Apakah perjalanan kisah Zeva dan Askara kembali berlanjut setelah 6 tahun berpisah. Pertemuan keduanya di rumah sakit yang sama. Zeva yang sudah menjadi Dokter muda beberapa bulan di rumah sakit dan tidak lama Askara yang tiba-tiba bergabung di rumah sakit yang sama sebagai senior.
Kecanggungan pertemuan keduanya. Karena masa lalu yang mereka alami bersama. Kasus kematian model terkenal. Membuat keduanya kembali dekat. Askara yang mengetahui kelemahan Zeva sebagai seorang Dokter yang ternyata memiliki ketakutan dan bukan seperti seorang Dokter pada umumnya. Askara yang tetap mendampingi Zeva sebagai senior dalam profesional pekerjaan.
Namun kedekatan keduanya tidak lepas dari dari rasa sakit hati Zeva yang merasa di permainkan dan tidak ingin terjebak dengan masalah hati dengan pria yang sama untuk kedua kalinya.
Bagaimana hubungan mereka selanjutnya?
Bagaimana Askara yang menyembuhkan luka yang pernah di berikannya pada wanita yang dulu pernah mengisi hari-hari nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 19 Ungkapan hati yang tertahan.
"Apa sekarang kau masih punya muka setelah kau merusak kebahagiaan orang lain. Apa kau tidak bisa mendapatkan laki-laki lain selain Askara hah!" Laras bahkan menyebutkan nama Askara membuat orang-orang semakin berspekulasi tinggi.
"Aku sudah mengorbankan hidupku, karirku untuk Askara dan Chiko. Tetapi, kau kembali datang. Gara-gara kemunculan mu. Askara melarangku untuk bersama dengan Chiko!"tegas Laras.
"Apa kau puas!" teriak Laras mendorong bahu Zeva sampai membuat Zeva bergeser.
"Heh apa yang kau katakan. Kenapa sejak tadi mulutmu tidak berhenti berbicara, kau jangan membuat kerusuhan di sini dan sampai melukai temanku," sahut Inggit yang tidak bisa tinggal diam.
"Teman katamu. Apa kau masih mau berteman dengan wanita munafik sepertinya hah!" tegas Laras menunjuk tepat di wajah Zeva yang sejak tadi hanya diam saja yang membiarkan Laras memakai dirinya.
"Wanita ini sangat jahat. Dia sudah merusak kebahagiaan ku. Seharusnya kau saja yang mengalami semuanya di bandingkan Rora!" tegas Laras yang membuat Zeva melihat kaget.
Perkataan Laras seakan membuat darah Zeva berdesir yang menegakkan kepala dan menurunkan tangannya dari pipi yang sudah memerah itu.
"Apa maksud mu?" tanya Zeva dengan suara seraknya yang menatap tajam Laras.
"Kau sudah menghancurkan kebahagiaan ku. Aku mencintai Askara dan kau anak kecil yang datang ke dalam kehidupan kami berdua dan merusak hubungan kami. Kau pergi dan kembali lagi dan melakukan hal yang sama. Aku mengatakan kau sangat jahat," tegas Laras dengan matanya yang menatap sangat tajam.
"Kau tidak punya harga diri, kau rendahan, munafik, naif!" maki Laras semakin parah.
Askara keluar dari ruangannya dan melihat sekumpulan orang-orang yang rame membuat Askara heran. Namun Askara melihat dari kejauhan Zeva dan Laras yang berhadapan.
"Laras!" Askara yang merasa ada yang tidak beres langsung buru-buru berlari ke tempat kerumunan tersebut tanpa berpikiran apapun.
"Kau yang pantas mati saat itu, kau yang seharusnya mengalami semuanya, kau seharusnya juga yang bernasib sama dengan Rora. Seharusnya Revald malam itu melakukan hal yang sama padamu dan Askara tidak harus menyelamatkanmu!" tegas Laras yang mengungkit masa lalu.
Zeva yang tampak tersentak dengan air matanya jatuh. Sekita Zeva yang tiba-tiba saja terbayang pada kejadian itu. Dalam pandangan Zeva rumah sakit yang dikerumuni banyak orang itu adalah gedung yang tidak berpenghuni yang tampak gelap dan ada Revald yang melakukan tindak kekerasan kepadanya yang membuatnya ketakutan seketika dengan tubuh yang mulai tidak stabil.
"Jika kau tidak ada sekarang mungkin aku dan Askara tidak akan seperti ini!" tegas Laras yang terus mengoceh.
"Zeva kamu baik-baik saja?" tanya Inggit yang melihat Zeva memegang kepalanya dengan nafas yang naik turun dan langsung berkeringat dingin
"Zeva!" Inggit semakin panik dengan suasana yang semakin menegangkan itu.
"Seharunya Revald membunuhmu!"
"Laras hentikan!" bentak Askara yang sudah berada di sana dan melihat keadaan Zeva yang tiba-tiba saja tubuhnya bergetar ketakutan.
"Apa yang kau lakukan Laras!" bentak Askara.
"Zeva!" Askara mencoba untuk menenangkan Zeva.
"Tidak! tidak! Tidak!" Zeva terus saja memegang kepalanya dengan air mata yang mengalir jatuh.
"Kau benar-benar sangat keterlaluan Laras!" tunjuk Askara dengan penuh kemarahan.
"Zeva kamu tenanglah!" Askara yang langsung membawa Zeva pergi. Sebelum keadaan Zeva semakin tidak terkendalikan.
"Askara!" panggil Laras yang ingin mengejar Askara.
Inggit yang panik dengan Zeva langsung pergi dan tidak tahu siapa wanita yang membuat Zeva sampai seperti itu.
Sementara orang-orang yang tadinya menjadi penonton satu persatu meninggalkan tempat itu dengan penuh pertanyaan atas apa yang terjadi.
********
Sementara Askara yang membawa Zeva kedalam ruangannya yang mendudukkan Zeva di sofa dengan keadaan Zeva yang masih belum stabil dengan wajah pucat Zeva. Askara mengambil air putih yang berjongkok di depan Zeva dan memberikan air tersebut.
"Minumlah!" Askara dengan lembut memberikan air yang juga membantu Zeva untuk minum.
Nafas Zeva masih terlihat tidak stabil yang naik turun.
"Tidak terjadi apa-apa Zeva. Kamu jangan khawatir! semuanya akan baik-baik saja," ucap Askara terlihat simpatik pada Zeva sudah berkeringat dingin.
Zeva yang sedikit mulai tenang yang sedikit bisa mengendalikan diri. Zeva menatap laki-laki di hadapannya itu dan Askara yang memegang pipi Zeva.
"Maafkan aku Zeva. Semua karena ku dan kamu mengalami semua ini. Hal ini tidak akan terjadi lagi. Aku tidak akan membiarkan ada yang menyakiti kamu dan membuat kamu mengingat semuanya," ucap Askara dengan lembut yang menatap Zeva dalam seperti pelindung baginya.
Namun tiba-tiba Zeva menepis tangan Askara dari pipinya dengan kasar.
"Jangan menyentuhku dan menggangguku lagi. Cukup mempermainkanku," tegas Zeva dengan menekan suaranya yang memberi peringatan pada Askara yang membuat Askara kaget.
"Zeva!" lirih Askara.
"Apa maksud kamu?" tanya Askara.
"Diam dan jangan menyebut namaku," sentak Zeva mengangkat jarinya dengan penuh penegasan pada pria yang masih bingung dengan sikapnya.
Zeva berdiri berdiri dari tempat duduknya. Askara juga berdiri.
"Apa kamu belum puas dengan semua ini hah! Bagaimana dia mempermalukan ku, merendahkan ku di depan semua orang orang! Apa ini yang kamu inginkan hah!" teriak Zeva yang tidak bisa mengendalikan diri dan Askara yang menjadi pelampiasan.
"Kamu sudah cukup mempermainkanku! aku muak!" lanjut Zeva dengan meninggikan volume suaranya.
"Aku tidak pernah mempermainkan mu Zeva," sahut Askara dengan suara lembutnya .
"Apa kamu bilang. Kamu tidak pernah mempermainkanku. Lalu apa semuanya, untuk apa kamu berada di sini dan kembali seperti dulu dengan berusaha mendekatiku, dan mencari perhatian dariku, membuatku kagum kepadamu, lalu jatuh hati, punya perasaan yang berlebihan dan pada akhirnya aku di campakkan dan hanya di anggap tidak pernah punya tempat sama sekali yang di jadikan sebagai pelarian," teriak Zeva dengan isi hatinya yang di keluarkan karena kemarahannya.
"Apa maksud mu Zeva?" tanya Askara dengan wajah bingungnya.
"Jangan pura-pura seperti ini. Kamu ingin melakukan hal itu untuk yang kedua kalinya. Apa belum cukup kamu melakukannya waktu itu," ucap Zeva dengan air matanya keluar dengan nafas yang tidak teratur yang merasa sesak pada dadanya.
"Kamu salah paham Zeva," sahut Askara yang masih begitu tenang berbicara.
"Kamu benar, aku memang salah paham dengan semua sikap kamu kepadaku dulu dan sekarang. Aku pikir kamu mempunyai perasaan kepadaku yang lebih. Tetapi ternyata tidak, aku yang salah dan terlalu bodoh yang bisa dibohongi dan hanya dijadikan alat untuk menyatukan kalian berdua," tegas Zeva yang semakin terluka.
"Tidak seperti itu Zeva," sahut Askara.
"Lalu seperti apa. Kamu yang punya masalah hubungan dengan dia dan melampiaskan kepadaku. Kamu menggunakan ku, untuk mencari pelajaran diantara hubungan kalian berdua," tegas Zeva.
"Kamu tahu tidak. Jika kamu adalah laki-laki yang paling jahat yang pernah aku temui. Aku berusaha untuk melupakan semua dengan perasan ku untuk tidak mengingatmu. Tetapi sekarang kamu muncul kembali lagi seolah-olah kamu sangat peduli kepadaku. Kamu seperti dulu yang seolah-olah memberikan tempat padaku. Tapi nyatanya masih sama. Lagi dan lagi aku di jadikan tumbal untuk hubungan kalian berdua," tegas Zeva sembari menunjuk-nunjuk Askara.
Bersambung
...Alhamdulillah saya sekarang kembali memunculkan karya baru yang berjudul Jebakan Saffana Untuk Aksa . Jangan lupa untuk memberikan dukungan pada karya baru saya dengan like yang banyak, vote yang banyak, subscribe, dan juga memberikan masukan-masukan yang bisa menjadikan motivasi untuk saya terima kasih sekali lagi saya ucapkan untuk para pembaca setia saya....
happy ending..so sweet ❤️❤️
makasih mak othor,,,,selamat ya askara dan zeva, semangat terus berkarya ya mak othor,,,,
dan askara ma zeva jg akan berpisah,,,wiisss kabeh do pisah, gek bubar,,,wkk
berharapnya bgtu dg askara dan zeva ya mak othor,,,
kalau perlu dia bundir 😝😝
Mau pergi kemanapun
kalau memang udah jodoh
Zeva n Askara akan bertemu lagi👍👍