Aluna Astery Geordan terkejut saat membuka matanya, tidak tau apa yang terjadi tiba-tiba dirinya menjadi istri seorang konglomerat.
Seingatnya dia baru saja mem print proposal-nya hingga tiba-tiba tubuhnya tersengat listrik karena ada salah satu kabel yang terkelupas dan setelahnya Aluna tidak ingat apa-apa.
Yang lebih mengejutkan lagi Aluna terbangun di tubuh seorang wanita bernama lengkap seperti namanya dengan kondisi yang tengah mengandung, Aluna semakin tidak percaya jika suaminya tidak perduli padanya dan menganggapnya hanyalah orang asing.
Bagaimana kehidupan Aluna setelah berpindah tubuh? Akankah dirinya bisa kembali ke kehidupan lamanya? Atau Aluna akan terjebak dalam tubuh seorang wanita hamil itu selamanya?
Bagaimana kelanjutan ceritanya? Silahkan baca novelnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riri-can, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bermuka Dua
Tidak terasa hampir sebulan Aluna kembali ke dunianya yang asli, meskipun ada perasaan sesak di dadanya mengingat dia sudah beberapa bulan menempati tubuh Aluna dan mengandung bayi dan pada akhirnya Aluna harus pergi, entah bagaimana keadaan Aluna dan bayinya di sana.
"Kira-kira gimana ya keadaan mereka?" guman Aluna penasaran
Saat ini Aluna sedang membuatkan kopi untuknya sendiri karena merasa mengantuk, untuk menghilangkan rasa ngantuk nya Aluna pun membuatkan kopi karena pekerjaannya masih banyak.
"Ngelamun mulu lo akhir-akhir ini, ada masalah?" tanya Ilyas pada Aluna
"Eh kamu? Enggak kok cuma lagi pusing sama kerjaan aja sih" jawab Aluna
"Lo nggak lupa soal permintaan pak Nando kan?" tanya Ilyas dan Aluna mengerutkan keningnya
"memangnya pak Nando bilang apa?" tanya Aluna bingung
Selama ini pak Nando tidak ada mengatakan apapun padanya, paling hanya menanyakan soal berkas dan meng-handle tugas untuk memeriksa data-data yang masuk.
"Tuh kan, lo lupa!" ujar Ilyas semakin membuat Aluna bingung
"Apaan sih Ilyas, pak Nando nggak ada ngomong apa-apa!" kesal Aluna
"Minggu yang lalu pak Nando chat via email ke gue katanya bahan presentasi lo yang buat, gue udah nunggu beberapa hari ini tapi belum ada, sedangkan rapatnya besok. Lo tau lah gimana keadaan kalau lagi rapat dengan semua ketua divisi, jadi udah selesai? Biar gue cek?" tanya Ilyas membuat Aluna mengerutkan keningnya karena tidak mengerti
"Tunggu dulu, pak Nando nggak ada ngomong apa-apa ke gue soal rapat!" kesal Aluna merasa di salahkan oleh Ilyas
"Jangan ngawur Lun, besok loh rapatnya!" Ilyas menatap Aluna tajam
"Seriusan, aku ga mungkin bohong. Terakhir pak Nando chat aku sekitar dua Minggu yang lalu itupun nanyain jadwal dia saja, nih aku buktikan kalau nggak percaya" ujar Aluna mengeluarkan ponselnya
Ilyas menatap ponsel Aluna dan yang Aluna Katakan memang benar, di pesan itu tertera jam, waktu dan hatinya sehingga perkataan Aluna tidak diragukan.
"Apa mungkin pak Nando lupa ngabarin ke aku? Kamu tau lah akhir-akhir ini pak Nando sibuk karena sebentar lagi dia pensiun" terang Aluna
"Masa sih Lun? Kita tau sendiri bagaimana pak Nando kalau kerja, sesibuk apapun dia pasti dia sempatkan buat kasih tau" balas Ilyas
"Kita temui saja pak Ilyas saja, kebetulan dia ada di ruangannya" ujar Aluna
Keduanya pun bergegas menuju ruangan pak Nando yang memang berada di ruangan divisi pemasaran tetapi ada ruangan khusus buat pak Nando sebagai ketua divisi.
Setelah mengetuk pintu dan mendapatkan izin untuk masuk keduanya pun menatap pak Nando.
"Ada apa?" tanya pak Nando
"Pak, saya mau bertanya soal jadwal rapat besok, saya baru dapat kabar dari Aluna jika dia tidak mendapatkan pesan apapun dari bapak mengenai bahan presentasi" terang Ilyas
"Lho? Saya kan sudah kasih tau kamu Lun?" tanya pak Nando menatap Aluna meminta penjelasan
"Tidak ada pak, bapak terakhir mengirimkan pesan pada saya dua minggu lalu" bantah Aluna
"Tunggu sebentar, saya memang tidak mengirimkan pesan padamu. Tapi saat itu saya mengatakannya pada anak magang itu, saya tidak sempat karena sedang ada keperluan saat itu, apa jangan-jangan Jasmin tidak memberitahukan kamu?" pak Nando mengambil ponselnya dan menyuruh Jasmin untuk memasuki ruangannya
"Permisi pak, ada apa ya pak?" tanya Jasmin sopan dan lembut
"Ehemm! Apa kamu sudah menyampaikan pesan saya pada Aluna?" tanya pak Nando tegas dan berwibawa
Jasmin menatap ketiganya dan menundukkan kepalanya saat melihat tatapan tajam dari Aluna.
"S.. sudah kok pak" jawab Jasmin gugup
"Nah kan? Jasmin sudah menyampaikannya Lun, jadi mana bahan presentasinya?" tanya Ilyas
"Tunggu dulu, sebenernya ada apa ini?" tanya pak Nando masih kebingungan
"Jadi begini pak, bahan buat presentasi besok belum Aluna kasih ke saya. Sedangkan saya harus memeriksanya untuk membuat beberapa variasi lagi dalam bahannya" terang Ilyas panik
"Apa benar begitu Lun?!" tanya pak Nando panik
"Kok kamu bisa ceroboh seperti ini Lun? Tidak seperti biasanya?!" paniknya
"Besok, bukan hanya ketua divisi saja yang ikut rapat tapi pak Joshua dan pemilik perusahaan ikut serta, bagaimana ini?!" panik pak Nando frustasi
"Saya memang tidak mendapatkan pesan apapun pak, entah itu dari bapak atau Jasmin!" terang Aluna kesal
"Kapan kamu memberitahukannya padaku Jasmin?!" tanya Aluna menahan rasa marah dan kesalnya
"Setelah pak Nando mengatakan itu padaku, aku langsung memberitakannya pada kakak" jawab Jasmin gugup
"Iya! Tapi kapan? Hari dan waktunya kapan!" kesal Aluna
"Hari Rabu jam 12 kak" jawab Jasmin
"Dimana kamu memberitahukannya?" tanya Aluna tersenyum culas
"Di kantor kak, saat makan siang" jawab Jasmin cepat
"Kalian denger sendiri kan? Kalian tau sendiri kalau hari Rabu aku tidak di kantor melainkan di lapangan untuk men cek barang!" kesal Aluna karena merasa tidak dipercayai
"Jadi pada siapa kamu mengatakannya Jasmin? Atau memang kamu tidak memberitahukannya padaku sama sekali?!" ujar Aluna menatap tajam Jasmin
"Tapi aku sudah mengatakannya pada kakak" elak Jasmin
"KAPAN?!" teriak Aluna marah
"Aku sudah melihat sejak beberapa hari terakhir ini, kamu selalu mencari masalah denganku! Entah apa masalah mu Jasmin!" kesal Aluna
"Kamu memang kelewatan Jasmin!" kesal pak Nando
Sedangkan Ilyas hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah Jasmin yang memang tidak bisa di toleransi, padahal rapat kali ini sangat berpengaruh untuk divisi pemasaran.
"Sekarang kamu tidak perlu datang lagi ke divisi ini, saya akan memberitakan dosen pembimbing kamu soal masalah ini!" ujar pak Nando membuat Jasmin panik
"Jangan pak! Saya salah" ucapnya terisak
"Maaf Jasmin, saya sudah melihat kinerja kamu selama ini dan memang selalu mencari masalah kepada rekan se tim kamu. Tapi kali ini tidak bisa saya maafkan!" terang pak Nando
"Maafkan saya pak, tolong maafkan saya" isaknya tetapi diabaikan oleh pak Nando
"Silahkan keluar Jasmin!" usir pak Nando
Jasmin menangis memohon-mohon supaya dirinya jangan di adukan kepada dosen pembimbingnya karena bisa saja skripsinya bermasalah, dia pikir mencari perhatian dengan menjatuhkan orang lain akan mudah karena biasanya di kampus dia mudah mencari perhatian para dosen dan teman-temannya tetapi nyatanya Aluna tidak bisa di jatuhkan, dia iri mendengar anggota divisi pemasaran selalu mengatakan jika Aluna sangat hebat dalam hal apapun, dia memang sengaja tidak memberitahukan pesan pak Nando supaya Aluna dapat masalah, alih-alih dapat masalah, malah dirinya yang terancam tidak akan lulus nantinya.
Setelah Jasmin keluar dari ruangan pak Nando terlihat ketiganya yang panik, tetapi setelah melihat dan memahami pembahasan untuk rapat besok akhirnya Aluna pun membuatnya, dia dan Ilyas begadang semalaman di kantor karena rapat besok di adakan jam 9 pagi dan tentunya waktunya cukup terbatas.
🐺🐺🐺
Semoga kalian suka ya, dan jangan lupa untuk tinggalkan jejak kalian seperti vote, subscribe, komen dan like ya supaya author tetap semangat.
riri-can