Terobsesi dengan seseorang yang sudah mempunyai pasangan membuat Violet Kalalova rela menjadi yang ke 2. Gadis cantik itu sedikit gila, tengil, dan nekat. Apapun akan dia lakukan untuk membuat keinginan nya terpenuhi, salah satunya menarik perhatian Jeriko Mahendra agar membuatnya menjadikan seorang istri, namun ada alasan dibalik itu semua. Ia menyimpan rahasia besar yang selama ini membuatnya merasakan dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riria Raffasya Alfharizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana Awal
Lova duduk di kantin kampus bersama dengan Belvi. Ia belum menceritakan kejadian itu dengan Belvi, gadis itu sedang memikirkan cara untuk bisa masuk ke dalam kehidupan Jeriko.
Sayang sekali jika Lova tidak melakukan apa-apa, mengingat Jeriko yang cueknya minta ampun. Apa Jeriko lupa jika Lova telah kehilangan keperawanan karena laki-laki tampan itu.
"Ah, gue ada ide."
"Hah?" Belvi menoleh dengan bingung. Menatap Lova dengan pandangan aneh.
"Apa sih Lop? Aneh deh lo? Udah jalan nya kaya orang yang baru diperawani aja, bengong terus, sekarang malah kaya orang bego banget sumpah."
"Ya emang gue udah pecar virgin Bel."
Sontak Belvi mendelik. Menatap Lova kesal lalu menoyor gadis itu. "Ngomong pakai otak. Jangan pakai dengkul."
"Ish, dengerin bego."
"Ogah, gue nggak percaya Kenzo kaya gitu, selama ini dia jagaian lo banget kok. Ya walaupun sering main nyosor plus nggak tau tempat sih."
"Bukan Kenzo yang lakuin tapi suaminya Serina."
Belvi semakin menganga. Ia memukul keras lengan Lova sampai membuat gadis itu mengaduh sakit.
"Apa sih? Pukul-pukul."
"Ya lagian lo makin ngelantur aja. Uda ciri-ciri banget ini odgj."
"Sembarangan! Dengeri dulu Belvi mahera."
Lova menceritakan dari a sampai z yang membuatnya berakhir dengan Jeriko kemarin malam. Perlu digaris bawahi, kemarin Lova tidak masuk kuliah setelah pulang dari rumah eyang Sema. Tubuhnya benar-benar butuh istirahat setelah digempur habis oleh Jeriko.
Lova kembali masuk sekarang karena memang mata kuliah hari ini tidak bisa ia skip begitu saja, meski masih sedikit kesusahan berjalan normal, tetapi Lova memaksakan.
"Wah.. Gila, gila, gila. Ini udah kaya film-film konflik rumah tangga gitu nggak sih? Dan lo pelakornya."
Komentar Belvi sontak membuat Lova mendelik." Enak aja."
"Terus apa kalau bukan pelakor?"
"Tapi tenang aja, pelakor yang satu ini baik kok, so..gue dukung deh."
Lova berdecak, lalu menyeruput minuman nya.
"Terus apa yang mau lo lakui?"
Pertanyaan Belvi membuat Lova menghela napas. Gadis itu terlihat sangat pasrah sekali.
"Itu dia masalahnya Bel, si Jeriko cuek banget orangnya, kaya yang nggak ada salah bangsat sama gue."
Bukan nya memberi saran, Belvi malah tertawa, Lova yang melihat itu bertambah kesal saja rasanya. Ia pikir dengan bercerita dengan sahabat rasa saudara yang satu ini bisa memberi jalan keluar, tetapi Lova salah, Belvi terlihat sangat menikmati kesusahan Lova sekarang ini.
"Jadi namanya Jeriko? Ganteng juga namanya? Kek yang maco-maco gitu." Komentar Belvi disertai kekehan pada akhir kalimatnya.
"Kalau dia cuek. Itu berati si Serina servisnya lebih manteb dari lo, goyang dikit kek makanya."
"Heh, mulut lo anjir anget ya kalau ngomong, yang bener dong gue lagi butuh solusi juga."
"Sorry-sorry , gue ngetes aja biar lo makin membara."
"Lo pengen Serina tahu secepatnya biar dia nangis apa perlahan tapi bom." Belvi memeragakan bom meledak dari tangan nya.
"Perlahan tapi pasti, biar sakitnya nggak akan terobati," dari matanya Lova terlihat sangat dendam sekali.
Belvi tidak menyalahkan Lova, karena memang masalah Lova ini cukup serius, mungkin jika Belvi yang diposisi Lova. Ketika bertemu dengan Serina pada malam pesta ulang tahun Serina berkedok reuni itu Belvi sudah mencekik Serina dan membuatnya masuk ke rumah sakit, tetapi Lova tidak, Lova masih membiarkan Serina tersenyum bahagia disaksikan teman SMAnya dulu.
"Oke, gue ngerti, gimana kalau lo minta pertanggung jawaban dari om nya Kenzo?"
"Itu sih udah gue pikirin, masalahnya gimana caranya, nomornya aja gue nggak punya."
"Iya juga ya? Minta ke Kenzo nggak mungkin banget." Belvi tampak berpikir.
1 menit berlalu
2 menit
3 menit
Dan ke 4 menit sekarang suara Belvi memekik telinga Lova.
"Gue ada ide Lop, gue ada ide," semangatnya dengan senyum merekah.
Lova menatap Belvi curiga, kalau sudah begini pasti ide dari Belvi agak sedikit aneh ini.
"Apa ide lo?"
Bukan nya langsung menjawab, Belvi malah menaik turunkan kedua alisnya. Membuat Lova semakin penasaran sekaligus kesal juga
Bisa nggak sih Belvi ini serius sedikit? Rasanya pengen Lova tendang saja sahabatnya itu sampai ke gudang kampus.
...****************...
Dan di sinilah Lova sekarang. Berdiri di depan gedung tinggi yang sama sekali tidak pernah Lova bayangkan. Mahendra grup hanya sering ia dengar dari telinga atau beberapa media saja. Lova sendiri tidak begitu tertarik dengan berita semacam itu. Tetapi lihat lah, karena ide Belvi ia kini berdiri di depan nya.
"Ada yang bisa saya bantu?"
Seorang satpam menghampiri Lova dan bertanya dengan ramah.
"Maaf pak, saya mau bertemu dengan om Jeriko bis" tanya nya seketika membuat satpam tersebut tampak menautkan kedua alisnya.
"Apa sudah ada janji sebelumnya? Kalau sudah anda bisa langsung masuk saja ke dalam. Nanti biar-"
Lova mendelik saat melihat Kenzo yang baru saja keluar dari gedung itu. Buru-buru ia bersembunyi agar tidak sampai dilihat oleh kekasihnya itu.
"Ada apa?"
"Sebentar pak, saya angkat telepon dulu," alibinya segera menjauh.
Dari persembunyian nya. Lova bisa melihat Kenzo yang tampak berdiri di depan gedung, dengan tangan merogoh ponsel di sakunya. Detik berikutnya, ponsel milik Lova sudah begetar, nama Kenzo yang tertera di layar ponselnya.
"Dia telpon gue?" gumamnya.
Namun sayang sekali. Lova tidak berniat mengangkat. Ia sedang dalam misi yang serius dan penuh perjuangan. Setelah Kenzo pergi barulah Lova muncul lagi.
"Apa gue tunggu aja ya sampai tuh om keluar?"
"Hah? Langsung muncul? Panjang umur dan jodoh emang." Lova tidak menyangka jika Jeriko akan muncul dan membuatnya tidak harus menunggunya.
Langsung saja Lova berlari menemui laki-laki itu yang entah sedang mengobrol dengan siapa. Lova tidak lah tahu, dan itu juga tidak penting bagi Lova.
"Om," panggil Lova sontak membuat Jeriko menoleh padanya. Juga laki-laki yang sedang mengobrol dengan Jeriko pun ikut menoleh.
"Sebentar," ujar Jeriko diangguki oleh laki-laki tersebut.
"Kita harus bicara."
"Tidak di sini Lova."
Lova sempat terbeo saat mendengar Jeriko menyebut namanya. Anehnya ada gelenyar aneh yang menjalar di sekujur tubuhnya.
Sialan memang, lagi-lagi tubuh Lova itu merespon dengan aneh hanya dengan tindakan sederhana Jeriko. Seperti menyebutkan namanya misalnya.
"Om tau nama saya?"
"Gelang kamu masih ada pada saya."
Lova mengangguk, memang benar gelang milik Lova itu masih ada pada Jeriko sejak pertemuan kedua mereka di tempat yang sama. Kalau sudah begini, Lova sangat yakin jika mereka berjodoh, dan mungkin saja Serina itu hanya kerikil kecil untuk mempermanis kisah cinta keduanya.
"Ayo ikut saya, kita bicarakan di tempat lain."
Lova langsung tersadar, ia mengangguk dan mengikuti Jeriko tanpa diminta laki-laki itu.
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
senang baca setiap karya2nya kak Riri👍🏻