Penjara CEO Dingin

Setelah pertemuannya dengan Leonard, akhirnya Yola pun menuruti keinginan Leo untuk meninggalkan Kota sementara waktu demi kebaikannya dan juga semua orang.

Menjelang sore hari Yola kembali ke kediaman Dinata dan memberitahukan pada Hadi dan Irma tentang rencananya yang akan pergi untuk sementara waktu.

Yola mengatakan jika Alan , memberikannya pekerjaan yang cukup bagus di luar kota dan Yola menerimanya dengan dalih ingin memulai kehidupan baru.

" Apa kau sudah yakin dengan keputusanmu itu nak?" tanya Irma

Yola yang sedang berkemas - kemas pun mengangguk.

" Jika, itu sudah menjadi keputusan mu Ibu dan Ayah hanya bisa mendoakanmu, semoga kau baik-baik saja disana , dan jaga dirimu jangan sampai kau tertipu lagi dengan orang -orang yang tidak bertanggung jawab" ucap Hadi.

" Iya Yah, maafin Yola ya, jika selama ini Yola sering membuat Ayah dan Ibu juga Kak Arga kesusahan " Yola memeluk Hadi dan beralih memeluk Irma.

" Jangan bicara seperti itu, kau putri kami dan akan tetap menjadi putri kami bagaimanapun dan apapun yang terjadi" kembali Hadi berbicara.

" Yola sayang Ayah dan Ibu"

" Kami juga sangat menyayangimu sayang, jaga dirimu baik-baik disana , segera hubungi kami begitu kau sampai disana" timpah Irma

" Baik Bu"

" Oh ya, kau pergi dengan Alan ?"

" Tentu saja tidak Bu, aku pergi dengan di antar orang-orang kepercayaannya, dan mereka juga akan ditugaskan disana menjagaku" jawab Yola dengan sedikit berbohong.

Memang benar ia akan diantar, bukan untuk dijaga layaknya majikan melainkan sebagai tawanan ataupun sandera lebih tepatnya demi menebus kesalahannya pada Leo.

" Ya sudah Bu, Yola berangkat dulu ! Jaga diri Ibu dan Ayah,maaafin Yola ya" pamit Yola.

" Kau ini seperti tidak akan kembali lagi saja bicaramu, ya sudah sana berangkatlah hati-hati di jalan "

Yola pun berpamitan dengan kedua orang tuanya dengan berat hati, Yola memasuki mobil yang sudah menunggunya sedari tadi dimana sopir dan dua orang pengawal siap mengantarkannya meninggalkan Ibu kota menuju ke luar kota.

☘️☘️☘️☘️☘️

Ditempat lain saat ini Kanaya terlihat tergesa-gesa menuruni tangga dengan berlarian.

" Bi...." panggilnya.

" Iya, Non ada apa ?"

" Bi, tolong bilang supir untuk mengantarkan aku ke kampus sekarang!!"

" Loh Kok? Inikan sudah sore Nona?"

" Iya, barusan pihak kampus menghubungi Naya Bi, katanya ada sesuatu yang ingin mereka sampaikan secara langsung"

" Oh , begitu ya Non"

" Iya Bi, ya sudah Naya pamit ya Bi"

Kanaya meraih tasnya dan berjalan keluar Mansion dan pak sopir sudah siap untuk mengantarkannya dan kedua pengawal yang selalu siaga untuk menjaganya.

Tidak butuh waktu lama bagi Kanaya untuk sampai ke kampus.

Para mahasiswa yang baru saja akan pulang di kejutkan dengan kedatangan Kanaya dan kedua pengawalnya.

Namun tak ada seorang pun yang berani bertanya ataupun menyapa Kanaya semua nampak diam dan seolah berusaha untuk tidak berpapasan dengan Kanaya.

Meskipun demikian Kanaya masih bisa mendengar kasak kusuk diantara para mahasiswa membicarakan dirinya saat ini.

" Naya!!!" panggil seseorang yang tak asing bagi Kanaya.

" Luna, ada apa ini ? Kenapa yang lain seperti ngehindar gitu ?" tanya Kanaya pada sahabatnya itu.

"Jangan hiraukan mereka, Lo sudah di tunggu di ruang Dosen, Gue gak begitu jelas mendengar tapi dari yang Gue dengar katanya kampus ini akan di hancurkan jika para mahasiswa dan dosen yang tempo hari memperlakukan Lo dengan buruk tidak meminta maaf sama Lo " tutur Luna.

" Apa? Tapi siapa yang memberikan perintah seperti itu? " Kanaya begitu terkejut dengan apa yang di katakan Luna.

" Yeaayy mana gue tahu , seharusnya Gue yang nanya kali sama Lo"

Kanaya terlihat diam, ia kemudian teringat sosok Leo.

" Nona, ini pasti atas perintah Tuan Muda" bisik salah satu pengawalnya.

Kanaya mengangguk sekilas dengan segera ia menuju ruang dosen bersama Luna yang tadinya akan pulang malah mengikutinya.

" Selamat sore Pak, maaf ada apa ya saya di panggil ke kampus?" ucap Kanaya.

" Oh ,kau sudah datang.rupanya, selamat sore juga Naya" sang Dosen yang dengan segera menyambut kedatangan Kanaya dan mempersilahkannya untuk duduk di kursi tamunya.

Luna dibuat terkejut dengan sikap Dosen yang biasa bersikap ketus itu berubah bersikap ramah pada Kanaya.

Kanaya duduk di kursi bersama Luna dan kedua pengawalnya masih setia berdiri di sisi kiri dan kanannya.

Sang Dosen di buat gugup dengan keberadaan dua pengawal itu.

" Naya, Bapak hanya ingin menyampaikan maaf secara langsung atas perlakuan dan kejadian tempo hari padamu , Bapak sudah bicara dengan semua mahasiswa dan mereka pun setuju untuk meminta maaf padamu" ucap Pak Dosen.

" Tapi Pak, saya tidak mengharapkan ini dari Bapak dan dari teman -teman yang lain, saya sudah tidak apa-apa kok...saya sudah memaafkan kalian semuanya " tulus Kanaya.

" Syukurlah kalau begitu, Bapak senang mendengarnya, terimakasih atas kebaikan hatimu Naya"

" Sama-sama Pak, jangan sungkan " timpah Kanaya

" Makanya Pak, jangan sok keras " Luna dengan tiba-tiba membuat Kanaya sedikit mencubit tangannya dan sontak Luna meringis kesakitan.

" Aww... Nay...sakit tahu, paan sil Lo pake nyubit segala? "

Luna menatap kesal Kanaya sementara Kanaya bersikap pura-pura tidak mendengar dan malah tersenyum ke arah Dosen dengan senyum palsunya untuk menutupi rasa malunya karena Luna.

" Oh Ya, Naya Bapak minta maaf sebelumnya tapi Bapak hanya ingin tahu ada hubungan apa kau dengan Tuan Muda Leo?"

Kanaya terkejut dengan pertanyaan yang di ajukan Dosen , begitu juga dengan Luna yang kini ikut menatapnya penasaran, Kanaya bingung entah ia harus berkata apa.

" Iya bener Nay, ada hubungan apa Lo sama Tuan Muda itu? Gue juga pengen nanya ini dari tadi tapi lupa" tanya Luna.

" Bukan apa-apa Naya, tapi desas desus di kampus yang tersebar katanya kau memiliki hubungan khusus dengan Tuan Muda Leonard, apa itu benar?" semua berpikiran demikian terbukti dengan ancaman yang dia berikan kepadaku dan para mahasiswa apa itu benar kau adalah wanita khususnya Tuan Muda?" kembali Pak Dosen bertanya membuat Kanaya tak bisa berkata-kata ia bingung harus menjawab apa.

" Jaga bicaramu Tuan, anda telah berani menghina Nona kami" ucap pengawal Kanaya dengan tatapan tajam pada sang Dosen.

" Saya, saya minta maaf, saya hanya ingin memastikan saja Tuan " Pak Dosen dengan gugup.

" Nay, jawab dong kenapa sih Lo, diam terus apa Lo mau di jadiin bahan ghibah orang lain terus -terusan" Luna mencoba untuk meyakinkan Kanaya.

Kanaya semakin di buat kebingungan entah apa yang harus ia katakan, bagaimana kalau ia mengaku jika dia istrinya Leo, apa mungkin semua orang akan mempercayainya? Jika tidak ia akan di anggap sebagai pembohong, dan yang terpenting apakah Leo mau mengakui bahwa dirinya adalah istrinya pada semua orang?" Kanaya semakin kalut dan bingung.

" KANAYA ADISTI ADALAH ISTRIKU!!!"