Kabar Jerri kembali terdengar sampai ketelinga Zahira,mereka pernah berteman namun harus terpisah oleh jarak dan keyakinan,kabarnya Jerri sudah mualaf saat ini.
Apa ada kemungkinan mereka bertemu lagi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone pak Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 22
Ditangan Ibu Karim yang terkenal tegas Aira tidak bisa berkutik,Ibu Karim sudah lama menjadi orang kepercayaan Papa Jerri,dia selalu berhasil mendidik karyawan naik kelevel yang lebih baik,bisa dibilang Safi dan Zahira juga anak didikan Ibu Karim.
"Kamu harus belajar dari bawah,jangan mentang-mentang bawaan Bos lalu seenaknya saja minta tempat langsung selantai dengan Bos!"kata Ibu Karim
"Berisik."kata Aira dalam hati
"Kamu tahu?hari ini barang tidak bisa dikirim gara-gara orang pilihan Bos ngurusin kamu,mereka harus kerja lembur malam ini."kata Ibu Karim
Aira hanya terdiam,dia tetap tidak percaya jika gara-gara dia menjadi terhambat,salah mereka juga harus mempekerjaan dirinya,dari awal Aira memang tidak niat bekerja karena dia adalah tunangan Jerri.
Dua jam sudah terlewatkan namun tetap saja Aira tidak mendapatkan apa-apa,pikirannya hanya fokus kepada Jerri,apa sore ini dia akan mengantarnya pulang.
"Aku pergi dulu."kata Aira
"Jangan lupa,besok kamu harus kembali kesini jangan langsung kelantai atas."kata Ibu Karim
"Bu,aku tunangan Jerri suka-suka aku mau kemana."kata Aira
"Ah,kamu tunangannya?kalau begitu aku adalah Ibunya."kata Ibu Karim dengan canda
"Ha ha,aku adiknya."kata yang lain
Mereka yang ada dalam ruangan menertawakan Aira,karena secara internal mereka sudah tahu jika Bos Jerri sudah menikah,meski belum semuanya tahu.
****
Safi selesai lebih dulu dia ijin pulang meninggalkan Zahira yang masih berkutat dengan kertas.
"Ra,aku duluan ya ada janji sama Mama."kata Safi
"Iya hati-hati."kata Zahira
Diwaktu yang sama Martin juga keluar karena mau keruangan Bos,dia melihat Safi bersiap pulang malah menahannya karena tambahan pekerjaan,namun karena Safi tidak bisa dia kabur begitu saja.
"Maaf Pak,aku pulang dulu."kata Safi
"Eh,tunggu!"teriak Martin karena menjatuhkan filenya
Mendengar teriakan Martin membuat Zahira dan Celine berdiri,diruangan tinggal mereka berdua karena yang lain sudah pulang meski hari ini cukup kalang kabut.
Zahira mendekati Martin membantu membereskan kertas yang berhamburan,Celin juga turut serta karena ada satu lembar kertas terjatuh didekatnya.
"Kamu mau pulang cepat?"tanya Zahira
"Bukan begitu,hanya saja."jawab Martin
"Apa?"tanya Zahira
Martin masuk kedalam ruangan Jerri setelah kembali menata kertas yang berhamburan,didalam dia juga menata kembali karena tadi dia memungut secara acak.
Zahira kembali menyelesaikan sebelum waktu Magrib,kali ini hanya tinggal dia yang masih bertahan,saat membuka ponselnya dia menerima pesan dari Jerri dan membuatnya tersenyum.
Martin pamit pulang lebih dahulu,dia keluar dari ruangan dan melihat kearah Zahira yang sedang membereskan mejanya.
"Ra,aku balik ya.Jerri aku serahin sama kamu."kata Martin
"Iya hati-hati."kata Zahira
Martin menekan tombol off pada lampu karena melihat Zahira sudah berdiri berjalan kearahnya,Jerri juga keluar tepat mereka berdua melangkah.
"Eh,sayang."sapa Jerri
"Aku pikir masih lama?"tanya Zahira
"Aku lelah hari ini."jawab Jerri
Martin melangkah lebih dahulu,Jerri dan Zahira menyusul mereka berjalan bareng menuju tempat dimana mobil mereka terparkir.
"Jerri,kenapa lama sekali."kata Aira sambil berteriak mendekati Jerri
"Kamu ngapain sih,pulang sana!"kata Jerri
"Ah,enggak mau aku takut tinggal sendiri."kata Aira
Melihat Aira mempersulit Jerri kali ini Martin akan lebih tegas mengurusnya,karena gara-gara dia hari ini dia hampir kena makian Jerri dan ponselnya terus berdering seharian.
Martin menarik tangan Aira namun sebelumnya dia sudah memesan ojek online,begitu ojek datang Martin memakaikan helm dikepala Aira.
"Sekali lagi kamu bikin ulah,aku kirim lagi kamu keluar negeri."kata Martin penuh ancaman
Aira merasa ngeri mendengar ancaman Martin,meski Aira merasa punya keluarga baru sebelumnya namun jika harus berada ditempat yang tidak dia kenal pasti akan membuatnya gila.
"Antar dia sampai tujuan."kata Martin sambil mengeluarkan beberapa lembar uang seratus ribuan dan memberikan kepada Aira,karena dia yakin Aira menunggu Jerri karena tidak punya uang.
****
Malam ini Martin harus mengikuti kata Mamanya yaitu datang kencan buta,Mama sudah mengurus semua.Beberapa kali Martin menolak namun Mama tetap menginginkan dia datang,akhirnya Martin datang kesebuah Cafe yang cukup terkenal.
Martin memesan milkshake sambil menunggu pasangan kencan buta,dari jauh terlihat Safi sedang melamun duduk diujung Cafe dengan memainkan gelas,dia begitu gelisah seperti sedang menunggu seseorang.
"Ehem."Martin berdehem membuyarkan lamunan Safi
"Eh,Bapak disini?"tanya Safi
"Kamu ngapain melamun?"tanya Martin
"Tadi buru-buru pulang,eh gak tahunya cuma disuruh kencan buta."jawab Safi
"Kencan buta?mana pasanganmu?"tanya Martin ingin tahu
Safi menghubungi Mamanya,dia bilang pasangannya belum datang padahal hampir satu jam menunggu,Mama Safi mengirim pesan tadi lupa memberi tahu namanya adalah Martin.
Safi langsung memandang Martin dan mengambil fotonya lalu mengirimkan kepada Mamanya,pesan langsung terbalas dan Mama bilang iya benar dia orangnya.
"Mati aku!"kata Safi memukul kepalanya sendiri
"Kenapa?apa dia tidak datang?"tanya Martin
"Ya,dia tidak datang jadi aku akan pergi,permisi Pak."kata Safi
Safi berdiri namun Martin menahannya setelah membuka pesan dari Mamanya,dia melihat jika pasangan kencan butanya adalah Safi dan ini rencana Mama mereka.
"Mau kemana?"tanya Martin
"Aku mau pulang."jawab Safi
"Duduk,bukankah pasangan kencanmu sudah disini?"tanya Martin
Safi kembali duduk dia hanya tersenyum nyengir mendengar Martin menahannya,Martin tersenyum karena pasangannya bukan orang lain,tetapi Safi yang sudah dia kenal sebelumnya,jika Jihan yang ada didepannya mungkin juga dia akan langsung memeluknya,namun ini Safi sepertinya butuh waktu untuk meluluhkan hatinya.
"Kamu belum makan?"tanya Martin
"Belum Pak."jawab Safi
"Jangan panggil aku Bapak."kata Martin
"Lalu,aku panggil apa?"tanya Safi
"Suka-suka kamu."jawab Martin
Safi berfikir,panggilan apa yang cocok untuk wajah setengah bule campuran cindo,ah membayangkan saja sudah bikin Safi geli apalagi sampai mengucapkan karena gak akan cocok dengan wajahnya.
Safi memanggil pelayan cafe karena memilih memesan makanan daripada memikirkan sebutan panggilan untuk Martin.
"Mbak,aku pesan ini sama ini."kata Safi sambil menunjuk satu menu
"Baik,ada lagi?"tanya si pelayan
"Bapak pesan apa?"tanya Safi
"Berikan aku menu yang sama."jawab Martin
Martin terus memandangi Safi,kali ini karena pilihan Mama tepat makanya dia hanya tersenyum melihat Safi yang salah tingkah,dalam hatinya ada sedikit getaran saat Safi diam-diam mencuri pandang kearahnya.
Selesai makan Safi langsung pamit namun lagi-lagi Martin menahannya,dia membuka pintu mobilnya dan memaksa Safi masuk,saat Martin siap mengemudi ternyata masih ada yang kurang,Martin mendekatkan wajahnya kearah Safi dan membuat Safi ketakutan,Martin hanya ingin menarik sit belt dan memasangnya.