NovelToon NovelToon
THEY ARE GEMSTONES

THEY ARE GEMSTONES

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Wanita
Popularitas:788
Nilai: 5
Nama Author: Putri Yais

Keluarga Haven bukanlah keluarga sembarangan. Haven merupakan suami dari perempuan bernama Amber. Mereka memiliki kemampuan supranatural yang sangat tinggi. Mereka memiliki tiga orang putra, dan dua orang putri. Mereka adalah pemilik mata dewa. Ambisi mereka sangat besar untuk menguasai dunia. Sebelum mata dewa itu terbuka, sampai kapanpun mereka tidak akan mencapai tujuan besarnya itu.

Mata dewa hanya bisa dibuka dengan lima batu permata yang memiliki kekuatan sangat dahsyat.

Tidak ada yang tahu jika kelima batu permata itu ternyata berubah menjadi lima gadis cantik dimana mereka akan menjalani aktivitas layaknya manusia biasa, hanya saja ketika dalam keadaan darurat maka kekuatan besar yang tersimpan dalam diri mereka akan muncul.

Kelima gadis cantik itu tinggal di sebuah tempat bernama "Home Blue" dimana pemilik tempat itu adalah seorang perempuan bernama Lin.

Yuk! ikuti perjalanan serunya dalam karya baruku ini. Jangan lupa mampir, like, dan komen. Terima kasih...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Yais, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MULAI MENCURIGAI KELIMA GADIS

Sesampainya di Key School, Shapire turun dari mobil dan langsung berjalan menuju kelas tanpa berpamitan pada Arvind. Saat akan menghentikannya, seorang petugas datang menghampiri.

"Kau sudah kembali, Pak."

"Iya. Tolong segera tanam bibit ini di halaman belakang," ucap Arvind pada petugas.

"Baik."

Saat Shapire menuju kelas, ternyata pelajaran kedua sedang berlangsung. Di tambah lagi yang mengajar siang itu adalah Jeff. Dia memberanikan diri untuk masuk.

"Permisi Pak!" ucap Shapire. Semua murid menatap ke arahnya.

"Kau dari mana?" tanya Jeff.

"Aku baru saja kembali bersama Mr. Arvind untuk membeli bibit tanaman," ucap Shapire.

"Apa kau ikut dengannya?"

"Iya. Kebetulan aku juga ingin membeli bibit tanaman," jawab Shapire.

"Berdiri di lapangan sampai bel pulang berbunyi!" Jeff langsung memberikan hukuman pada Shapire.

"Tolong maafkan dia Mr," ucap Emerald.

"Benar, jangan hukum dia. Cuaca di luar sangat panas. Bagaimana jika Shapire nanti sakit?" sambung Berlian.

"Aku hukum juga kalian berdua. Cepat pergi menuju lapangan!"

"Tapi.." Ketika Kyanite akan menyela, Jeff lebih dulu memperingatkan murid lain jika ada yang mencoba untuk membantunya maka mereka akan sama di hukum. Mendengar itu Kyanite tidak berani bicara. Ketiga gadis itu pergi menuju lapangan.

"Maaf, gara-gara aku kalian jadi terkena hukuman juga," ucap Shapire.

"Tidak apa-apa. Lagi pula hanya hukuman ringan saja." jawab Berlian.

Teriak matahari siang itu begitu menyengat. Sementara bel pulang akan berbunyi dua jam lagi. Berlian melihat ke sekeliling sekolah. Tidak lama dia menggunakan kekuatan es yang ada dalam dirinya. Seketika Shapire dan Emerald merasakan suasana yang begitu sejuk dan dingin.

"Bagaimana sekarang? Sangat sejuk bukan?" tanya Berlian sambil merentangkan tangannya menikmati kesejukan itu.

"Sudah jangan gunakan kekuatanmu lagi," ucap Emerald. "Bagaimana jika ada orang yang melihatnya?"

"Tenang saja, semua aman kok." jawab Berlian santai.

Emerald menatap Shapire. Dia ingin Shapire memberitahu Berlian untuk tidak menggunakan kekuatannya, tapi sepertinya Shapire tidak ada masalah dengan itu.

"Tidak apa-apa. Biarkan saja Berlian menggunakan kekuatannya. Jika tidak mungkin terik matahari akan terus menyoroti kita dan bisa-bisa kita akan merasa pusing." ucap Shapire.

Saat di hukum, Shapire sambil berpikir bagaimana dia menjelaskan kejadian tadi pada Arvind. Di satu sisi dia juga merasa aneh kenapa darahnya bisa membuat tanaman yang semula mati menjadi hidup dan subur kembali. Itu berarti tanaman Rose yang sudah Shapire rusak akan kembali hidup hanya dengan tetesan darahnya. "Aku harus mencobanya nanti," batin Shapire.

Bel pulang sudah berbunyi. Ketiga gadis baru selesai dari hukumannya. Mereka berjalan menuju kelas. Tidak sengaja Berlian bertabrakan dengan salah satu temannya.

"Aduh!"

"Maaf," ucap Berlian sambil membereskan buku temannya itu yang berserakan di lantai.

"Apa kau tidak apa-apa?" tanya Berlian.

"Aku..." Orang itu bersentuhan dengan Berlian. Dia merasa aneh karena tangan Berlian yang dingin melebihi kulkas. "Bukankah dia baru saja di hukum di bawah terik matahari? Kenapa tubuhnya malah dingin, bukan panas?" gumam orang itu.

"Apa kau mengatakan sesuatu?" tanya Berlian.

"Tidak," orang itu langsung pergi begitu saja. Di bawah dia bertemu dengan Jeff.

"Maaf Mr. Jeff, apa aku bisa bicara denganmu sebentar?"

"Ada apa?"

Orang itu menceritakan kejadian aneh yang baru saja dia alami saat bersentuhan dengan Berlian. Dari atas Shapire melihat orang tadi yang sedang berbincang dengan Jeff di bawah. Sepertinya dia memberitahu Jeff akan hal barusan. Shapire membawa keempat temannya kembali menuju kelas.

"Kenapa kita kembali ke kelas?" tanya Kyanite.

"Dengarkan aku!" Shapire meminta Ruby menggunakan kekuatan api dalam tubuhnya untuk menghangatkan suhu tubuh mereka bertiga. Tidak ada siapapun di kelas kecuali mereka. Tanpa banyak bertanya Ruby langsung mengikuti apa yang dikatakan Shapire.

"Jangan terlalu full, tubuhku rasanya terbakar sekarang," ucap Berlian.

"Oh maaf. Aku akan mengurangi kekuatannya sedikit," jawab Ruby.

Sementara itu, setelah mendengar cerita dari siswa tadi Jeff mencari keberadaan kelima gadis itu. Dia berjalan menuju kelas. Langkah Jeff bisa terdengar oleh Emerald. "Ada seseorang yang sedang menuju kemari," ucapnya. Ruby langsung mengembalikan kekuatannya ke dalam tubuh. Kelima gadis itu sangat terkejut saat seseorang membuka pintu kelas.

"Mr. Jeff..."

"Kenapa masih berada di kelas?" tanya Jeff.

"Untung saja dia tidak melihatnya," gumam Kyanite.

Ruby langsung menginjak kaki Kyanite.

"Aww..."

"Kenapa kau menginjak kakiku?" tanya Kyanite sambil melotot.

"Apa yang sedang kalian lakukan disini? Kenapa aku tidak boleh mengetahuinya?" tanya Jeff.

"Bukan apa-apa Mr," timbal Emerald.

Jeff menghampiri kelima gadis itu.

"Tunjukkan tangan kalian!" ucap Jeff pada ketiga gadis yang dihukum tadi. Dia penasaran dengan apa yang dikatakan siswa tadi. Jeff memegang tangan mereka bertiga.

"Tidak dingin sedikitpun," batin Jeff.

"Kenapa Mr. Jeff? Apa ada yang salah dengan tangan kami?" tanya Emerald.

"Tidak. Kalian boleh pergi."

"Baik."

Shapire sempat menengok ke belakang. Sudah dia duga jika Jeff akan membuktikan perkataan siswa tadi. "Tidak mudah mengenali identitas kami Mr. Jeff," batin Shapire.

Jeff merasa sedikit kesal karena setiap dia ingin membuktikan kemampuan kelima gadis itu selalu saja gagal. Semua yang dia curigai tidak terbukti sama sekali.

Shapire berjalan sangat cepat. Dia tidak ingin Arvind menemuinya untuk meminta penjelasan mengenai hal tadi. Di luar sudah ada mobil Home Blue yang menjemputnya. Shapire berlari meninggalkan keempat temannya di belakang.

"Ada apa dengannya?" tanya Kyanite sedikit aneh.

Kelima gadis itu sudah masuk ke dalam mobil.

"Kenapa berlari seperti tadi?" tanya Berlian.

"Tidak apa-apa. Aku hanya tidak ingin membuat sopir menunggu lebih lama lagi." jawab Shapire mencari alasan.

***

Saat berada di ruangan, Jeff menanyakan tentang kepergiannya bersama Shapire untuk membeli bibit tanaman itu. Setelah mendengar penjelasan Arvind, ternyata semua yang dikatakan Shapire sama. Itu berarti dia berkata jujur. Arvind sangat penasaran dengan kemampuan yang dimiliki Shapire. Dia tidak begitu tahu kekuatan apa itu, tapi sepertinya Jeff tahu akan semua kekuatan itu karena yang dia tahu semua putra keluarga Haven memiliki kekuatannya masing-masing.

"Apa aku boleh bertanya padamu tentang satu hal Jeff?"

"Tentang apa?"

"Apa di Key School ini ada kekuatan sebagai penyembuh super?"

"Tidak ada. Penyembuh super tidak termasuk dalam pembelajaran sekolah ini. Yang aku tahu itu adalah sebuah kekuatan besar yang sudah ada pada diri seseorang sejak dia lahir."

"Jadi maksudmu, itu semua tidak bisa di dapat melalui pelatihan?"

"Benar. Semua instan ketika orang itu lahir."

"Kenapa kau bertanya seperti itu? Apa kau pernah bertemu dengan orang yang memiliki kemampuan sebagai penyembuh super?"

"Tidak. Aku hanya sekilas membacanya di internet semalam. Jadi aku menanyakannya padamu karena merasa asing dengan istilah itu," ucap Arvind.

Mendengar penjelasan Jeff, Arvind sangat yakin jika Shapire bukanlah seorang gadis biasa. Ada kekuatan besar yang dia sembunyikan dari semua orang. Sepertinya bukan hanya dia saja melainkan keempat gadis lainnya. Kemungkinan besar kelima gadis itu memiliki kekuatan hebat dalam dirinya. Walau terlihat cuek, tapi Jeff sempat terpikirkan dengan pertanyaan Arvind tadi. Aneh sekali jika tiba-tiba dia menanyakan hal itu.

***

Ketika sampai di Home Blue, Shapire pergi ke halaman belakang. Dia menusuk jari telunjuknya dengan jarum dan membiarkan darahnya itu menetes pada tanaman Rose yang sudah mengering dan hitam. Tidak lama tanaman itu hidup kembali. Perlahan batang dan daunnya hijau kembali.

"Bagaimana bisa?" tanya Shapire bingung sendiri. Shapire langsung membalut jarinya dengan kapas untuk menghentikan darahnya. Dia pergi ke kamar untuk mengganti pakaian. Tidak berselang lama Rose tiba di Home Blue. Dia langsung pergi mencari Shapire untuk meminta bibit tanaman baru yang sudah ia janjikan padanya.

"Kau sudah pulang, sayang." sapa Lin.

"Sudah Bunda. Kalau begitu aku permisi dulu," ucap Rose.

Lin melihat Rose berjalan ke lantai atas. Dia curiga jika anak gadisnya itu masih belum terima jika Shapire sudah merusak tanamannya. Lin tidak ingin ada keributan lagi. Dia pergi ke atas untuk melihatnya.

"Tok... Tok... Tok..."

"Shapire bukalah pintunya!" teriak Rose dari luar. Dia merasa kesal karena tidak satupun dari mereka yang membuka pintu kamarnya. Rose tidak segan menggedor kamar itu. Kyanite yang sedang tidur terbangun dan pergi membuka pintunya.

"Ada apa?" Kyanite terlihat sedikit marah. "Kenapa kau mengganggu tidurku? Tidak bisakah kau mengetuk pintunya pelan?"

"Apa kau ini tidak punya kuping hah? Sejak tadi aku sudah mengetuk pintunya, tapi tidak ada yang membukakannya," jawab Rose dengan nada suara yang tinggi.

"Turunkan nada suaramu itu yah! Aku tidak ini tidak tuli. Bicara pelan-pelan!" ucap Kyanite mengomel.

Tidak lama Lin datang dan melerai pertengkaran mereka.

"Ada apa ini?" tanya Lin.

"Gadis ini menggedor pintu kamarku, Bunda. Sangat tidak sopan!"

"Dimana Shapire? Suruh dia keluar!" pinta Rose.

"Dia tidak ada di kamar. Dia sedang melukis di lantai atas," jawab Kyanite.

Rose langsung menghampiri Shapire di lantai atas. Lin masih terus mengawasi gerak gerik anak gadisnya itu.

"Apa kamu sudah menyelesaikan pekerjaan sampingmu?"

"Sudah Bunda. Aku ingin tidur sebentar karena kepalaku merasa sangat pusing."

"Apa sudah minum obat?"

"Sudah."

"Kalau begitu istirahatlah."

"Terima kasih, Bunda."

Tiba di lantai atas, Rose melihat Shapire yang sedang melukis.

"Rupanya kau disini," ucap Rose.

"Rose? Ada apa kau mencari ku?"

Rose melihat lukisan milik Shapire yang sangat indah. Dia akui Shapire memang sangat pandai dalam hal seni. Rose mengambil lukisan itu dan merobeknya.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Shapire.

"Itu balasan karena kau sudah merusak tanaman kesayanganku. Sekarang kita impas," ucap Rose.

Tidak lama Lin datang. Dia melihat lukisan Shapire yang sudah robek.

"Siapa yang menyobek lukisan seindah ini?"

Shapire tidak mengatakan apapun. Dari tatapannya Lin sudah tahu siapa pelakunya.

"Apa kau yang menghancurkan lukisan ini, Nak?"

"Kenapa bunda? Dia saja sudah merusak tanaman kesayanganku, kenapa aku tidak boleh merusak lukisannya?"

"Tapi Shapire sudah membuatnya dengan susah payah. Tidak seharusnya kau merusak lukisan ini, Rose." ucap Lin.

"Tidak apa-apa Bunda. Aku bisa membuatnya lagi nanti." ucap Shapire.

"Aku sudah mengganti tanamanmu dengan tanaman baru yang jauh lebih cantik," ucap Shapire sambil membereskan alat lukisnya.

"Aku tidak mau tanaman yang lain. Aku hanya ingin tanamanku yang kau rusak," timbal Rose.

"Lihatlah dulu! Kau pasti akan menyukainya," ucap Shapire.

Karena merasa penasaran Rose pergi ke halaman belakang untuk melihat tanaman barunya. Sementara Lin masih berada di lantai atas membantu Shapire membereskan semuanya.

"Maaf atas sikap Rose barusan. Dia memang gadis yang seperti itu," ucap Lin.

"Kenapa harus minta maaf Bunda? Ini hanya sebuah lukisan biasa. Aku akan membuatnya lagi besok."

Lin sangat menyukai kepribadian Shapire yang tenang dan tidak banyak bicara. Dia juga tidak marah sedikitpun terhadap sesuatu miliknya yang sudah orang lain rusak. Dia benar-benar sangat dewasa dan mampu mengontrol emosinya dengan sangat baik.

****

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!