Dari kecil hidupku sudah ku abdikan pada keluarga yang mengangkatku sebagai anak, aku adalah anak panti yang tanpa nasab, ibuku dulu seorang budak dan dia di bunuh oleh seseorang entah siapa setelah menitipkan aku di panti asuhan. Sejak umur 10 tahun seorang donatur mengadopsiku, dia adalah tuan Samer dan Ibu Luci, mereka mengangkat ku sebagai pancingan agar mempunyai anak, dan benar saja setelah satu tahun aku bersama mereka mereka mempunyai seorang anak perempuan. Tuan Samer memintaku untuk selalu melindungi anak kandungnya, hingga suatu ketika terjadi bencana dalam keluarga tuan Samer, anak dari tuan Samer memanipulasi dokumen dari sebuah perusahaan besar di negara ini. Pemilik perusahaan geram dan itulah awal kisah baru ku. Aku di tuntut oleh Nyonya Lusi menggantikan anaknya sebagai tawanan seorang yang kejam pemilik perusahaan tersebut. Diriku di sekap dan di kurung dalam penjara, entah apa yang akan ku dapatkan. Benci, dendam atau cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cty S'lalu Ctya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ada Apa Dengan Perasaan ku?
Asiyah bergeming, pikirannya masih menelaah apa yang di katakan oleh Tom.
"Kau tak dengar?" sarkas Tom, merasa jengkel melihat Asiyah yang masih diam. Bukannya Asiyah kaget dia malah menatap Tom.
"Maaf tuan, tapi-"
"Tidak ada tapi, cepat bersiap dan ganti bajumu!" perintah Tom. Asiyah hanya mengangguk dengan menarik nafas dalam, dia melenggang menuju kamar untuk ganti baju.
"Tuan, apa benar anda akan pergi bersama dengan nona Asiyah?" tanya Gio memberanikan diri. Tom melirik Gio tajam.
"Maafkan saya tuan, kalau begitu saya akan menyuruh Nura untuk menemani"
"Tak usah, biar kita pergi sendiri, kau siapkan mobil!" seru Tom. Gio mencoba menelaah kata Tom barusan, apakah benar Tom akan pergi bersama dengan Asiyah berdua, ataukah ada masalah dengan pendengarannya.
"Kenapa masih di situ?" sarkas Tom membubarkan lamunan Gio.
"Oh, ba-ik tuan!" cepat-cepat Gio beranjak untuk menyuruh anak buahnya menyiapkan mobil. Sepeninggal Gio tak Tom masih menunggu di ruang makan sambil melihat beberapa file yang di kirim oleh Nura.
Sedangkan di dalam kamar Asiyah nampak berpikir.
"Apakah benar dia ingin aku berbelanja" guman Asiyah.
"Apa dia tidak takut kalau aku akan kabur?" lanjut Asiyah bermonolog sendiri. Asiyah menghela nafas dia mengambil baju untuk ganti. Asiyah sudah selesai berganti baju, di pasangnya niqab warna senada dengan kerudung yang dia pakai, Asiyah memakai baju yang pertama kali dia gunakan untuk menemui Tom baju itu dia beli di Mesir dan brand salah satu desainer terkenal dengan inisial Z, Asiyah tersenyum getir teringat perlakuan yang dia dapatkan. Meski dia berharap untuk ikhlas, tapi semua itu tidak lah mudah.
"Kau sudah siap?" tanya Bu Lena saat berpapasan dengan Asiyah di lorong kamar. Asiyah mengangguk.
"Pergilah, dan jangan memancing emosi tuan Tom!" ujar Bu Lena. Asiyah kembali melangkah dia menemui Tom yang masih menunggunya di ruang makan.
"Tuan mobilnya sudah siap!" bersamaan dengan kedatangan Asiyah. Tom memasukkan ponselnya ke dalam saku. Dia melihat Asiyah yang sudah berdiri di samping meja. Tanpa berkata apa pun Tom berdiri dan langsung melangka di ikuti dengan Gio.
"Tuan, apa anda tidak ganti baju?" tanya Gio yang melihat Tom masih menggunakan pakaian santainya saat mau berpergian. Alih-alih menjawab Tom malah bersikap datar. Asiyah hanya mengikuti langkah Gio dan Tom keluar dari mension megah milik keluarga Dirgantara. Asiyah menarik nafas dalam begitu dia menginjakkan kakinya keluar dari pintu, terlihat di setiap sudut nampak penjaga yang berpakaian serba hitam dengan wajah yang sangar dan badan serta badan yang atletis seperti. Di lobi sudah ada pengawal yang membukakan pintu mobil untuk Tom.
"Berikan kunci mobil pada ku!" seru Tom pada sopir yang hendak mengantar. Sedangkan Asiyah fokus memperhatikan area sekitar mension, bangunan ini memang bukanlah bangunan moderen tapi begitu klasik dan sangat menenangkan melihat luasnya hamparan taman dan di lengkapi dengan kursi di bawah pohon cemara yang terlihat begitu teduh. Membuat hati seakan damai melihat beberapa bunga yang bermekaran begitu indah. Tom menerima kunci yang di sodorkan oleh sopir dengan gegas dia masuk ke dalam, sedangkan Asiyah masih terpaku melihat keindahan taman yang begitu luas.
"Kau, cepat masuk!" sarkas Tom menatap tajam Asiyah. Mendengar perintah Tom dia bergegas untuk masuk.
"Kau kira aku sopir mu!" kata tajam Tom berhasil menghentikan langkah Asiyah yang hendak masuk di jok belakang.
"Tapi-"
"Nona, sebaiknya anda duduk di samping tuan" lirih Gio memberi tahu Asiyah. Asiyah menatap Gio penuh dengan pertanyaan. Gio seakan memohon Asiyah bersedia duduk di sebelah Tom.
"Apakah saya pantas untuk-"
"Cepat masuk!" tekan Tom. Asiyah menatap Gio seakan bertanya, mengerti dengan apa yang di maksud Asiyah Gio mengangguk. Asiyah jujur saja perasaannya tak karuan, entah grogi atau rasa enggan, yang dia rasakan tapi yang pasti jantungnya saat ini merasa tak baik baik saja. Teringat dengan pesan Bu Lena jika dia tidak boleh memancing emosi Tom Asiyah menurut dan duduk di bangku depan di samping Tom.
"Lelet sekali, pasang sabuk pengaman mu!" seru Tom sambil menggerutu. Selesai memasang sabuk pengaman, Tom segera melajukan mobilnya menuju super market. Gio masuk ke dalam mobil yang terparkir di halaman dengan segera dua mobil itu mengikuti mobil Tom. Sedangkan di depan gerbang ada sebuah taksi yang berhenti dan menurunkan penumpang.
"Terima kasih pak!" ujar penumpang yang turun. Dengan cepat taksi itu melenggang pergi dari rumah besar itu meninggalkan penumpang wanita.
"Permisi!" ucap sopan wanita itu pada scurity yang hendak menutup gerbang nya.
"Nona, ada perlu apa?" tanya sang scurity.
"Apa Tom nya ada?" tanya wanita itu.
"Maaf nona, tuan Tom baru saja keluar" timpal scurity. Wanita itu menghela nafas dalam.
"Katakan pada Tom nanti kalau aku berkunjung"
"Baik nona" jawab scurity seraya mengangguk. Sedangkan wanita itu melenggang pergi meninggalkan mension itu.
Tom melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang dia membelai jalanan kota. Mata Asiyah terus memandang ke luar jendela, sedangkan Tom fokus menyetir dan memperhatikan jalanan di depannya. Hening, di dalam tidak ada yang bercakap, baik Tom maupun Asiyah. Lima puluh menit sudah mereka sampai di supermarket, Tom menaruh mobilnya di basemen, di belakang mobil Tom sudah berjejer dua mobil yang sama yaitu mobil yang di naiki Gio dan satu lagi mobil para bodyguard nya. Tom turun dari mobil di susul dengan Asiyah. Asiyah terus mengikuti langkah Tom menuju lift sampai di lantai dasar lift berhenti dengan cepat Tom keluar di susul dengan Asiyah. Canggung, sebenarnya Tom baru pertama kali belanja di supermarket, begitu juga dengan Asiyah, dia tidak pernah belanja di supermarket, walaupun dulu sering di ajak ammah belanja itu pun di pasar. Apalagi beberapa tahun ini dia menetap di Mesir.
"Ehem.." dehem Tom mencairkan suasana. Asiyah melirik Tom yang menghentikan langkahnya.
"Kau pilih apa saja yang di perlukan!" ujar Tom.
"Baik tuan" Asiyah hendak mengambil keranjang.
"Kau mau apa?" cegah Tom saat Asiyah hendak mengambil keranjang.
"Mau ambil keranjang tuan" jawab Asiyah. Tom melarang Asiyah.
"Siapa yang menyuruhmu ambil keranjang" Asiyah mengernyit.
"Maaf, bukannya tuan tadi menyuruhku memilih barang yang di perlukan?"
"Hem, kau tinggal tunjuk barang itu" Tom melirik ke belakang sudah ada beberapa orang yang sepertinya pegawai dari supermarket itu beserta menejer dari mall tersebut.
"Selamat siang tuan" sapa sopan menejer pada Tom seraya membungkuk memberi hormat di ikuti dengan beberapa pegawai yang ada di belakangnya. Tom bersikap datar.
"Dan biar mereka nanti yang mengurus!" Tom lanjut Tom pada Asiyah. Tom kini beralih mengarah pada meneger.
"Kau temani dia memilih!" seru Tom, Asiyah di temani menejer itu untuk keliling, sedang kan Tom memilih duduk menunggu di salah satu restoran. Tom menarik nafas dalam, jujur saja dia agak meredahkan perasaan nya yang tiba-tiba berdebar saat berdua dengan Asiyah.
'Ada apa dengan perasaan ku?'