Pernikahan Rere dan Haikal yang tinggal menghitung hari, terpaksa batal karena Rere diketahui hamil. Rere merasa jika dirinya menjadi korban perkosaan, tapi dia tak tahu siapa yang melakukannya karena dia dalam kondisi tidak sadar saat itu. Disaat dia hancur karena pernikahannya batal dan mengandung janin dari orang yang tidak dia kenal, Romeo datang dan menawarkan diri untuk menikahinya. Tanpa Rere tahu, jika sebenarnya, Romeo adalah orang yang telah menodainya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
NOMOR TELEPON
Malam malam begini, melihat wanita yang mobilnya mogok, jelas Romeo tak bisa tinggal diam. Setelah mendapatkan izin dari Rere untuk membantu, dia segera mengambil jaket yang ada dijok belakang dan memakainya. Hujan gerimis seperti ini, pasti dingin sekali diluar.
"Gak mau bawa payung?"
Romeo menggeleng. Menurutnya, membawa payung hanya akan mempersulit geraknya saja. Lagian hanya gerimis kecil, tak masalah bagi dia.
"Kamu jangan keluar, didalam saja. Ntar kalau sakit, ngerepotin aku," canda Romeo.
"Aku bukan gadis manja yang hanya kena hujan dikit langsung sakit." Sangkal Rere sambil mengerucutkan bibir.
Romeo tergelak mendengarnya. Tak ingin membuat si wanita dengan mobil mogoknya terlalu lama menunggu bantuan disaat gerimis seperti ini, dia segera membuka pintu.
"Ok sweety, aku keluar dulu." Ujarnya lalu turun dan menutup pintu kembali.
"Ish, Romeo menyebalkan. Apa apaan dia, pakai panggil sweety, menjijikan." Rere bergidik geli. Tapi disamping itu, sebuah senyuman juga terukir dibibirnya.
Benar dugaan Romeo, diluar sangat dingin. Dia menerobos gerimis, menghampiri wanita yang sedang sibuk mengotak atik mesin mobilnya.
"Hei Nona, ada yang bisa aku bantu?"
Wanita tersebut langsung menoleh mendengar suara dari arah belakang. Dia mengernyit menatap pria yang berjalan kearahnya. Bahasa tubuhnya, memperlihatkan jika dia sedang was was.
"Aku bukan orang jahat, tenang saja." Romeo tersenyum ramah kearahnya. "Romeo." Ujarnya sambil mengulurkan tangan.
Dengan ragu ragu, wanita tersebut meraih tangan Romeo. "Anin." Dia menyebut namanya.
"Boleh aku periksa mesinmu?"
"Silakan." Anin minggir untuk memberikan tempat pada Romeo.
Romeo mulai mengecek mesin mobil Anin. Sedikit banyak, dia mengerti soal mesin. Dulu waktu SMA, dia pernah kerja disebuah bengkel milik ayah temannya.
Didalam mobil, Rere terus memperhatikan gerak gerik Romeo dan wanita itu. Awalnya, wanita itu hanya diam sambil memperhatikan Romeo, tapi lama lama kedua orang itu terlibat percakapan yang tak bisa terdengar oleh Rere.
"Tunggulah dimobil, disini hujan." Ujar Romeo pada Anin yang terlihat kedinginan.
"Mana mungkin aku membiarkanmu sendirian disini sedang aku enak enakan didalam, aku tak sekejam itu." Anin sudah mulai nyaman mengobrol dengan Romeo, tak lagi was was seperti awal bertemu tadi. "Apa kerusakannya parah, perlu aku panggil orang bengkel?"
"Sepertinya tidak perlu, aku bisa menanganinya. Untung dimobilmu peralatannya lengkap."
"Itu mobil kakak laki lakiku."
"Oh...pantesan."
Anin tersenyum sambil menatap Romeo. Tadi dia sempat kesal gara gara mobil mogok, tapi sekarang, dia merasa beruntung karena ada pria tampan yang menolongnya.
Melihat wajah Romeo yang kotor karena tak sengaja tersentuh tangan, Alin langsung masuk kedalam mobil untuk mengambil tisu.
Romeo kaget saat Anin tiba tiba mengelap pipinya.
"Tidak perlu seperti ini." Romeo merasa tak nyaman.
Anin menunjukkan noda hitam ditisu bekas menyeka pipi Romeo. "Tapi wajahmu kotor."
"Tak apa, biar nanti saja aku bersihkan sendiri.
Didadam mobil, Rere mendesis pelan melihat bagaimana wanita itu memperlakukan Romeo. Kenapa ada rasa tak terima dihatinya, apa ini artinya, dia sedang cemburu?
"Coba nyalakan mesinnya," titah Romeo.
Anin mengangguk lalu masuk kedalam mobil. Dia barharap mobilnya tak menyala agar bisa lebih lama dengan Romeo, sayangnya tak sesuai harapan, mobilnya bisa menyala.
Romeo bernafas lega lalu menutup kembali kap mobil.
"Terimakasih," ujar Anin yang baru saja keluar dari mobil. "Berapa aku harus membayarmu?"
Romeo tertawa mendengarnya. "Apa tampangku mirip montir keliling?" candanya. "Tidak perlu, aku ikhlas menolongmu."
"Tapi aku tidak enak berhutang budi."
"Aku tak pernah mengangggapnya hutang."
"Begini saja. " Anin memberikan selembar tisu yang sudah dia tulis nomor telepon. "Hubungi aku besok, mungkin kita bisa merencanakan pertemuan berikutnya."
Mata Rere membeliak saat melihat Anin membentuk jarinya menjadi simbol telepon dan meletakkan dipipi. Ditambah lagi kertas putih yang wanita itu berikan pada Romeo, membuatnya yakin jika dikertas itu ada nomor telepon.
"Sepertinya tidak perlu." Remeo mengembalikan tisu bertuliskan nomor telepon tersebut pada Anin tapi wanita itu tak mau menerimanya.
"Sudahlah ambil saja, hubungi aku kapanpun kamu mau."
"Romeo."
Suara panggilan yang cukup kencang dari arah belakang membuat Romeo dan Anin menoleh kearah sumber suara.
"Astaga, kenapa kamu keluar." Romeo panik melihat Rere yang berjalan cepat kearahnya. Segera dia melepas jaket lalu menggunakannya untuk memayungi Rere. "Bukankah aku sudah bilang untuk menunggu dimobil saja. Aku tak mau kamu sakit gara gara kehujanan."
Anin mengernyit melihat interaksi keduanya yang terlihat sangat dekat. "Siapa dia?" tanyanya penasaran.
"Dia istriku." Mata Anin seketika terbeliak. Dia menunduk sambil menggigit bibir bawahnya. Sumpah, dia malu sekali karena tadi memaksa Romeo menerima nomor ponselnya. Dia tak tahu kalau Romeo sudah beristri.
"Anin, kayaknya kita harus pergi dulu. Istriku sedang hamil, disini sangat dingin. Aku tak mau dia sakit karena kehujanan." Perasaan Rere membuncah mendengar itu.
Anin mengangguk, lidahnya masih terasa kelu untuk mengeluarkan kata kata. Dia masih syok mengetahui status Romeo.
Romeo berjalan sambil memayungi Rere dengan jaket menuju mobil. "Udah tahu hujan, kenapa keluar? Bukankah aku sudah menyuruhmu menunggu didalam."
Rere diam saja tak menjawab. Tak mungkinkah dia bilang keluar karena cemburu melihat Romeo diberi nomor telepon oleh cewek cantik.
"Romeo," panggil Anin saat dia teringat sesuatu.
Mendengar panggilan itu, Romeo langsung menoleh, begitupun dengan Rere.
"Terimakasih banyak atas bantuannya. Dan yang tadi, buang saja." Sebenarnya malu juga dia mengatakan itu. Tapi sudahlah, dia memang tak tahu status Romeo tadi.
selamat meo n rere 💐🤗
momen yg dinanti reader, pengakuan Romeo, dan akhir cerita kisah Romeo nd Rere /Slight/
deg-degan juga menuggu momen itu 🙁