NovelToon NovelToon
Indigo X Zombie Apocalypse

Indigo X Zombie Apocalypse

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Zombie / Hari Kiamat / Hantu / Roh Supernatural / Penyelamat
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Mobs Jinsei

Kisah tentang tiga anak indigo yang berjuang demi hidup mereka di dalam kiamat zombie yang tiba tiba melanda dunia. Mereka mengandalkan kemampuan indigo mereka dan para hantu yang melindungi mereka selama mereka bertahan di tempat mereka, sebuah rumah angker di tengah kota.

Tapi pada akhirnya mereka harus meninggalkan rumah angker mereka bersama para hantu yang ikut bersama mereka. Mereka berpetualang di dunia baru yang sudah berubah total dan menghadapi berbagai musuh, mulai dari arwah arwah penasaran gentayangan, zombie zombie yang siap menyantap mereka dan terakhir para penyintas jahat yang mereka temui.

Genre : horror, komedi, drama, survival, fiksi, misteri, petualangan.

Mohon tinggalkan jejak jika berkenan dan kalau suka mohon beri like, terima kasih sebelumnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 30

Makhluk berjubah hitam dan berwajah tengkorak itu terlihat senang, dia melihat tangannya yang memengang sebilah keris dan mengepalkan tangan satunya yang berwujud kerangka. Dia melihat pakaiannya kemudian melihat sekeliling ruangan, dia melayang kesana kemari berputar putar di dalam ruangan seperti sedang menikmati kebebasannya. Sementara itu, Reno dan Dewi saling berpelukan dengan Felis di antara mereka, ketiganya merapat ke dinding tidak berani bergerak sedikit pun. Setelah puas berputar putar, makhluk itu mendarat tepat di depan Reno, Dewi dan Felis yang sudah semakin pucat, dia menunduk menjulurkan wajahnya mendekat ke wajah ketiganya.

“Hmmm,” ujarnya dengan suara berat yang sepertinya pencampuran antara suara laki laki dan perempuan.

Makhluk itu mengamati wajah Reno, Dewi dan Felis dengan seksama dan penuh perhatian sampai memiringkan kepalanya.

“Ma...mau apa ?” tanya Reno ketakutan.

“Aku....lapar,” jawab sang makhluk.

“Skreeee,” mulutnya terbuka lebar, tangannya yang memegang keris langsung terhunus ke arah ketiganya, “waaaaaaa,” Reno, Dewi dan Felis berteriak ketakutan. Reno langsung mendekap Dewi dan Felis kemudian memejamkan mata, “tong,” terdengar bunyi benturan keras, dengan perlahan Reno membuka matanya dan tiba tiba matanya membulat karena ternyata mereka di lindungi oleh semacam kabut berbentuk setengah lingkaran yang menutupi mereka, sehingga tusukan keris tertahan oleh kabut yang seperti perisai itu.

“Huh...apa...ini ?” tanya Reno bingung.

“A..apa yang terjadi ?” tanya Dewi.

“Kak Reno....kak Dewi....lihat,”

Felis menunjukkan kedua ibu jarinya yang mengenakan cincin, ternyata berlian berwarna putih dan kuning yang ada di cincinnya menyala terang dan sepertinya kabut yang menyelubungi mereka berasal dari dalam cincin. “Trang,” makhluk itu mundur kebelakang, dia melihat kerisnya dan melihat kabut yang melindungi ketiganya, tiba tiba kabut terbagi dua dan berkumpul, kabut di kanan membentuk raga seorang pria yang mengenakan kemeja putih dan celana panjang coklat, sedangkan kabut di kiri membentuk raga seorang wanita yang mengenakan kebaya putih.

Reno dan Dewi terkesiap, wujud yang berdiri di depan mereka dan melindungi mereka ternyata adalah kakek dan nenek yang sebelumnya menghilang. Tiba tiba cincin berlian berwarna merah di tangan Dewi menyala dan di susul cincin berlian berwarna biru di tangan Reno. Dua sosok muncul di depan Reno dan Dewi, kemudian menoleh melihat mereka sambil tersenyum,

“Mama....papa...kalian....masih ada,” ujar Reno sambil tertegun dan tanpa sadar air matanya menetes.

“Kakek....nenek...kalian melindungi kita,” ujar Dewi tertegun dan menitikkan air mata.

“Huaaaaaa,” Felis langsung menangis tersedu sedu.

Reno dan Dewi memeluk Felis yang berada di tengah mereka, kemudian mereka melihat kalau ke empat hantu yang sebelumnya menghilang, berjalan mengepung makhluk yang terbebas itu, makhluk itu terlihat waspada dan bersiaga penuh melihat ke empatnya. “Skrieeeek,” tiba tiba wajah ke empat hantu itu berubah menjadi marah dan makhluk yang mereka kepung nampak sedikit ketakutan, tangan ke empat hantu itu terangkat ke depan dan membentuk cakar, mereka siap menerkan makhluk yang mereka kepung, tapi ternyata,

“A..ampun....maafkan aku,” ujar sang makhluk sambil berlutut.

Ke empat hantu itu berdiri seperti semula dan wajah mereka berubah kembali menjadi tampan dan cantik. Reno, Dewi dan Felis yang melihat semua itu menjadi sedikit bingung namun mereka merasa sangat lega. “Brak,” pintu lab terbuka kencang, Reno, Dewi dan Felis menoleh melihat ke pintu, ternyata Ajeng berdiri di depan pintu sambil menggendong bonekanya dengan nafas terengah engah. Dia langsung masuk dan menghampiri Reno, Dewi, Felis yang terduduk bersender di dinding.

“Kalian kenapa? ada apa ini ? tadi mas Budi minta aku membawa dia kesini dengan segera,” ujar Ajeng panik.

“Panjang ceritanya mba, ngomong ngomong mba liat ga di depan itu ?” tanya Reno menunjuk ke arah empat hantu yang mengepung makhluk dari keris itu.

Ajeng menoleh melihat ke arah yang di tunjuk Reno, dia tidak melihat apa apa dan hanya melihat sebuah keris tergeletak di lantai dan sarungnya berada di sisi lain,

“Keris punya siapa itu ?” tanya Ajeng.

“Nemu di koper haha,” jawab Reno.

Ketika Ajeng hendak berdiri, tiba tiba boneka yang di gendongnya menepuk nepuk pipinya, kemudian Ajeng berdiri meletakkan boneka itu tepat di meja tepat koper berada. Di penglihatan Reno, Dewi dan Felis, Budi keluar dari boneka dan berdiri di depan makhluk yang keluar dari keris itu, di kelilingi oleh ayah, ibu, nenek dan kakek Dewi. Karena Ajeng berdiri di sebelah meja, Dewi berdiri dan menarik Ajeng supaya mundur ke dinding.

Reno melihat mereka seperti sedang berbicara walau mulut mereka tidak bergerak sama sekali. Setelah cukup lama berdiskusi, Budi terlihat masuk kembali ke dalam boneka dan ke empat hantu orang tua Reno dan Dewi menghilang. Setelah itu, makhluk yang terlihat berlutut tiba tiba berubah menjadi asap putih kemudian masuk kembali ke dalam keris yang tergeletak di lantai, terpisah dari sarungnya.

Boneka yang di masuki Budi, berdiri, Ajeng langsung berdiri dan mengambilnya kemudian membawanya kembali duduk bersama Reno, Dewi dan Felis. Boneka itu mulai mengetuk ngetuk pipi Ajeng yang mengangguk angguk walau raut wajahnya nampak dia bertanya tanya karena tidak percaya apa yang dia dengar dari Budi. Setelah selesai, Ajeng melihat ke arah Reno, Dewi dan Felis.

“Mas Budi minta tolong aku untuk menyampaikan tiga hal penting untuk kalian,” ujar Ajeng.

Ajeng mulai menyampaikan pesannya, yang pertama adalah orang tua Reno, Dewi dan Felis tidak menghilang dan mereka terus bersama ketiganya, mereka bersemayam di dalam berlian di cincin namun tidak bisa sembarangan keluar. Kedua, makhluk itu adalah jiwa pendekar sakti jaman dahulu yang terkurung di dalam keris dan masih menyimpan dendam, namun karena kalah, sekarang dia takluk dan di tugasi membantu kalian. Ketiga, kalian harus bawa keris itu dan menyimpannya sampai saatnya di perlukan, sebab keris itu tidak boleh jatuh ke tangan yang salah.

Reno, Dewi dan Felis yang mendengar ucapan Ajeng, termenung dan terdiam, mereka menoleh melihat sebilah keris terpisah dari sarungnya tergeletak di lantai. Kemudian boneka kembali menepuk nepuk pipi Ajeng, "Eh harus di sampein sekarang mas ?" tanya Ajeng. Boneka terihat mengangguk, setelah itu Ajeng kembali melihat ke arah Reno, Dewi dan Felis,

“Kata mas Budi, sebenarnya ini tidak ada kaitan dengan keris, tapi kakek kalian menitipkan pesan untuk kalian selagi ada yang bisa menterjemahkan ucapannya untuk kalian sebab belum tentu ada kesempatan lagi katanya,” ujar Ajeng.

“Apa pesannya mba ?” tanya Dewi.

“Kalian harus selalu bersama dan kakek kalian menceritakan silsilah Felis kepada mas Budi dan tentunya menyangkut kepada Reno juga Dewi,” ujar Ajeng.

Ajeng mengatakan apa yang dia dengar dari Budi, Dewi merupakan cucu langsung dari kakek, tapi Felis adalah cucu kakek Dewi dan cucu neneknya Reno, sebelum kakek Dewi dan nenek Reno menikah masing masing dengan orang lain, ternyata mereka sempat memadu kasih karena mereka berasal dari satu sekolah yang sama, ketika lulus, mereka berniat menikah dan bekerja tanpa kuliah namun di tentang oleh keluarga mereka.

Akhirnya mereka melarikan diri selama beberapa tahun dan memiliki seorang putri sebelum akhirnya mereka di temukan oleh keluarga mereka dan di pisahkan. Putri mereka di asuh oleh keluarga teman yang membantu mereka. Setelah besar, sang putri menikah dan di karuniai anak setelah sekian lama menikah, anak mereka adalah Felis. Namun ketika Felis baru lahir, ayah ibunya meninggal karena kecelakaan, karena tidak ada sanak saudara mereka yang mau mengadopsi Felis.

Kakek akhirnya mengambilnya dan membesarkannya sebagai cucunya bersama Dewi. Sayangnya, sebelum menjelaskan semuanya kepada Dewi dan Felis, kakek meninggal dunia terlebih dahulu. Reno yang mendengar cerita yang di ceritakan Ajeng kepada Dewi dan Felis langsung  terlihat kaget,

“Tunggu dulu....gue memang mendengar nenek pernah cerita kalau cinta pertamanya bukanlah kakek gue dan dia pernah hampir menikah dengannya, berarti yang di maksud nenek gue....”

“Kakek gue, berarti bener....kakek gue dan nenek lo meminta kita memakaikan dua cincin kepada Felis,” ujar Dewi memotong ucapan Reno.

“Ah benar juga, gue inget sekarang, pantas rasanya gue pernah liat Felis waktu dia nyamperin gue pertama kali.....nenek pernah kasih liat foto  cucu nya yang baru berusia 2 tahun dari anak nya dengan cinta pertamanya  ama gue sebelum meninggal, berarti nenek gue dan kakek lo masih terus berhubungan selama ini,” ujar Reno.

"Berarti...waktu gue dan Felis dateng ke rumah kakek dan tinggal di sana, gue suka liat dia telepon dan kayaknya ceria banget, trus kadang mengambil foto Felis, berarti waktu itu dia telepon dan ngirim foto ke nenek lo dong ?" tanya Dewi.

"Bener, kakek lo meninggal tahun berapa ?" tanya Reno.

"2021, setahun setelah nenek lo," jawab Dewi.

"Haha bener bener sempit dunia," balas Reno.

“Um...kak Reno...kak Dewi, Felis ga ngerti,” ujar Felis dengan wajah nampak bingung dan sedih karena melihat kedua kakaknya membicarakan dirinya.

Reno dan Dewi menoleh melihat Felis, keduanya langsung memeluk Felis yang berada di tengah mereka,

“Kamu bener bener adik ku Felis,” ujar Reno.

“Iya, kamu bener bener adik kita berdua,” tambah Dewi.

“Hehehe...iya.,” ujar Felis tersenyum lebar.

1
Yulitasari Daniel
tetap sehat Thor agar bisa up terus
Fitri
jangan jangan pak yohan yang jahat
anggita
like👍☝iklan. moga novelnya lancar.
Mobs Jinsei: makasih kak dukungan nya /Pray/
total 1 replies
anggita
reno, dewi, podo" sama" 🤫
anggita
👋😡 pembukaan cerita marah nampar orang.
heyza. 617
bikin cerita kok setengah setengah buruan update
Mobs Jinsei: update tiap malam kak
total 1 replies
Aryanti endah
Luar biasa
Mobs Jinsei: makasih dukungan nya kak /Pray/
total 1 replies
FJ
padahal aku dah berpikir, emang bisa dibuka?
Mobs Jinsei: Tembus kak
total 1 replies
adib
wah genre baru... makasih thoe
Mobs Jinsei: sama sama kak, semoga suka
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!