Cintanya, harga dirinya, dan ketulusannya, telah ia berikan pada pria itu, dan bahkan sampai rela tidak menginginkan, James Sebastian, tunangan yang di jodohkan Ibunya kepadanya.
Tapi, apa yang ia dapat? Eleanor Benjamin, di tinggalkan pria itu, Richard Marvin, saat mereka akan melangsungkan pernikahan, demi wanita lain!
Hingga sebuah mobil menabraknya, dan ia meregang nyawa, Richard tidak memperdulikannya!
Eleanor berharap, seandainya ada kesempatan kedua untuknya! ia akan mendengarkan Ibunya. Dan membalikkan keadaan! membalas apa yang ia rasakan pada Ricard.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 1.
Bruk!!!
Eleanor merasakan tubuhnya sakit bukan main, dan ia merasakan tulangnya remuk, begitu terbanting ke jalan dengan begitu kuatnya.
Sebuah mobil melaju dengan kencang menabrak tubuhnya, saat ia akan menyeberang jalan mengejar Ricard Marvin, yang pergi meninggalkannya di Altar Pemberkatan pernikahan mereka.
Ia masih mengenakan pakaian pengantin, saat mengejar Ricard. Eleanor tidak dapat menggerakkan tubuhnya. Matanya tidak berkedip melihat darahnya mengalir membasahi jalan beraspal itu.
"Tolong! tolong! seseorang kena tabrak mobil! cepat panggil ambulance!!"
Eleanor mendengar suara-suara, dan orang-orang mulai mengerumuni dirinya yang terkapar di tengah jalan.
"Cepat! cepat! panggil ambulance!!"
Suara-suara itu semakin ribut dan berisik. Lalu Eleanor mendengar sirene ambulance mendekat. Beberapa orang berpakaian serba putih mendekati tempat ia terbaring di jalan.
Eleanor tidak mampu mengeluarkan suaranya, karena merasakan sakit yang sangat menggigit pada tubuhnya. Sangat sakit sekali!
Tubuhnya di angkat ke atas tandu, dan ia merasakan tubuhnya semakin sakit sekali, sepertinya ia tidak akan bertahan hidup lagi.
"Apakah anda memiliki keluarga?" tanya seorang perawat memegang ponsel Eleanor, yang mereka temukan di sekitar tempat Eleanor terkapar di jalan. Saat ini ia telah berada di dalam ambulance, menuju rumah sakit.
Eleanor menggerakkan tangannya dengan susah payah, "Hu.. hubungi tunangan saya... " ucapnya dengan susah payah.
Perawat itu segera mendekatkan ponsel yang ia pegang kepada Eleanor, "Bagaimana cara membuka kuncinya?" tanya Perawat itu menjadi panik, karena melihat Eleanor jadi kesulitan bernafas.
Eleanor menyentuh ponselnya, dan ponsel pun terbuka, "Tekan nomor satu, tunangan saya" ucapnya lemahnya.
"Baik!" Perawat dengan cepat menekan nomor satu, dan membuka pengeras suara ponsel, lalu ponsel Eleanor terhubung ke ponsel tunangannya, Richard Marvin.
"Halo.. Tuan, tunangan anda mendapat kecelakaan, ia sedang kami bawa ke rumah sakit terdekat!!" sahut si Perawat begitu ponsel yang ia hubungi di angkat tunangan Eleanor.
"Aku tadi sudah katakan padanya untuk bersabar menunggu ku! trik apa lagi yang dia buat, sungguh menyebalkan! kecelakaan?? kecelakaan apa?! sampaikan padanya, jangan membuat trik yang tidak lucu, untuk membuat ku berlari menemuinya! aku tidak akan percaya dengan kebohongan yang dia buat!!"
Klik!
Ricard menutup ponselnya. Eleanor dengan jelas mendengar nada ketus Ricard dalam ponselnya.
Ia merasakan dadanya sakit sekali, mendengar kata-kata Ricard yang begitu ketus padanya.
Ricard menganggap kecelakaan yang ia alami, hanya sebuah sandiwara yang ia buat.
Sesampainya ia di bawa ke rumah sakit, ia segera di pindahkan ke tempat tidur dorong pasien.
Eleanor semakin sulit bernafas, saat ia di bawa ke ruang UGD. Pandangan matanya perlahan mulai redup.
Paru-parunya semakin sulit menghirup udara, mengingat kembali kata-kata ketus Ricard yang tidak perduli padanya.
Otaknya yang sudah melemah untuk berpikir, sekilas ia menyesali apa yang telah ia lakukan selama ini.
Ia tidak mendengarkan Ibunya, untuk menerima perjodohan yang telah di atur Ibunya untuknya.
Ia menolak pria yang di pilih Ibunya untuk menjadi suaminya, dan memilih pria yang ia sukai sejak duduk di bangku kuliah.
Ia tidak menyadari, ternyata pria yang ia sukai memiliki wanita lain, yang lebih di pedulikan Ricard dari pada dirinya.
Mata Eleanor perlahan tertutup, saat ia masuk ke dalam ruang UGD. Seandainya ia di beri kesempatan, untuk kembali ke waktu sebelum ia terkapar di tabrak mobil.
Ia akan mendengarkan Ibunya, dan meninggalkan bajingan, yang tidak layak mendapatkan cintanya.
Saat Eleanor diberi pertolongan, perlahan matanya tertutup, dan ia merasakan semuanya gelap gulita. Tangannya terkulai dengan lemah ke sisi tubuhnya.
"Pasien menghembuskan nafas terakhirnya, karena mengalami kecelakaan mobil, membuat organ bagian dalam tubuhnya remuk, dan tidak dapat di selamatkan!" sahut Dokter yang akan memberi pertolongan pada Eleanor.
Perlahan Dokter itu pun menutup tubuh Eleanor dengan kain putih. Tiga Perawat yang tadi membawa Eleanor, terlihat sedih saat kain itu menutup wajah Eleanor.
"Sungguh malang gadis itu, tunangannya tidak punya hati nurani, bisa-bisanya lelaki itu mengatakan kalau gadis itu berbohong!"
Ketiga Perawat itu menghela nafas dengan berat, lalu mereka meninggalkan tubuh Eleanor yang telah kaku di ruang UGD.
Menunggu keluarga Eleanor, untuk datang mengambil tubuh Eleanor, yang sudah tidak bernyawa lagi.
Bersambung......