Di tengah-tengah kemelut perang, seorang gadis muda yang berbakat, Elena, tergabung dalam unit pasukan khusus. Dalam sebuah misi yang kritis, kesalahan bermanuver mengakibatkan kematian tragis.
Namun, alih-alih menemukan ketenangan di alam baka, jiwanya terbangun kembali dalam tubuh gadis polos bernama Lily, seorang siswi SMA yang kerap menjadi sasaran bully dari teman-temannya.
Dengan kecerdasan militer yang dimilikinya, Elena mencoba untuk memahami dan mengendalikan tubuh barunya. Namun, perbedaan antara kehidupan seorang prajurit dan remaja biasa menjadi penghalang yang sulit dia atasi.
Sementara Elena berusaha menyelaraskan identitasnya yang baru dengan lingkungan barunya, dia juga harus menghadapi konsekuensi dari masa lalunya yang kelam. Di sekolah, Lily mulai menunjukkan perubahan yang mengejutkan, dari menjadi korban bully menjadi sosok yang tegas dan berani.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arlingga Panega, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Prasetyo Mengetahuinya
Jet pribadi yang dikendalikan oleh Lily akhirnya tiba setelah menghabiskan waktu 2 jam di udara, satu persatu mulai keluar, begitu juga dengan Damian yang saat ini berdiri sambil menunggu Lily turun. Dia segera meraih tangan gadis itu dan memeluknya dengan sangat erat.
Tuan Brahma Aditya memutar bola mata dengan sangat malas, melihat tingkah laku cucunya. Padahal selama ini Damian adalah seorang pria yang sangat dingin, dia bahkan ditakuti oleh bawahannya.
Namun ketika pemuda itu berhadapan dengan Lily, tingkahnya benar-benar seperti seekor anak kucing yang mendatangi induknya. Bastian bahkan berjalan tanpa melirik, dia berpura-pura melihat ke atas langit, sambil terus melewati orang-orang di sekitarnya, untuk menghindari drama perselisihan antara kakek dan cucu.
"Ciiih! Dasar bucin!" tuan Brahma Aditya mencibir sambil mengetatkan rahangnya. Damian tak lagi terlihat sebagai seorang ketua mafia, dia jauh lebih pantas disebut seorang bocah kecil yang takut ditinggalkan oleh ibunya.
Lily hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Damian dan tuan Brahma Aditya, dia segera melangkahkan kakinya menuju kediaman besar, bahkan melewati orang-orang begitu saja. Damian mengekor dari belakang, sambil memelototi anak buah kakeknya yang terlihat kaget dengan kelakuannya.
Sesampainya di ruang tamu, Lily segera menjatuhkan tubuhnya di sofa, tangan gadis itu merogoh saku celananya, dia mengambil ponsel kemudian menelpon Mona.
Tuuut...
Tuuut...
📱"Halo Lily," terdengar suara Mona di seberang panggilan.
📱"Halo bu," jawab Lily, ada rasa bersalah di dalam hatinya karena sejak pagi tadi belum memberi kabar.
📱"Kamu ke mana saja, nak? Kenapa tidak menghubungi ibu?" tanya Mona, suaranya terdengar sangat khawatir.
📱"Lily ada sedikit pekerjaan, maaf karena satu harian ini sama sekali tidak bisa menghubungi ibu." jawab Lily.
📱"Ya sudah, segera pulang!" ucap Mona, namun tiba-tiba saja ponsel itu direbut oleh Damian.
📱"Lily mungkin tidak pulang malam ini, bu. Sepertinya dia sangat kelelahan, biarkan dia beristirahat di kediaman besar kami."
📱"Nak Damian? Lily ada di rumahmu?" tanya Mona seolah tak percaya, jika orang yang saat ini berbicara dengannya adalah Damian.
Damian segera merubah ke panggilan video, agar Mona yakin jika putrinya saat ini baik-baik saja. Namun Mona langsung membatu melihat keadaan Damian yang di penuhi perban.
📱"Nak Damian, apa yang terjadi? Kenapa bisa seperti ini?" wajah Mona langsung pucat, matanya berkaca-kaca. Namun berhasil membuat Damian merasa terharu, karena ada yang mengkhawatirkan.
📱"Tidak apa-apa, hanya terjatuh saat balapan." jawab Damian dengan cepat.
📱"Hmm... Kirimkan alamatnya, ibu ingin datang!" jawab Mona, Damian terlihat sangat terkejut.
📱"Besok pagi Bastian akan menjemput ibu, malam ini ibu istirahat saja, jangan terlalu banyak pikiran," jawab Damian sambil menggerakan kamera ke arah Lily, namun gadis itu sama sekali tidak bersuara, hingga membuatnya melirik dan melihat jika Lily tertidur dalam posisi duduk. Nampaknya dia begitu kelelahan, hingga membuat Damian tak tega untuk membangunkannya.
Mona hanya menggelengkan kepala melihat tingkah putrinya, namun dia merasa sangat bersyukur, karena Damian bisa menerima putrinya dengan baik tanpa memperdulikan status keluarganya.
📱"Ibu titip Lily," ucap Mona, Damian menganggukkan kepala. Panggilan telepon pun berakhir.
"Tuan muda, saya sudah menyiapkan kamar tamu untuk nona Lily," salah seorang pelayan mendekat untuk memberi tahu Damian.
Damian mengerutkan keningnya, tak lama kemudian dia menggelengkan kepala. "Tak perlu, Lily akan tidur di kamarku!"
Tuan Brahma Aditya langsung melotot, "Kalian belum menikah, biarkan Lily tidur di kamar tamu."
Namun Damian membalas pelototan pria tua itu dengan sengit. "Tidak perlu! Lily akan tidur di kamarnya!"
Dia segera merengkuh tubuh Lily kemudian menggendongnya menuju ke lantai dua, dimana kamar Damian berada. Bahkan beberapa orang bawahan tuan Brahma Aditya yang berniat ingin membantu untuk menggendong Lily langsung mendapatkan ancaman dari pemuda itu.
"Berani menyentuhnya? Maka jangan harap tangan kalian utuh hingga besok pagi!"
Semua orang langsung mundur, meskipun saat ini Damian terlihat begitu manis, namun tempramen pemuda itu jelas berbeda. Dia hanya akan bersikap baik pada Lily.
Akhirnya semua orang bubar, mereka kembali ke rumahnya masing-masing, sementara tuan Brahma Aditya mendapatkan panggilan telepon dari asistennya, yang mengatakan bahwa perusahaan milik Anton Wijaya saat ini telah sepenuhnya dikuasai oleh keluarga Aditya. Bahkan keluarga lain langsung mundur begitu mengetahui jika tuan Brahma Aditya menginginkan perusahaan tersebut.
Pria tua itu bergegas mencari kontak Bastian, dia sangat yakin jika cucunya tidak mungkin menelpon asistennya itu dengan cepat. Namun demi untuk menghargai perasaan Mona, tuan Brahma Aditya langsung menggantikan posisi cucunya, untuk memberikan perintah kepada Bastian.
📱"Ya, tuan besar," ucap Bastian, begitu panggilan tersambung.
📱"Besok pagi kamu pergi untuk menjemput keluarga Lily. Sepertinya pernikahan Damian dengan gadis itu sudah tak bisa di undur lagi." ucap tuan Brahma Aditya.
📱"Baik, tuan besar!" jawab Bastian dengan cepat.
Tuan Brahma Aditya seakan belum puas, dia segera menghubungi anak dan juga menantunya.
📱"Halo, pa." terdengar suara Prasetyo Aditya dari seberang panggilan.
📱"Besok pagi kalian berdua harus datang di kediaman papa," jawab than Brahma Aditya.
📱"Apakah ada masalah?" tanya Prasetyo, dari nadanya pria itu terdengar sangat khawatir. Brahma Aditya segera memberitahukan kelakuan putra kesayangan mereka kepada ayahnya, hingga membuat pria itu berkali-kali tertawa.
📱"Baiklah, baiklah, demi untuk menghargai calon besan, kami akan terbang malam ini juga dan tiba sebelum pukul 07:00 pagi," jawab Prasetyo dengan tegas.
📱"Bagus!" jawab tuan Brahma Aditya.
📱"Pa, bagaimana penilaian papa tentang calon menantu kami?" tanya Prasetyo seolah ingin mengenal lebih dekat lagi sosok Lily.
Tuan Brahma Aditya segera menceritakan apa yang terjadi pada Damian beberapa hari terakhir, hingga membuat Prasetyo kaget. Selama 1 minggu terakhir dia terlalu banyak kesibukan, hingga beberapa panggilan dari keluarganya bahkan diabaikan. Dia tak menyangka ada kejadian buruk yang menimpa putra kesayangannya, untung saja calon menantu mereka memiliki kemampuan yang sangat luar biasa, sehingga bisa bergerak dengan sangat cepat, untuk menyelamatkan Damian.
📱"Baiklah pa, kami mengerti." ucap Prasetyo sambil menutup panggilan telepon, dia segera memanggil istrinya untuk bersiap-siap.
Pagi harinya Lily terbangun dengan tubuh yang terasa pegal, bahkan dia kesulitan untuk bergerak. Saat matanya terbuka, dia di suguhi wajah tampan Damian yang terlihat begitu damai dalam tidurnya, bahkan tangan pemuda itu melingkar di linggangnya seolah takut Lily akan melarikan diri.
"Sangat tampan!" ucap Lily sambil menggerakan jarinya menelusuri lekuk wajah Damian yang terpahat sempurna seperti dewa, membuat pemuda itu terusik dan membuka matanya.
"Ada apa?" tanya Damian berpura-pura, padahal pemuda itu telah terbangun sebelum Lily membuka mata, dia juga mengetahui apa yang di katakan dan di perbuat gadis itu sebelumnya.
Lily langsung cemberut, "Kenapa kau tidur denganku? Apakah di rumah ini tidak ada kamar lain?"
Damian mengerutkan dahinya, "Ini kamarku, apa salahnya aku membawa calon istriku tidur bersama?"
Blush...
Wajah Lily seketika merona, dia segera menyembunyikan diri dalam pelukan Damian, hingga membuat pemuda itu langsung tertawa bahagia. Namun tiba-tiba saja terdengar ketukan di pintu kamar, yang membuat mata Damian langsung melotot.
Tok...
Tok...
Tok...
"Tuan muda! Nyonya dan tuan menunggu anda di bawah, keluarga nona Lily juga sudah datang!"
"Apaaa?" Lily langsung meloncat dari tempat tidur, bagaimana jika keluarganya tahu bahwa semalam Lily tidur berdua dengan Damian? Bagaimana jika kedua orang tuanya Damian tidak menyukai dirinya?