviera yang tampaknya masih ingin melepaskan isi hatinya di atas kuburan sang mama.
"Apa tidak bisa lebih lama lagi pa?" tanya Saviera dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
"Sayang,,, kita pulang ya, liatlah cuaca sudah mulai mendung,," ucap Gunawan melihat langit sudah mulai gelap.
"Hmmm,,, baiklah pa" ucap Saviera.
Dengan berat hati Saviera harus meninggalkan makan sang mama. Ia bertekat untuk akan terus hidup dan bahagia bersama sang papa.
"Pa,,, apa papa tidak merasa ada orang yang mengawasi kita tadi?" tanya Saviera kepada Gunawan yang saat ini mereka sudah di dalam mobil.
"Tidak,,, apa kamu melihat seseorang memperhatikan kita?" tanya Gunawan kepada Saviera.
"Hmm,,, gak kok pa,,, yuk balik" ucap Saviera berbohong kepada Gunawan.
"Baiklah" ucap Gunawan lalu mulai nyalakan mobil.
Selama di perjalanan Gunawan terus mengajak putrinya berbicara. Banyak hal yang di bahas oleh anak dan papa itu tanpa terasa mereka sudah sampai di rumah.
"Kamu libur besok kan?" tanya Gunawan.
"Libur pa" ucap Saviera.
"Besok kamu temani papa ke kantor ok" ucap Gunawan.
"Baik pa" ucap Saviera.
Karna sudah sampai di rumah Gunawan dan Saviera langsung saja keluar dari mobil. Para pelayan yang melihat Gunawan turun dari mobil yang biasanya digunakan Saviera merasa bahagia melihat anak dan papa itu akhirnya akur.
Sedangkan Nola yang melihat suaminya pulang bersama Saviera langsung memasang wajah masam.
"Kamu kenapa?" tanya Gunawan saat melewati Nola yang sedari tadi menunggu Saviera pulang. Ia berniat untuk menyuruh Saviera menyerahkan mobilnya itu kepada anaknya Sandra.
"E-h papa,,, papa dari mana?" tanya Nola.
"Dari makam mamaku dong" itu bukan jawaban dari Gunawan melainkan dari Saviera.
"Mas! Kamu kemakam lagi?" tanya Nola cemburu. Padahal dia saat ini adalah istri satu-satunya Gunawan.
"Ia" jawab Gunawan lalu pergi masuk kedalam rumah.
"Mas tunggu dulu dong! Aku belum selesai bicara" ucap Nola menahan Gunawan.
"Apa?" tanya Gunawan karna sudah capek dengan sikap Nola.
"Mas, kenapa kamu masih ke kuburan dia sih mas? Apa kamu belum move on dari almarhum istri pertama itu?" tanya Nola yang sudah di penuhi rasa cemburu.
"Mama gue udah gak ada aja masih aja cemburu, apa lagi kalau ada bisa gila ni orang,,, eh kalau ada Saviera pasti hidup bahagia dengan keluarganya" ucap Saviera di dalam hati.
"Sampai kapan pun, aku tidak akan pernah move on dari Emely dia itu istri sah ku, yang ku nikahi karena cinta bukan karna hal tertentu" ucap Gunawan tidak suka dengan pertanyaan Nola.
"Tapi gak bisa begitu dong mas, aku ini istri sah kamu juga,,, lagian dia kan udah mat* ngapain kamu cinta sama dia" ucap Nola kesal dengan Gunawan.
Plak,,,
"Meskipun Emely sudah tiada saya akan tetap mencintainya,,, dan kau seharusnya sadar diri kalau kau ku nikahi hanya untuk memberikan kasih sayang kepada anakku tapi apa yang kau lakukan ha? kamu merusak mental anakku, lebih baik kamu kemasi barang-barang milikmu dan anak-anakmu itu surat cerai akan aku kirimkan" ucap Gunawan final karna ia merasa sudah lelah dengan sikap Nola.
Padahal ia tidak selingkuh, tidak mata keranjang tapi masih saja di tuduh yang tidak-tidak dan lebih parahnya membawa almarhum di hubungan rumah tangga yang saat ini sudah berjalan.
"Mas? Kamu menceraikan aku?" tanya Nola syok dengan apa yang di katakan Gunawan.
"Ya,,, aku menceraikanmu, lebih baik kamu pergi dari rumahku jangan pernah memperlihatkan wajah mu di hadapanku kalau kamu tidak ingin hidup tenang" ancam Gunawan.
"Kamu tega mas" ucap Nola lalu pergi meninggalkan Gunawan dan Saviera.