Novel bertema Percintaan Manis
Rina Arumi Yasmin berstatus mahasiswa semester akhir telah menyabet sabuk hitam dalam seni bela diri. Berjumpa dengan laki-laki misterius yang ternyata menurut Rina adalah malaikat pelindungnya. Akankah ia berjodoh dengan malaikat pelindungnya?
Semoga reader senang dan termotivasi setelah membaca novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuk_Rini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembang Setaman, Tikus dan Biang Keladi
Di Pulau K Yuda dan Rendi memilih bermalam di rumah petak dekat dengan kebun sawit. Saat berbaring di kasur dini hari, ia baru ingat ada seseorang yang dijanjikan untuk Video Call. Segera ia mengambil ponsel dan menghubungi Rina.
Tut..tut…tut..”Nomor yang anda tuju sedang ngambek”
Begitulah kira-kira suara operator mewakili suara hati Rina yang telah tertidur.
Ia coba berulang-ulang tetap jawaban yang sama. Karena rasa bersalah memuncak membuat Yuda tidak bisa segera terpejam. Yuda merasa gelisah, pasti Rina tadi menunggunya. Terbesit untuk menghubungi Meysa, namun di urungkan sebab pasti masih tidur. Mau menghubungi Fajar adiknya, namun pasti tidak berani mengganggu kamar Rina. Sudahlah tunggu sampai pagi tiba.
Dua jam ia memejamkan mata kemudian terbangun karena ada makhluk pengerat sedang melumati ibu jari kaki.
“Hua……Dan**k” reflek Yuda teriak dan mengumpat
“Apa, ada apa?” Rendi ikut bangun dan terkaget
“Ono tikus Ren, ngrokoti jempolku! Delok en Ren, jempolku krowak?”
(Ada tikus Ren, gigit jempolku! Lihat jempol ku lubang)
Rendi cukup syok, darah bercucuran di jari kaki Yuda. Ia segera keluar kamar dan mencari kotak obat. Ditemukan kapas, di usap nya pelan-pelan. Sedikit demi sedikit darah terhempas. Sampai terlihat luka sesungguhnya.
“Krowok Yud!” Rendi menggoda
(Lubang Yud)
“Huh..gedhe tah? sopo ora kaget ono tikus ngrokoti sikil!”
(Huh besar kah? siapa tidak kaget ada tikus gigit kaki)
“guedhi bolongane, ora iso sepatuan” jelas Rendi
(Lubang nya besar, tidak bisa pakai sepatu)
“Dadi ora gantheng sikilku” jawab Yuda
(jadi tidak ganteng kakiku)
“Heem cacat” Jawabnya singkat, “Wis mari” Rendi selesai membersihkan luka Yuda dan memberi plester mini
(iya cacat) (sudah selesai)
“Lho mung ngunu tok?” Yuda tercengang
(lho begitu saja?)
“Penjalukmu pye kakanda?” Rendi bersuara ala Rani
(kamu minta nya gimana kakanda?)
“Lha ndi krowoke?”
(Lha mana lubangnya?)
“Ning atimu!” canda Rendi
(di hatimu)
“Tikus edan, gawe goroh!”
(Tikus gila, bikin masalah)
“Suwun ya Ren, Hp ku ndi?”
(terimakasih Ren, HP ku mana?)
Segera menghubungi yang di seberang sana, nyatanya masih bunyi tut..tut..tut…operator masih setia menjawab
Kemudian tok..tok..tok..
“Pak Yuda, Pak Rendi mari ke kebun sawit” ucap pak Abeng yang tinggal di rumah petak sebelah bekerja sebagai site engineer. Pak Abenglah yang berhubungan langsung dengan masyarakat pulau K.
“Iya pak Abeng tunggu, kami siap-siap” jawab Rendi di balik pintu
Karena tergesa untuk ke kebun sawit, Yuda tidak menghubungi Rina kembali.
Untuk ke kebun sawit Yuda dan Rendi menggunakan sepatu boots, celana jeans, kemeja casual, tak lupa topi. Dengan menggunakan mobil jenis 4WD driver Pak Abeng, mereka menuju kebun sawit. Tiba di kebun sawit ternyata disambut dengan gadis berboots namun dipadu padankan dengan rok di atas lutut, tanktop dengan belahan dada rendah, lengan di tutup sweater, rambut di curly, ia adalah Arai anak pak Nara.
“Pagi Pak Yuda dan Pak Rendi, hari ini saya akan menemani kalian berdua mengunjungi kebun sawit yang baru” Arai berkata
Melihat penampilan Arai, Rendi ternganga.
Mulutnya melongo kemudian bersiul “suit…suit..”
Rok mini itu berkibar-kibar terkena angin menunjukkan paha mulus milik Arai.
Si pemilik paha meliuk-liuk berusaha menutup bagian feminine miliknya.
“Di mana pak Nara?” Tanya Yuda
“Pak Nara mendadak tidak enak badan” jawab Arai
“Ow..tidak enak badan ya?” Rendi menjawab penuh kesangsian
Arai masih meliuk-liuk..”aahh..rok ini susah di atur!” bernada lirih tapi masih dapat didengar oleh ketiga laki-laki itu.
“Lagian tidak tahu tempat banget, di tempat seperti ini memakai rok mini! Heh..macam-macam aja KEMBANG SETAMAN” Rendi berucap
“Hah apa? Anda menyebut saya apa?” Arai bertanya untuk meyakinkan pendengarannya.
“Sudah, lagian ini pekerjaan pak Nara, tidak lah pantas pekerjaan ini dilimpahkan anaknya, kami mempekerjakan nya bukan anaknya. Hati-hati rok mu, jangan membuat orang menilaimu jelek!” Tegur Yuda
“Iya Pak Yuda maaf, rok ini mama juga yang menyuruh” Arai menunduk
“Baik Pak Abeng anda bisa menjadi petunjuk jalan bagi kami!” Perintah Yuda
Mereka berempat harus berjalan sekitar 2 km untuk menuju kebun sawit baru.
Selama perjalanan Arai berfoto ria. Ternyata Arai penyuka dunia sosmed. Jepret sana sini, bahkan tanpa ijin ia memfoto dirinya yang di belakangnya ada Yuda, di mana angle fotonya sungguh seperti seakan-akan ia berjalan-jalan sambil menggandeng tangan Yuda.
Foto itu ia upload di sosmed miliknya. Pun demikian, ia memperoleh foto Rendi juga dan upload di sosmed.
.
.
Pagi itu di kota B sedang hujan gerimis, mentari seakan enggan untuk menampakkan diri, udara bertambah dingin sehingga membuat insan yang tidur semakin merapatkan selimut. Ditambah yang semalam menangis malah semakin berat untuk membuka mata sebab kelopak mata membengkak.
“Pagi, assalamualaikum bu Mey” Salam Rina begitu melihat dibalik selimut, bu Mey ternyata sudah membuka mata namun tak beranjak dari kasurnya.
“Pagi waalaikumsalam Rin, brrr…dingin banget Rin, rasanya tidak mau membuka selimut ini!” Ucap Bu Mey
“Iya bu Mey, di luar hujan jadi tambah dingin. Tapi hari ini kita jadi kembali kan bu Mey ke kota M?”
“Iya, tadi malam Pak Hendra memberitahu kita balik setelah sarapan."
“Jadi kita harus packing bu Mey”
“Iya Rin”
Rina bangkit dari kasur perlahan, luka di perutnya belum lah sembuh total. Ia menuju almari mengambil HP dan mengaktifkannya. Begitu menyala ternyata ada notif panggilan masuk dari Yuda. Hanya sebatas panggilan tanpa ada chat seperti biasanya. Rina memilih meletakkan HP kemudian berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri kemudian menghadap pencipta.
Seusai packing kurang lebih jam delapan ada yang mengetuk pintu kamar tok..tok..tok..
“Biar aku yang buka pintu Rin” Bu Mey berkata
“Siapa bu Mey?” Tanya Rina
“Ini pagi-pagi ada kiriman atas nama Rina Arumi Yasmin”
“Dari siapa bu Mey”
“Di sini tertulis teruntuk “senyum yang menjadi canduku” tidak ada nama!”
(Hem..kakanda pasti) Rina berucap dalam hati
“Dari siapa Rin?” Ulang Bu Mey
“Pimpinan bu Mey”
“So Sweeeettttt, aku ikut meleleh, suamiku saja gak pernah begitu, sekalipun masa kami pacaran. Kamu beruntung Rina”
“Tapi kami belum berkomitmen apapun bu Mey”
“Tunggu saja Rina, pasti pimpinan kita sedang menyiapkan sesuatu yang spesial untuk mu! Buka dong aku ingin tahu isinya!” Seru bu Mey
“Serabi bu Mey masih hangat, ayo kita makan bareng-bareng! Banyak bu Mey, panggil teman-teman ke kamar kita gimana?
“Wahhhh enak pasti, oke aku panggil mereka!”
Sementara Bu Mey memanggil teman temannya, Rina membuka aplikasi chat dan mengetikkan “Terimakasih serabinya, barakallah” kemudian ia kirim. Cukup singkat saja.
.
.
“Ini pak lahan baru milik Pak Yuda”
“Lalu masalah yang dikeluhkan masyarakat apa pak Abeng?”
“Masyarakat meminta hak bagi hasil dilaksanakan, mereka meminta juga kompensasi atas lahan masyarakat”
“Bukankah perusahaan telah melakukannya sejak awal pembukaan lahan dulu? Dalam laporan kamipun sudah keluar rekening”
“Namun tidak sampai seluruhnya ke masyarakat pak”
“Itu pak Dandi akan berbicara, beliau wakil dari masyarakat”
“Pagi Pak Dandi saya Yuda pemilik kebun sawit ini. Bagaimana pak masalah apa yang dikeluhkan?”
“Secara formal, kami memiliki hak terhadap lahan kami. Perusahaan sudah memperoleh izin menjadikan lahan sebagai perkebunan. Antara perusahaan dan masyarakat telah menandatangani kesepakatan kompensasi dan bagi hasil tapi faktanya yang terjadi tidak seperti itu perusahaan tidak membayar penuh kompensasi atas lahan masyarakat seperti yang telah disepakati." ucap pak Dandi
“Begini pak Dandi, kami dari pusat telah mengeluarkan dana kompensasi dan bagi hasil dari rekening kami sesuai yang disepakati. Namun jika tidak sampai diterima penuh oleh masyarakat, kami akan menyelidiki di mana letak kebocoran dana ini”
“Saya harap Pak Dandi dan masyarakat sekitar sabar atas masalah ini, akan segera kami tuntaskan dan atas kekurangan kompensasi dan bagi hasil akan kami berikan. Kami mohon kerjasamanya atas kepengawasan masalah ini!” Yuda mengeraskan rahang
“Ternyata pemilik kebun sawit ini berkepribadian baik dan santun. Namun berbeda dengan anak buah nya.”
“Maksud bapak siapa?” Rendi bertanya
“Itu pak Nara dan bawahannya”
“atas bukti apa Pak Dandi menuduh papa saya, Pak Dandi bisa saya tuntut.” Arai ikut bersuara
“Ow anda anak Pak Nara? Tenang kami dari masyarakat sudah menyiapkan bukti. Kami siap membuktikanya jika sudah saatnya.” Jawab pak Dandi
“Baik Pak Dandi kami akan tindak lanjuti, kami mohon undur diri." ucap Yuda
“Rendi usut tuntas dan singkirkan biang keladi sampai ke akar, kita kembali sekarang juga!” Perintah Yuda karena marah besar kemudian beranjak dari lahan
“Eh..eh pak..tidak mungkin papa seperti yang diceritakan orang tadi, itu fitnah pak..pasti fitnah” Ucap Arai mengejar langkah Yuda sambil membela papanya
🥰🥰🥰
apakah readers pnya besti juga? outhor ingatkan yg saling ya
malaikat kah?
yg jelas malaikat yg bs dilihat dg mata, hnya saja bulannya blm dbantu matahari shingga wajahnya tampak samar
smoga d novel ke dua bisa tuntas.
semangatttttt!
readers yg baik, semoga sukaaa😘