Tidak ingin menikah dengan pria yang usianya hampir dua kali lipat dengan usianya, Lisnawati atau gadis yang akrab di sapa Lilis memilih melarikan diri dari kampung halamannya. dan siapa sangka di saat tengah melarikan diri ke kota ia justru tertabrak mobil yang dikendarai oleh seorang pemuda kota yang tengah patah hati akibat ditinggal menikah oleh sang kekasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penyesalan selalu terjadi di akhir.
Shaka mulai menyalakan mobilnya. pria itu mulai menginjak pedal gas hingga mobilnya perlahan melaju meninggalkan butik.
Sejenak Shaka menoleh ke samping, di mana saat ini Lilis tengah duduk terdiam seraya memandangi pemandangan sekitar melalui jendela kaca samping.
Di mobil Lilis lebih banyak diam, tidak ingin ada kata-katanya yang salah dan justru menyinggung perasaan Shaka hingga pria itu kembali berpikir yang bukan-bukan tentang dirinya.
"Apa keluarga kamu tidak berdomisili di kota ini????." tanya Shaka sekedar basa-basi untuk memecah keheningan, tapi siapa sangka Lilis justru menanggapi berbeda.
"Maaf... jika keberadaan saya di rumah anda membuat anda jadi tidak nyaman, tuan Shaka. "
Shaka hendak bersuara tapi urung, ketika Lilis kembali bersuara.
"Nanti jika saya sudah punya uang saya akan cari kosan, tapi maaf untuk sementara ini saya terpaksa tak tahu malu dulu karena tetap tinggal di rumah anda, tuan. Mengenai permintaan Tante Vivi, saya berani bersumpah bahwa saya sama sekali tidak pernah menghasut beliau untuk meminta anda menikah dengan saya. jujur, saat itu saya juga tidak menyangka Tante Vivi akan berkata seperti itu." panjang kali lebar Lilis menjelaskan agar Shaka tidak berpikir jika ia sengaja memprovokasi mama Vivi.
"Lagi pula saya cukup tau diri, mana mungkin gadis desa seperti saya berani bermimpi menikah dengan pria sesempurna anda, tuan." lanjut Lilis dengan seulas senyum di bibirnya.
Shaka tercenung mendengarnya. Di saat Tari tak pernah merasa bersyukur memiliki dirinya dan bahkan mengkhianati cintanya, tetapi gadis muda di sampingnya itu justru menyebut dirinya sebagai pria sempurna.
Dari semua penuturan Lilis, Shaka bisa menyimpulkan jika benar Family gadis itu tak berdomisili di kota ini.
"Kau boleh tetap tinggal di rumah selama yang kau mau, lagi pula itu bukan rumahku tapi rumah orang tuaku. sama seperti dirimu, aku pun hanya menumpang di rumah kedua orang tuaku. Satu lagi, mulai sekarang kau tidak perlu memanggilku dengan sebutan tuan, karena kau bukan pembantu ataupun bawahanku di kantor!!!! panggil Shaka saja!!." pinta Shaka. Entah mengapa mendengar Lilis ingin meninggalkan rumahnya jika sudah memiliki uang cukup, hati kecil Shaka seakan tak suka.
Lilis tersenyum kecil. "Nggak sopan banget kalau saya manggil anda dengan sebutan nama saja."
"Kalau begitu panggil Mas Shaka saja!!!."
Mendengar itu Lilis sontak menoleh tanpa suara. memandang Shaka yang juga tengah menoleh ke arahnya, sehingga untuk beberapa saat tatapan keduanya saling bertemu. sesaat kemudian Lilis memilih memutus tatapan di antara mereka dengan menatap lurus ke depan, di susul Shaka yang kini juga telah fokus menatap garis putih jalanan.
"Bagaimana, bolehkan???." Shaka kembali bersuara.
Lilis mengangguk tanpa berpikir macam-macam, lagipula di kampung ia memiliki seorang kakak laki-laki yang hampir seumuran dengan Shaka, lalu apa salahnya jika ia menganggap Shaka sebagai kakak laki-laki baginya.
"Baiklah." jawab Lilis seraya mengulas senyum di bibirnya. Senyuman yang terlihat begitu manis di mata Shaka.
"Oh astaga....apa yang terjadi padaku." Shaka sampai menggelengkan kepalanya.
Percakapan di antara Shaka dan Lilis terhenti ketika mobil Shaka memasuki salah satu kawasan cluster elite. Lilis menunjukkan pada Shaka rumah dari pemilik gaun yang akan mereka antarkan.
"Apa kamu yakin ini rumahnya???."Shaka memastikan.
Lilis mengangguk yakin, sebab ini kali kedua ia mengantarkan pesanan di rumah itu. Shaka memilih menunggu di mobil sementara Lilis turun dari mobil.
Sepuluh menit kemudian, Lilis kembali ke mobil.
"Kelamaan ya???."
"Nggak kok." jawab Shaka. Dan kali ini pria itu seperti tak sadar mengulas senyum manis di bibirnya.
Kini mobil Shaka kembali melaju menuju butik mama Vivi. Setelah mengantarkan Lilis kembali ke butik Shaka kembali ke perusahaan.
**
"Kenapa Lo tadi tiba-tiba cabut gitu aja dari hotel???."
Rusli dan Riza yang siang itu sengaja mengunjungi Shaka di perusahaannya, menjatuhkan bobotnya di sofa ruang kerja Shaka. seusai meeting di hotel tadi keduanya memilih mengunjungi Shaka untuk memastikan jika Shaka baik-baik saja.
"Nggak papa, cuma sedikit sakit kepala saja."
"Sakit kepala karena panas melihat itik menjelma menjadi angsa putih, dan sekarang banyak pria yang mengaguminya????." kalimat Rusli berhasil membuat Shaka mendengus kesal.
"Jangan asal menyimpulkan sesuatu!!!."
Gurat kesal di wajah Shaka justru semakin meyakinkan Rusli akan dugaannya. Ia tersenyum penuh makna.
"Kayaknya gue ketinggalan berita nih." timpal Riza menyaksikan interaksi di antara kedua sahabatnya.
"Sepertinya sahabat kita ini udah mulai move on dari si pramugari itu." Rusli yang menjawab.
"Apaan sih Lo." tepis Shaka.
"Apa salahnya kalau Lo jujur sama hati Lo sendiri, bro, kalau sekarang gadis yang Lo anggap udik itu sudah berhasil membuat hati Lo kepanasan, ketika kecantikannya jadi topik pembicaraan hangat para pria." Rusli terus memprovokasi Shaka untuk menurunkan egonya, dan mengakui perasaannya.
Shaka berlagak tidak terpengaruh sedikit pun dengan omongan Rusli, tetapi kenyataannya dalam hati pria itu mulai memikirkannya.
*
"Nggak mungkin.....gue nggak mungkin suka sama gadis itu." gumam Shaka.
Sepertinya semua omongan Rusli sudah berhasil memprovokasi Shaka. Buktinya di sepanjang perjalanan kembali ke rumah pria itu terus bergumam tak jelas.
Mobil Shaka mulai memasuki gerbang rumahnya. Dari balik kaca mobilnya ia dapat menyaksikan sebuah mobil yang begitu dikenalinya terparkir di halaman rumahnya. gegas Shaka turun dari mobilnya dan masuk ke dalam rumah.
"Tari...."
Benar saja pemilik mobil yang terparkir di depan sedang berada di ruang tamu bersama ayah dan ibunya, yang kini memandang ke arah datangnya dirinya. berbeda dengan Mama Vivi yang sudah terlihat kesal sejak kedatangan Tari beberapa saat yang lalu, sang suami justru tetap terlihat tenang.
Shaka semakin terkejut sekaligus tersentak ketika Tari tiba-tiba mendekat dan berlutut dihadapannya, gadis itu bahkan sampai memeluk salah satu kaki Shaka.
"Apa yang kau lakukan??." Shaka menautkan kedua alisnya pertanda bingung. spontan pria itu menjauhkan kakinya dari wanita itu.
"Please Ka, maafin aku!!!." dengan berderai air mata Tari memohon dan berlutut di hadapan Shaka, dan hal itu bukannya membuat Shaka simpati justru membuat pria itu semakin muak dengan tindakan mantan kekasihnya itu.
"Ayo perbaiki hubungan kita Shaka, aku menyesal pernah ninggalin kamu." setelah apa yang telah dilakukannya dengan mudahnya Tari meminta maaf dan ingin memperbaiki hubungan diantara mereka.
Shaka tersenyum miring. "Bukankah sejak malam pertunangan kalian hubungan kita sudah berakhir, lalu hubungan mana lagi yang ingin kau perbaiki, Tari???." intonasi Shaka terdengar pelan namun sanggup membuat hati Tari mencelos mendengarnya.
"Lagi pula aku akan segera menikah." kalimat tersebut lolos begitu saja dari mulut Shaka dengan lancar jaya.
Jangan lupa like, koment, vote, give, and subscribe ya sayang sayangku....😘😘😘🥰🥰🥰🥰🙏🙏🙏🙏🙏🙏
